Share

Dibalik Cincin Perjanjian
Dibalik Cincin Perjanjian
Author: caca

CHAPTER 1

Author: caca
last update Last Updated: 2025-07-11 21:54:22

Pertemuan yang Tidak Diinginkan

Langit malam kota Arvina tampak seperti panggung yang terlalu sempurna untuk sebuah tragedi. Lampu-lampu gedung pencakar langit memantulkan cahaya ke langit mendung, seolah menantang gelap untuk benar-benar turun. Dari lantai 50 Hotel L’Opéra, pesta eksklusif berlangsung dengan segala kemewahannya. Para tamu berseragam jas dan gaun malam menebar senyum diplomatis, membicarakan kekuasaan dan investasi dengan nada manis yang sama-sama palsu.

Di salah satu sudut ruangan, Karin Alverez berdiri dengan gelas sampanye di tangannya. Dari luar ia terlihat Anggun gaun satin hitam membalut tubuh rampingnya, sepatu hak tinggi menopang langkah yang kokoh. Namun di balik ketenangan itu, jantungnya berdegup tak beraturan. Malam ini bukan sekadar pesta bisnis. Malam ini bisa jadi awal dari belenggu yang akan merampas sisa kebebasan yang ia punya.

Karin tahu siapa yang akan datang. Alexandre Von Reinhardt. Nama yang sejak dulu membuat darahnya mendidih. Pewaris tunggal Von Group, pria dengan reputasi dingin, yang beberapa tahun lalu menarik investasi secara sepihak hingga keluarganya hampir bangkrut. Ayahnya jatuh sakit karena tekanan, ibunya terpaksa merendahkan diri demi mempertahankan perusahaan. Alex tidak pernah meminta maaf, tidak pernah menjelaskan. Keputusan bisnis baginya sama dinginnya dengan pisau yang menebas urat nadi.

Ruangan seketika meredup dalam keheningan tak kasatmata saat sosok itu akhirnya muncul. Tinggi, berjas hitam yang terpotong sempurna, dasi yang tidak bergeser sehelai pun, serta tatapan yang tidak pernah tunduk. Alex berjalan seakan seluruh ruangan hanyalah panggung pribadinya.

Tatapannya menyapu hadirin, lalu berhenti tepat pada Karin.

Napasnya tercekat. Ia buru-buru meneguk sampanye, seolah alkohol bisa menenangkan badai yang mulai merambati dadanya, dendam, sakit hati, dan sesuatu yang menyerupai rasa takut.

“Kau tampak gugup,” suara berat itu terdengar dari belakangnya.

Karin berbalik cepat. Alex berdiri begitu dekat, dengan senyum tipis yang terlalu tenang untuk seorang pria yang telah menghancurkan hidup keluarganya.

“Aku hanya jijik,” jawabnya dingin.

Alex terkekeh singkat. “Lucu. Karena sebentar lagi, kau akan menjadi tunanganku.”

Darah Karin seolah berhenti mengalir. “Kau bercanda.”

“Orang tuaku dan orang tuamu sudah sepakat,” balas Alex datar, mencondongkan tubuh sedikit ke arahnya. “Aliansi bisnis terbesar Arvina dimulai dengan kita berdua.”

“Kau pikir aku akan setuju begitu saja?”

“Keluargamu tidak sedang punya pilihan.” Tatapan mata Alex menancap tajam. “Jika ingin bertahan, kau harus ikut aturan ini.”

Karin merasakan luka lamanya terkuak kembali. Ia ingin menampar pria itu, ingin berteriak bahwa ia membencinya. Tapi kebenaran yang kejam menahan lidahnya Alverez Corp memang sedang di ambang kehancuran lagi, dan Von Group adalah satu-satunya penyelamat.

“Kau tahu aku membencimu,” desisnya.

Alex menyentuh dagunya perlahan, membuatnya semakin terjebak. “Benci itu… awal dari perhatian, Karin. Dan perhatian adalah langkah pertama menuju penyerahan.”

Ia membuka sebuah kotak beludru kecil. Cincin berlian di dalamnya berkilau di bawah cahaya lampu gantung. Indah, mahal, dan dingin seperti perasaan yang ingin Karin kubur dalam-dalam.

