Share

Aku, Kamu dan Masa Lalu Kita

"Sayang! Kau salah faham!" ucap Badai sambil terus berlari mengejar isterinya yang kini telah berada di tengah tengah lantai dasar.

Kejar kejaran keduanya itu membuat banyak sekali mata menatapnya dengan rasa sangat penasaran.

Badai menangkap tubuh Jingga.

"Sayang! Itu tak seperti yang kau lihat!" ucap Badai sambil memeluk Jingga dari belakang.

Keriuhan terdengar diseluruh gedung, pemandangan tak biasa yang kini mereka lihat membuat semua tercengang. Jam istirahat seperti ini, nyaris semua karyawan hilir mudik kesana kemari menggunakan waktu jeda kerjanya. Namun Badai dan Jingga yang tengah berkecamuk di jiwanya tak mempedulikan semua pandangan itu.

"Hikkz!" Jingga terisak dalam tangisnya yang masih tertahan sementara buliran bening terus menderas mengalir di wajahnya yang jelita.

Badai membalikkan tubuh Jingga dan menenggelamkannya dalam dekapan. Membiarkan semua tangisan isterinya membasahi dadanya yang kini meraskaan kepiluan yang sama.

"Sayang! Dia Mayang, wanita yang sering kupesan sebelumnya untuk memenuhi hasratku, dia datang setelah aku memerintahkan asistenku untuk tak lagi memesannya. Itulah masa laluku! Jika kau ingin tahu, aku bisa membawa mereka kehadapanmu sekarang juga!" ucap Badai dengan mata sanagt serius menatap Jingga.

"Enggak mas, sudah tak apa-apa," ucap Jingga sambil menggelengkan kepalanya dan sesenggukan.

"Dengar sayangku, aku kamu dan semua masa lalu kita. Kuharap kita akan selalu bisa membicarakannya dengan baik dalam kondisi apapun. Aku sangat mencintaimu Jingga." ucap Badai sangat lembut menatap Jingga. Membuat Jingga hanya bisa mengangguk menjawabnya.

Di belakang mereka, Mayang yang juga menyaksikkan merasa sangat kesal dan merasa snagat terhina oleh Badai.

"Jadi benar kau menikahi si kampungan itu! Lihat nanti apa yang akan kulakukan pada kalian berdua!" ucap Mayang dalam hatinya.

Sementara itu, nyaris semua karyawan yang menyaksikkannya menjadi sangat baper oleh apa yang dilakukan Presdir mereka terhadap isterinya.

"Jadi, dia yaa nyonya Badai! Hwaaaaa, hancuur sudah semua harapan kita untuk menjadi wanitanya," ucap salah satu karyawan wanita yang juga terharu sambil menyeka sudut matanya.

"Gila, Presdir kita cowok banget. Sampai mengakui semua wanita pemuasnya dihadapan isterinya!" ucap karyawan lainnya ikut megomentari.

"Bener yaa, Badai bener bener pria halu kita semata!" ucap karyawati lainnya menambahkan.

Semua mata yang memandang Badai saat ini hanya bisa merasa iri melihat bagaimana pria itu sangat menyayangi isterinya yang sedikitpun belum diketahui identitasnya itu.

"Mas, lepasin malu!" ucap Jingga yang menyadari jika mereka menjadi pusat perhatian banyak orang saat ini.

"Kenapa malu, perusahaan ini adalah juga perusahaanmu. Biarkan mereka semua mengetahuinya jika kau adalah permaisuriku!" ucap Badai sambil merengkuh isterinya dan membawany naik ke ruangannya tanpa sedikitpun mempedulikan semua mata yang memandangnya.

Badai kembali masuk ke dalam ruangannya.

"Lhoo, mana rantangnya tadi?" ucap Jingga bertanya karena tak bisa menemukan rantang bekal makanan yang ditumpahkannya tadi.

"Petugas kebersihan pasti sudah membersihkannya, karena mereka tahu peraturan di ruang kerjaku," ucap Badai sambil terus menggandeng Jingga masuk.

"Mas, apa kau tak malu memiliki isteri sepertiku? Kita bisa bercerai jika kau menyesalinya," ucap Jingga seketika membuat jantung Badai sangat tersentak.

