Share

Bab 2 *Sakitnya Di Bandingkan*

Mendengar perintah dari Ibu mertuanya, Lisa langsung bergegas ke dapur tanpa mengucapkan kata permisi dengan Riza yang dari tadi ada di hadapannya. Sedangkan Riza, jika dengan Ibunya sama sekali tidak bisa melawan ucapan. Karena dia tidak ingin menjadi anak yang durhaka meski di dalam hatinya ingin sekali marah jika ada yang merendahkan Lisa. 

"Riza! Ngapain kamu jongkok di situ, ayo keluar menemui Kakakmu!" ajak Bu Karni sambil melangkah menuju ruang tamu.

Riza yang masih tadinya jongkok pun langsung berdiri mengikuti langkah Ibunya. Sementara Lisa, di dapur hanya menahan kesedihan dan mempersiapkan mental jika nanti sewaktu-waktu saat dia menyuguhkan makanan dan minuman di luar, mendapatkan ucapan yang tidak mengenakkan hati. Jantungnya sudah berdebar ketika dia telah selesai membuat teh dan menaruh kue lapis di piring. Baginya, ini adalah detik-detik akan mendapatkan perkataan yang kurang enak di dengar. 

"Biar bagaimanapun, aku harus sabar dan kuat menghadapi ucapan mereka nanti. Mau gimana lagi, memang kenyataannya aku belum memiliki seorang anak. Mungkin juga Mas Hadi dan Mbak Mita tidak akan membicarakan soal itu, pasti mereka juga punya perasaan," gumam Lisa di dalam hatinya dengan perkataan untuk menyemangati dirinya sendiri.

Meski hatinya tidak tenang, namun dia berusaha untuk bersikap biasa saja sambil berjalan ke arah ruang tamu dengan tanpa beban atau sedang tidak ada masalah. Sesampainya di ruang tamu, dia meletakkan makanan dan minuman dari atas nampan dengan pandangan yang menunduk. 

"Silahlan Mbak, Mas, di nikmati hidangan seadanya. Eh, ada keponakan Tante yang ganteng-ganteng," sapa Lisa yang kali ini sambil tersenyum ke arah Leo dan Rendi.

"Makannya kamu cepat punya anak! Biar ada yang di ajak bermain! Kamu tanya tuh, sama Mita bagaimana caranya dia bisa langsung punya anak!" sahut Bu Karni yang mengawali ucapan yang tidak enak di hati Lisa.

Seketika Lisa hanya diam sambil tersenyum palsu padahal di dalam hatinya bagaikan teriris pisau karena merasa bosan, hampir setiap hari yang dia dengarkan adalah perkataan yang sama.

"Kalau itu sih, aku tidak tau caranya Bu, setelah menikah selang dua bulan aku langsung hamil tanpa program juga. Entah aku terlalu subur atau gimana, kau juga tidak tahu!" balas Mita yang berhasil membuat hati Lisa tambah perih.

"Nah, itu dia Mit, Lisa ini tidak seperti kamu. Kamu itu sangat subur dan dia, banyak saudaranya yang tidak punya anak. Entah bagaimana nasib Riza di masa depan kalau sampai seumur hidupnya tidak memiliki anak dari Lisa. Ibu kasihan Riza sebenarnya Mit, Ibu inginnya setiap hari bermain bersama cucu Ibu seperti tetangga kita," sambung Bu Karni dengan perkataan yang membandingkan Lisa dengan Mita yang notabennya juga sama-sama menantu.

Mendengar perkataan Ibunya, membuat hati Riza merasa sakit karena dia merasa bosan setiap harinya di tanya tentang anak dari Ibunya ataupun orang di kampungnya. Ingin berbicara pun rasanya dia tidak sanggup, yang ada paling keributan dan akhirnya dia lebih memilih diam.

"Tapi Bu, anak kan titipan rezeki, kita tidak pernah mengetahui nasib kita, rezeki kita, bahkan kematian, hiraukan saja apa kata tetangga ya," sambung Hadi yang membalas dengan perkataan yang membela Lisa.

Setelah dari tadi dia saja, dengan menahan rasa sakit hati, akhirnya Lisa menjawab pertanyaan Ibu mertuanya itu.

"Ibu, tapi aku sudah melakukan beberapa tes hasilnya jika aku subur kok, hasilnya juga ku simpan di lemari. Mungkin memang benar yang di katakan Mas Hadi jika mungkin belum rezekiku! Aku akan berusaha terus untuk mendapatkan cucu untuk Ibu!"  Lisa berbicara dengan menahan air matanya agar tidak menetes.