“Kau tidak akan berani”

“Sayangnya, ini harus berada di jari manismu. Sekarang.”

Dengan gerakan lembut namun penuh tekanan, Alex menggenggam tangannya dan menyelipkan cincin itu di jarinya. Karin hendak menarik tangan, tapi genggamannya kokoh. Ada sesuatu dalam sentuhan itu dingin, tapi mengikat.

“Ini bukan cinta, Alex. Ini penjara.”

Alex menatapnya dalam-dalam, suara rendahnya menusuk hingga ke dasar hatinya.

“Mungkin. Tapi penjara ini adalah awal dari permainan kita.”

Karin membeku. Emosi dalam dirinya berputar, marah, jijik, takut, tapi juga terjerat oleh intensitas tatapan itu. Dari kejauhan, kilatan kamera pers mulai bermunculan. Para tamu berbisik, menatap mereka dengan rasa ingin tahu bercampur iri.

Malam itu, di tengah pesta gemerlap Arvina, lahirlah perjanjian yang akan mengikat dua musuh dalam satu cincin. Perjanjian yang tak hanya membawa dendam masa lalu, tapi juga sebuah permainan berbahaya yang baru saja dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 13

    Nama Tanpa WarisanKeesokan paginya, Arvina diguyur hujan tipis. Jalanan basah, dan awan menggantung rendah, seperti mencerminkan beban yang baru saja mereka pilih untuk pikul.Alex duduk di meja makan apartemen, membaca laporan bisnis dari tablet—bukan laporan milik Von Group, tapi milik perusahaan kecil yang diam-diam ia mulai rintis sejak dua tahun lalu: Ares Collective. Sebuah startup teknologi strategis yang ia bangun tanpa sepengetahuan ayahnya, sebagai bentuk pemberontakan sunyi.Karin berjalan ke arahnya, mengenakan kemeja longgar milik Alex. Rambutnya masih basah setelah mandi, dan wajahnya tampak lebih tenang dari hari-hari sebelumnya.“Kau masih yakin soal ini?” tanyanya sambil menuang kopi untuk mereka berdua.Alex menutup tabletnya dan menatapnya lembut. “Aku tidak akan mundur sekarang. Kita sudah bicara soal ini berbulan-bulan. Sekarang saatnya menjalani.”Karin mengangguk, tapi hatinya masih terasa berat. Ia tahu, keluar dari nama besar Von bukan hanya tentang menolak w

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 12

    Kebenaran di Jantung ArvinaTiga hari yang tenang di Desa Aurale telah berakhir. Kini, mereka kembali—bukan ke rumah, tapi ke medan perang bernama Arvina.Langit kota itu seperti biasa: kelabu, seolah tahu badai tak selalu datang dalam bentuk hujan. Di kejauhan, siluet gedung-gedung pencakar langit berbaris di balik kabut tipis. Kilauan lampu kendaraan dan papan reklame digital menari di antara bayangan, menegaskan bahwa kota ini tak pernah benar-benar tidur.Arvina… tempat segalanya dimulai. Dan hari ini, tempat semuanya akan diuji.Karin menatap keluar jendela mobil hitam yang membawa mereka menuju markas Von Group di distrik keuangan Nordheim. Tangan Alex menggenggam tangannya diam-diam di pangkuan mereka—erat, seolah hanya itu yang bisa menenangkan gelombang di dada masing-masing.“Kamu yakin mau hadapi ini langsung?” tanya Karin pelan.Alex mengangguk tanpa menoleh. “Kalau aku terus menunda, aku akan kehilangan satu-satunya hal yang penting.”Gedung Von Group Tower menjulang ting

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 11

    Jeda yang Membawa DekatKeesokan paginya, vila kecil itu diselimuti kabut tipis. Suara burung dan angin bersahut pelan, menciptakan harmoni alam yang lembut. Tapi keheningan itu tak mampu menyaingi suara napas Alex dan Karin yang tidur berdampingan untuk pertama kalinya tanpa batasan kontrak, tanpa kebohongan yang menggantung di antara mereka.Karin membuka mata perlahan. Cahaya matahari menerobos tirai kayu, menyentuh wajah Alex yang tertidur di sebelahnya. Ada ketenangan yang baru ia lihat pagi ini—bukan karena semuanya telah sempurna, tapi karena mereka tak lagi saling berpura-pura.Ia menatap wajah itu lama. Wajah yang dulu ia sangka arogan, terlalu dingin, terlalu penuh perhitungan. Tapi pagi ini, semua topeng itu runtuh. Yang tersisa hanya Alex—pria yang membuatnya marah, menangis, ragu... tapi juga jatuh cinta.Tanpa sadar, jari-jarinya menyentuh alis Alex pelan. Alex menggeliat, lalu membuka mata, menatapnya dalam diam.“Kamu bangun lebih dulu,” gumamnya.Karin mengangguk pela