"Sayang, apa yang kau fikirkan? Aku tengah menikmati masa masa pengantin baru kita dan kau malah meminta perceraian?" ucap Badai sambil mengelus lembut wajah isterinya yang nampak masih gusar itu.

"Mas, aku serius. Sebelum aku benar benar sayang!" ucap Jingga sambil menundukkan wajahnya.

"Terimakasih, wahai gadis berwajah rembulan yang tak sengaja sangat kusayangi," ucap Badai sambil memainkan belahan bibir isterinya dengan sangat lembut.

"Huuhh, gombal ich!" ucap Jingga sambil memukul pelan dada suaminya.

"Hmmhh, kurasa sebaikny mulai besok kau ikut ke kantor denganku yaaa," ucap Badai sambil menaikkan Jingga ke pangkuannya.

"Mas, jika aku terus bersamamu lihatlah apa yang akan terjadi," sahut Jingga sambil membelai jambang halus di wajah suaminya yang kini menjadi mainan terasyiknya itu.

"Mengeras!" bisik Badai sangat pelan.

"Husshh! Turunkan aku mas," ucap Jingga sambil bergegas turun dari pangkuan suaminya begitu menyadari ucapan suaminya itu seirama dengan benda yang tadi mengeras ketika didudukinya.

"Huhhhh! Ikut mas keluar kota yaaa," ucap Badai sambil menarik lengan isterinya ketika melirik arloji sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

"Aku, nanti ngapain disana?" ucap Jingga sambil mengikuti langkah suaminya itu.

"Kita akan mencari tempat nyaman disana setelah semua urusanku selesai," kata Badai yang langsung menelpon asistennya untuk menyiapkan perjalanan mereka.

"Kita mau kemana?" ucap Jingga bertanya.

"Malang, kau suka?" ucap Badai menjawab.

"Malang? Aku bahkan belum pernah kesana mas," jawab Jingga sangat antusias.

Keduanya kini berjalan beriringan dengan sangat mesra menuju parkiran khusus di bagian selasar kanan gedung.

Dengan sangat cepat perjalanan ke Malang dilalui, Jingga yang baru kali pertama meninggalkan kota Jakarta di sepanjang hidupnya ini sangat menikmati perjalanan mereka.

Supir dan asisten pribadi Badai merasa sangat takjub dengan perubahan karakter Badai yang sangat drastis setelah menikahi Jingga. Mereka tak pernah melihat senyum dan juga canda tawa dari pria itu sebelumnya. Namun kini, bersama Jingga sang Tuan Muda Hankaara itu sangat hangat dan ceria.

"Heyy, apa kalian tak mau ikut bergabung denganku. Ayolah kita bermain bersama." ajak Jingga kepada Pak supir bernama Yudo dan asisten pribadi suaminya yang bernama Hendra itu untuk ikut bermain tebak-tebakan bersama.

Tak ingin mengecewakan permintaan pertama sang Nyonya Besar, mereka akhirnya terlibat dalam permainan tebak tebakan tersebut. Mobil mewah berwarna hitam yang biasanya senyap itu kini menjadi sangat hangat.

Mereka telah sampai di kantor cabang perusahaan Hankaara Grup di kota Malang. Namun Jingga yang kelelahan dalam perjalanan panjangnya ini tengah terlelap di dalam mobil membuat Badai tak kuasa membangunkannya.

"Hendra, Tolong reservasikan kamar untuk kami yaa. Pilih yang terbaik," ucap Badai kepada Hendra asistennya.

Sementara di luar mobil, keriuhan karyawan anak perusahaannya itu tengah menyambutnya.

"Tuan, pihak kantor cabang sudah menyiapkan akomodasi khusus untuk anda," ucap Hendra memberikan informasi yang diterimanya.

"Baiklah jika begitu," ucap Badai yang langsung turun sambil membopong Jingga.

"Waahhh"

Keriuhan terdnegar semakin kencang mengomentari kehadiran Badai yang datang membawa isterinya dalam rentetan jadwal kunjungannya yang cukup padat. terlebih lagi Jingga yang terlelap semakin membuat rasa penasaran semua orang yang melihatnya.

"Dimana ruanganku?" ucap Badai kepada salah satu karyawan disana.