"Itu terserah kamu. Nyatanya sampai sekarang kamu belum juga hamil kok, sekarang kamu balik ke dapur untuk memasak sana!" bentak Bu Karni yang mempermalukan Lisa di hadapan anak dan menantunya.

Sementara Mita melihat pemandangan seperti ini, dia merasa bangga karena merasa menjadi menantu idaman bagi Ibu mertuanya. Sedangkan Riza pergi berlalu menghampiri Lisa yang ada di dapur. Di dalam hatinya sangat sakit mendengar istrinya di perlakukan tidak adil dengan Kakak iparnya. Dengan wajah yang bersalah, Riza memeluk Lisa dari belakang sampai-sampai wortel yang di pegang Lisa terjatuh ke lantai karena terkejut.

"Mas Riza, ngagetin aku saja. Ku kira siapa tadi,"  Lisa berkata sambil meletakkan pisaunya yang tadinya akan dia gunakan untuk mengupas wortel.

"Ih, istriku ternyata kaget ya, maafin aku ya sayang. Mas tidak tau harus berbuat apa, kamu tau sendiri Ibu itu orangnya bagaimana, aku tidak bisa melawan ucapan Ibu. Kamu tau sendiri jika aku hanya punya Ibu saja, baktiku juga untuknya!" dengan entengnya Riza meminta berbicara yang seolah-olah dia tidak mengetahui posisinya adalah kepala keluarga.

"Mas, aku tau jika baktimu memang harus pada Ibumu. Kamu harus ingat jika kita telah berumah tangga tidak boleh orang tua ikut campur rumah tangga anak kecuali kamu lupa akan kewajibanmu dalam memberi uang. Aku tau kok, jika anak laki-laki itu milik Ibunya tapi tidak sepenuhnya orang tua ikut campur dalam hal rumah tangga anak. Ya sudah Mas, aku mau memasak sekarang, kamu di luar dulu ya," Lisa kembali melakukan aktifitas dapurnya dan menghiraukan Riza yang masih terpaku di belakangnya.

Mendengar ucapan istrinya, membuat Riza menjadi berpikir jika yang di bicarakan istrinya itu ada benarnya. Namun dia sendiri bingung yang berposisi sebagai kepala rumah tangga, dia harus berbuat apa jika Ibu dan istrinya saling bertentangan sedangkan keduanya sama-sama dia sayangi. Dengan langakah yang malas, dia terpaksa kembali ke ruang tamu dan tidak jadi menemani istrinya memasak. Mau berbaring di kamar pun rasanya sungkan dan takut jika di kira tidak menghargai. Yang akhirnya langkahnya telah sampai juga di ruang tamu.

"Kenapa kamu lesu Riz? Coba gendong keponakanmu, siapa tau kamu cepat ketularan punya anak. Oh iya, pepatah bilang jika di ompolin sama anak kecil kayak Leo, cepat punya anak. Siapa tau beneran mitos itu! sahut Mita sambil menyerahkan Leo ke Riza.

Riza pun langsung menggendong Leo yang tidak menggunakan pampers itu. Demi mendapatkan buah hati, Riza selalu melakukan segala yang di ucapkan orang lain kepadanya. Terlebih Lisa, dia sampai bosan meminum ramuan herbal yang konon katanya membuat kandungan menjadi subur. Sementara Lisa di dapur, meski dia dalam kondisi memasak, dia juga sambil mengirim pesan kepada temannya yang bernama Ani untuk sekedar menanyakan obat apalagi untuk menyuburkan kandungan ataupun pengobatan lainnya.

Di dalam hatinya, ingin sekali pulang ke rumah orang tuanya dan tinggal di sana agar tidak mendengar ucapan Ibu mertuanya yang bermulut pedas lagi. Tetapi, semua itu dia tepis karena Riza pasti lebih berat meninggalkan Ibunya dari pada dirinya.  Sambil menunggu balasan pesan dari Ani, dia menggoreng ikan lele sambil melamun. Sampai- sampai dia tidak menyadari jika ada Rendi di belakangnya. Ketika dia mulai memasukkan ikan lele lagi ke dalam wajan yang berisi minyak panas dan akhirnya ikan lele itu meletup- letup dan mengenai kulit Rendi yangembuat dia langsung teriak.

"Sakit Tante! Aduh, sakit tangan dan wajahku!" teriak Rendi sambil memegang tangan dan wajahnya.

Mendengar teriakan Rendi di belakangnya, membuat Lisa kaget karena dia takut jika teriakannya membuat Kakak iparnya menjadi salah paham. Wajahnya mulai panik ketika mendengar suara Kakak iparnya yang berjalan ke arah dapur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status