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 10

    Luka yang Membawa PulangTiga hari telah berlalu sejak Karin menemukan dokumen itu. Dokumen yang membuka tabir perjodohan mereka jauh sebelum ia diberi pilihan. Hatinya masih bergejolak. Setiap kali mengingat bahwa Alex ternyata sudah menyetujui semuanya sebelum ia ikut berjuang menolak, kemarahan dan rasa sakitnya bercampur menjadi satu.Ia tahu satu hal: ia tidak bisa tetap berada di apartemen itu. Tidak sekarang. Tidak sebelum ia menenangkan pikirannya sendiri.Maka pagi itu, Karin meninggalkan apartemen dengan tas kecil di bahunya. Ia tidak menjawab pesan, tidak mengangkat telepon, bahkan keluar dari grup internal proyek gabungan mereka. Tujuannya sederhana: mencari tempat yang sunyi, jauh dari dunia yang penuh pengawasan dan intrik bisnis, tempat di mana ia bisa menenangkan pikirannya tanpa terganggu oleh tatapan atau kata-kata Alex.Pilihan itu membawanya ke sebuah vila kecil milik keluarganya di pinggiran Desa Aurale. Tidak ada sinyal kuat, hanya suara angin yang menyapu pepoho

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 9

    Dia yang KembaliHari itu berjalan biasa, hingga sebuah nama dari masa lalu kembali menggema di lobi utama Von Group: Althea Renata.Model internasional, mantan kekasih Alex, wanita yang dulu nyaris menjadi calon istri resmi Von Reinhardt sebelum semua rencana berantakan tiga tahun lalu.Karin hanya tahu sedikit tentang Althea. Berita lama menyebut mereka sebagai pasangan “paling sempurna” di mata public tinggi semampai, cantik, cerdas, dan selevel dengan Alex dalam ambisi serta kekuasaan. Sekarang, dia muncul kembali. Tiba-tiba. Dengan gaun merah menyala dan senyum yang terlalu tenang, menembus setiap sudut kantor seolah menuntut perhatian.Saat Karin keluar dari lift lantai 28 untuk menghadiri rapat dewan, pandangannya langsung tertuju padanya. Althea berdiri di koridor, berbicara akrab dengan Alex, tertawa pelan, lengan mereka hampir bersentuhan dengan nyaman. Hatinya mencubit. Bukan karena cemburu, tapi karena ada sesuatu dalam cara Althea menyentuh Alex terlalu lama, terlalu fami

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 8

    Jejak Lama di Balik CincinDua hari setelah siaran langsung Alex, keheningan yang biasanya menenangkan kota Arvina terasa berbeda bagi Karin. Publik, seperti biasanya, cepat lupa. Media beralih ke isu baru, dan sentimen terhadapnya pun perlahan berubah positif. Banyak yang menyebut keberanian Alex sebagai “pembelaan cinta sejati”, sementara Karin mulai dipandang sebagai wanita yang pantas berdiri di sisinya.Namun bagi Karin, badai sesungguhnya baru dimulai.Hari itu, ia diundang makan siang pribadi oleh ayahnya di rumah keluarga Alverez sebuah rumah klasik di kawasan tua Arvina, penuh marmer dan kenangan. Setiap sudut rumah itu menyimpan cerita lama, dan aroma kayu tua bercampur bunga segar membuat Karin merasa seperti kembali ke masa-masa ketika hidupnya masih sederhana, sebelum tekanan bisnis dan perjanjian keluarga menyelimuti segalanya.Di ruang makan, hanya ada mereka berdua. Ayahnya menyajikan hidangan hangat dengan gerakan yang terlihat santai, tapi matanya memancarkan ketegan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status