"Mari Tuan," ucap salah satu pekerja langsung menyambutnya dan menunjukkan jalan menuju lantai dua dimana sebuah room khusus sudah disiapkan untuk Badai beristirahat.

Tiba di ruangannya, Badai kemudian membaringkan Jingga sangat perlahan di sofa panjang yang ada disana.

Setelahnya, Badai meminta Yuda menjaga ruangan tersebut sementara dia melakukan meeting di lantai dasar.

"Yuda, jangan biarkan siapapun masuk ke ruangan ini, mengerti!" ucap Badai dengan sorot sangat tajam mentap Yuda.

"Baik Tuan!" jawab Yuda dengan satu anggukan tegas.

Badai kemudian berjalan turun dan langsung melakukan berbagai jadwal kunjungannya yang sangat padat hingga malam nanti.

Malam sudah turun dan Jingga terbangun dari tidurnya.

"Haah,, yaa ampuun Mas Badai dimana?" ucap Jingga yang menyadri jika kini dia berad di ruangan yang tak dikenalinya.

HANKAARA GRUP CABANG MALANG

Melihat tulisan itu akhirnya Jingga merasa sangat lega karena dengan demikian dia sudah tiba dengan selamat di tempat tujuannya.

Sayangnya, Jingga tak mengetahui jika di kantor cabang ini terdapat seorang wanita yang kini meradang oleh kehadirannya.

Jingga membuka pintu, namun di sana Yuda menjaganya.

"Nyonya, maaf saya diperintahkan Tuan untuk tak membiarkan siapapun masuk kesini hingga Tuan datang." ucap Yuda mengatakan yang sebenarnya.

"Ouhhh, gitu ya. Masih lama tidak?" tanya Jingga yang kini sangat kesal berada terus di ruangan ini.

"Mohon sabar menunggu," ucap Yuda sambil kembali menutupkan pintu ruangan tersebut.

Jingga kemudian memilih membuka buka sebuah majalah yang ada di bawah kolong meja didepannya. Satu persatu majalah rutin Hankaara Grup dibacanya dengan sangat teliti.

"Kamu ternyata pebisnis hebat mas," ucap Jingga memuji suaminya yng memenuhi nyaris semua halaman utama majalah tersebut.

Rekam jejak bisnis suaminya tidak bisa dianggap enteng sedikitpun, sebagai pewaris generasi keempat di Hankaara Grup, Badai semakin melesatkan perusahaan keluarganya ini hingga mencapai luar negeri. Pengembangan berbagai bidang baru membuat Hankaara Grup semakin mendominasi pasar di negaranya juga di negara kawasan.

"Aku datang untuk memberikan makan malam bagi Tuan Presdir juga Nyonya Presdir," ucap seorang wanita sambil memaksa masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Maaf, tinggalkan saja makanannya disini biar saya yang mengantarkan," ucap Yuda tetap bersikeras tak mengijinkan wnaita itu masuk.

"Pak Yuda, biar saja dia masuk. Silahkan," ucap Jingga menyambut karyawan tersebut dengan hangat.

Merasa telah mendapatkan ijin, wanita tersebut langsung berjalan masuk ke dalam ruangan tanpa berbasa basi lagi.

"Terimakasih!" jawab Jingga.

Namun wanita itu hanya membisu dan langsung pergi setelahnya.

Melihat segelas lemon segar di hadapannya, Jingga yang sejak tadi sudah kehausan langsung meneguknya tanpa jeda.

Namun, tak berselang kemudian, pandangan Jingga mulai berkunang. Tubuhnya seketika melunglai sangat lemah.

Jingga tersungkur di lantai dalam hitungan detik saja.

"Nyonyaa!" teriak Yuda yang melihat dengan mata kepalanya sendiri Jingga roboh ke lantai saat dia hendak menutupkan kembali pintu ruangan setelah karyawan wanita itu keluar dari ruangan.

Yuda langsung menelpon Hendra dan langsung membopong Nyonya Besarnya itu untuk membawa Jingga ke rumah sakit di Madella secepat mungkin.

Di tempat lain, Badai yang mendengar kabar tersebut dari asistennya langsung menghentikan kunjungannya dan segera menyusul ke rumah sakit Malang.

1440/5000

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status