Share

Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan
Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan
Penulis: VEty SAry

Bab 1 *Menjadi Bahan Gosip*

 "Anak lagi, anak lagi, Riza! Ibu sampai malu selalu di tanyain sama tetangga kapan punya cucu! Kamu tau sendiri kan, pernikahanmu sudah delapan tahun dan sampai sekarang Lisa belum juga hamil!" ucap Bu Karni sambil meletakkan keranjang sayuran di meja.

Riza yang baru saja pulang dari ladang pun segera duduk untuk menenangkan Ibunya dan kebetulan Lisa, istrinya sedang mencuci pakaian di belakang sehingga dia tidak mendengar apa yang telah di ucapkan oleh Ibunya dengan suara yang tidak terlalu lantang itu. Memang, pernikahannya yang kini telah delapan tahun bersama Lisa, dia belum juga di karuniai seorang anak. Menjadi bahan gosip tetangga pun sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya.

"Ibu, silahkan duduk dulu. Apa yang membuat Ibu tiba-tiba marah? Ibu kan tau sendiri jika aku dan Lisa sama-sama sehat!" balas Riza sambil menyeka peluh yang membasahi pipinya.

"Bagaimana Ibu tidak marah,Riza? Tadi, ketika Ibu jualan sayuran keliling, semua tetangga pada bertanya kapan punya cucu? Selalu begitu. Ibu capek, Ibu malu Riza. Mereka semua menggosipkan kamu dan Ibu jika kamu menikah lebih dahulu di banding anak mereka, tetapi kamu yang belum punya anak sendiri. Sedangkan mereka, sudah pada menggendong cucu!" gerutu Bu Karni lagi dengan wajah yang cemberut.

"Tapi Bu, kita sudah berusaha namun memang belum rezeki kami memiliki keturunan terus kami harus berbuat apa? Apa aku harus mengadopsi anak? Ya, itu menurutku jalan satu-satunya," balas Riza dengan wajahnya yang bingung.

"Tidak! Ibu maunya anak dari kamu. Aku yakin ini semua gara-gara si Lisa. Keluarga dia yang banyak tidak punya anak. Kerabat dia, banyak tuh yang tak punya anak! Pasti dia penyebabnya, Ibu tidak percaya jika istrimu itu benar-benar subur. Pasti Dokter yang memeriksa kemarin salah, nyatanya sampai sekarang belum ada tanda-tanda kehamilan. Sudah gitu, tidak pernah membantu kamu bekerja. Bisanya cuma minta uang, istrimu memang tidak berguna!" sahut Bu Karni dengan ucapan suara yang lantang sehingga memantul ke seluruh ruangan dalam rumah.

"Stop Ibu! Jika mendengar Lisa bagaimana? Ini bisa menyakiti perasaannya," meski Ibunya selalu melontarkan ucapan kasar kepada istrinya, Riza selalu tetap membela Lisa.

Suara Bu Karni yang sangat lantang, membuat siapapun yang ada di dalam rumah itu mendengarnya. Termasuk Lisa, meski saat ini dia sedang berada di kamar mandi untuk mencuci pakaian, suara Ibu mertuanya berhasil tertangkap dengan sempurna di telinganya. Seketika dia langsung ke arah ruang keluarga untuk mendengarkan obrolan suami dan Ibu mertuanya. Mendengar ucapan Ibu mertuanya, hatinya bagaikan teriris oleh pisau yang sangat tajam. Meskipun belum juga hamil, selama ini dia selalu berusaha menjadi menantu yang baik untuk Bu Karni. Tak terasa air matanya pun mengalir sambil melamunkan nasibnya sekarang ini.

Sesekali dia ingin kembali ke kamar mandi untuk mencuci lagi agar tidak sakit hati. Namun itu semua dia tahan hanya untuk ingin mengetahui semua obrolan dari suami dan mertuanya itu. Dia pun tak henti-hentinya bergumam di dalam hati di iringi deraian air mata.

"Maafkan aku Bu, aku belum bisa memberikan cucu kepada Ibu. Apa benar yang di bilang Ibu jika ini semua salahku? Aku harus bagaimana?" gumam Lisa di dalam hati di iringi dengan isakan tangis.

Karena terlalu memikirkan ucapan Ibu mertuanya, di tambah dia melamun, pada akhirnya tangannya tidak sengaja menyenggol remot TV yang ada di atas meja dekatnya dia duduk. Seketika Riza dan Bu Karni menoleh ke arah ruang keluarga  dan keduanya langsung berjalan ke arah sana. Sedangkan saat ini perasaan Lisa bagaikan membatu di tempat. Ingin melangkah balik ke kamar mandi pun rasanya berat. Dia hanya bisa pasrah jika akan mendapatkan ucapan pedas dari Ibu mertuanya meski suaminya selalu membela dirinya. Langkah kaki Bu Karni dan Riza pun terhenti tepat di hadapan Lisa duduk termenung sambil menangis.

"Lisa! Jadi dari tadi kamu di sini? Baguslah, berarti kamu sudah mendengar semua yang Ibu dan Riza bicarakan. Makannya, kamu harus sadar diri jika tidak mau di gosipin tetangga harus segera punya anak dong," Bu Karni berbicara di hadapan Lisa dengan perkataan pedasnya sampai Riza pun ikut bersuara.

"Ibu! Sudah Bu! Maaf, bukannya aku lancang memarahi Ibu tapi kasihan Lisa jika terus-terusan Ibu perlakukan seperti ini," sahut Riza sambil mengelus punggung Lisa.

"Sayang sabar ya sayang. Kita pasti punya anak kok, jangan dengarkan apa kata Ibu ya," Riza terus berusaha menenangkan Lisa yang terus menangis.

""Alah Za, kamu sekarang sudah berani pada Ibu ya, sudah ku bilang dari dulu kalau Ibu tidak setuju jika kamu menikah dengan wanita ini! Saudara dia itu banyak yang tidak punya anak. Jadi bener kan, kejadiannya seperti ini!" Bu Karni terus melontarkan perkataan pedasnya meski Riza membela Lisa.

"Ibu kenapa harus malu Bu? Ibu sendiri kan sudah punya dua cucu dari Mas Hadi dan Mbak Mita," balas Riza lagi dengan perkataan yang tidak mau kalah dengan Ibunya.

Sementara Lisa hanya diam saja masih dengan isakan tangisnya yang membuat nafasnya kian sesak.

"Kakakmu itu jauh dari Ibu sedangkan kamu satu-satunya yang tinggal di rumah ini. Ibu inginnya sering bermain bersama cucu seperti Bu Endang yang mengajak cucunya sepeda-sepedanan! Sudah, dari pada Ibu kesel sendiri berbicara dengan kalian, lebih baik Ibu ke kamar meratapi nasib sial memiliki mantu yang tidak bisa di harapkan! Huh!" ucap Bu Karni sambil melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Melihat Ibunya yang sudah masuk ke dalam kamar, Riza langsung memeluk Lisa sambil terus menenangkan hati istrinya itu agar tidak menangis lagi. Meskipun di dalam hatinya ingin sekali memiliki anak, namun dia tidak ingin menyalahkan istrinya dalam hal belum memiliki keturunan karena semua ini menurutnya adalah rezeki. Mendapatkan pelukan dari Riza, secara perlahan air mata Lisa pun mulai berhenti meski masih sedikit terisak. 

"Mas, aku ingin meminta maaf kepadamu. Jika selama ini aku belum menjadi istri yang sempurna untukmu dan menantu yang baik untuk Ibu. Aku harus bagaimana Mas? Apa kita adopsi anak saja? Bagaimana menurutmu?" Lisa berkata dengan suara yang lirih kepada Riza dengan harapan suaminya itu menyetujui pendapatnya.

"Maaf Lis, Ibu tidak setuju jika kita mengadopsi anak. Ibu inginnya anak dari aku, terus kita harus bagaimana? Mas juga sedih Lis," balas Riza dengan perkataan menolak pendapat Lisa.

Mendengar perkataan suaminya, membuat hati Lisa bertambah sedih. Dia hanya terdiam sambil memikirkan cara apa lagi untuk mendapatkan buah hati. Ketika mereka saling diam, terdengar suara salam dari luar yang memecah perbincangan Lisa dengan Riza. Riza pun langsung berdiri dan melangkahkan kaki tanpa mengucap sepatah kata kepada Lisa yang masih termenung. Dia langsung bergegas menuju depan untuk menyambut tamu yang datang.

" Eh Mas Hadi, Mbak Mita. Ayo masuk Mbak," ucap Riza dengan ramah tanpa memperlihatkan jika baru saja saat ini dia sedang sedih.

"Wih! Keponakan Om sudah besar- besar ya, sini main sama Om Rendi! Leo juga sini Om gendong ya," ucap Riza lagi sambil mengambil Leo, dari gendongan Mita.

"Iya dong Om, kapan nih Om dan Tante punya anak?" sahut Rendi dengan ucapan polosnya.

"Anak kecil saja bicara seperti itu Riz, keburu tua loh kamu! Benar yang di bilang Rendi, kamu harus segera punya anak. Di mana istrimu?" tanya Mita sambil melihat sekeliling ruang tamu.

"Bentar Mbak, dia ada di dalam. Aku panggil dulu ya sekalian Ibu," balas Riza sambil berlalu menghampiri Lisa yang masih duduk di ruang keluarga.

Meski di dalam hati Riza ada rasa sakit karena ucapan Rendi, keponakannya yang berumur sembilan tahun, dia tetap berusaha bersikap biasa saja di hadapan Lisa agar istrinya tidak terlalu sedih. Menatap Lisa yang masih melamun, membuatnya merasa bersalah ketika menolak usulan istrinya tadi hanya karena Ibunya yang tidak setuju. Dalam hidupnya Riza, berbakti kepada Ibunya adalah hal utama setelah Ayahnya meninggal. Dengan langkah gontai, Riza melangkah pelan ke arah Lisa yang ternyata dari tadi istrinya itu ternyata telah menyadari kehadiran dirinya.

"Mbak Mita dan Mas Hadi datang ke sini ya Mas? Aku takut keluar Mas, aku takut jika hatiku belum kuat menerima hinaan lagi," Lisa berkata dengan mata berkaca-kaca lagi.

"Lisa, kamu jangan bicara seperti itu. Mereka datang ke sini cuma mau silaturahmi dengan kita dan Ibu. Kita ini saudara, mana mungkin Kakakku akan menghina kita," balas Riza yang membela Hadi, kakak kandungnya. Sedangkan dengan Mita, Kakak iparnya dia tidak begitu akrab hanya karena sungkan.

Di tengah obrolannya dengan Lisa, datanglah Ibunya dari dalam kamar yang memang tidak di tutup pintunya sehingga tidak menimbulkan suara.

"Sudah, drama sedihnya? Ibu juga dari tadi mendengar jika menantu Ibu yang tidak mandul datang ke sini. Sekarang kamu buatkan minuman dan siapkan makanan ringan untuk mereka Lis, tidak usah banyak drama lagi, salah sendiri belum punya anak!" Bu Karni kembali melontarkan perkataan kasar kepada Lisa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status