Share

Bab 3 * Di Tuduh*

Lisa berusaha menenangkan Rendi yang terus saja berteriak kesakitan sambil menyebut namanya. Namun pada akhirnya, perjuangan menenangkan Rendi sia-sia karena Mita telah sampai di dapur bersama Ibu mertuanya sambil melotot ke arahnya.

"Lisa! Kamu apakan cucuku!"  bentak Bu Karni dengan mata melototnya.

"I-itu Bu, dia terkena letupan ikan lele yang ku goreng. Maaf ya Mbak, aku tidak tau jika Rendi ada di belakangku," dengan gugup Lisa menjawab pertanyaan Ibu mertuanya.

"Aduh Lisa, kamu harus perhatikan di sekelilingmu dong! Masak, ada anak kecil saja tidak sadar. Apa kamu sengaja ya, ingin melukai anakku? Kamu iri kan, aku punya anak dan kamu belum? Iri ya iri Lis, tapi jangan gitu juga kali," sambung Mita sambil mendekap Rendi yang masih menangis.

Mendengar perkataan Kakak iparnya, membuat hati Lisa bertambah sesak. Rasanya dia tidak mampu untuk berdiri lama-lama di hadapan ipar dan Ibu mertuanya. Membela diri pun sudah tak mampu, pasti dia yang akan kalah. Akhirnya dia lebih memilih diam saja ketika di salahkan. Mendengar keributan di dapur, membuat Hadi dan Riza penasaran. Keduanya langsung bergegas menuju dapur.

"Ada apa ini ribut-ribut? Kenapa dengan Rendi?" ucap Hadi dengan wajah yang panik ketika melihat anaknya menangis.

"Ini loh, anakmu habis terkena letupan minyak panas. Ini gara-gara si Lisa yang masak kebanyakan melamun," sahut Bu Karni dengan mata sedikit melirik ke arah Lisa.

Mendengar ucapan Ibu mertuanya hati Lisa benar-benar hancur karena semua kesalahan, pasti ujung-ujungnya dia yang di salahkan. Hanyalah diam dan mengalahlah yang ada dalam hidupnya selama ini. Karena dia selalu sadar akan kekurangannya dan menurutnya, hanyalah  Riza yang bisa menerima kekurangan pada dirinya jika dia belum mampu memeberikan seorang anak. Di sisi lain, di dalam hatinya yang paling dalam dia sudah tidak mampu menahan ucapan Ibu mertuanya. Tinggal di rumah kedua orang tuanya adalah salah satu impiannya yang di nantikan selama ini namun Riza tidak bisa meninggalkan Ibunya untuk tinggal sendirian di rumah. Melihat Lisa di salahkan, Riza hanya diam saja namun tidak dengan Hadi, dia justru membela Lisa.

"Sudah Ibu, ini pasti salah Rendi. Lisa mungkin terlalu serius memasak sehingga tidak menyadari jika Rendi ada di dapur apalagi di dekatnya. Masalah seperti ini jangan di ambil serius. Kasihan kan Lisa, ini juga cuma luka sedikit nanti pasti akan cepat sembuh," Hadi berkata sambil melihat luka di lengan tangan Rendi sedangkan Mita yang mendengar ucapan suaminya merasa geram dan kekesalannya dia ungkapkan dengan suara yang lantang.

"Mas! Kamu lebih membela Lisa! Jelas-jelas anak kita terluka gara-gara dia! Atau jangan-jangan kamu suka ya sama dia! Jujur Mas," Mita melontarkan suara lantangnya dengan mata melotot sambil menunjuk ke arah Lisa.

Sedangkan Lisa memberanikan diri untuk menjawab ucapan Kakak iparnya itu dengan ucapan yang lumayan tegas.

"Mbak Mita! Apa yang di bilang Mas Hadi itu benar! Mana mungkin aku melukai keponakanku sendiri, aku tidak tau jika ada Rendi di sini karena memang bising letupan ikan lele yang keras membuatku hanya fokus menggoreng! Mas Hadi juga tidak mungkin suka denganku Mbak, aku sadar diri jika aku hanyalah wanita yang penuh kekurangan dan hanya Mas Riza yang bisa menerima kekuranganku. Aku sadar itu," baru kali ini Lisa mengeluarkan suaranya yang lumayan lantang di hadapan anggota keluarga Riza di iringi isakan tangisnya.

Seketika Lisa tak melanjutkan aktifitas memasaknya dan langsung pergi ke kamar tanpa permisi untuk menenangkan diri. Yang dia harapkan adalah pembelaan dari Riza yang seperti biasa. Namun suaminya kenapa dari tadi hanya diam saja. Saat ini dia benar-benar merasa kesepian tak ada teman. Di tengah isakan tangisnya di atas bantal, datanglah Riza dari belakang sambil menggosok punggungnya.

"Lisa, maafin Mas ya! Lagi-lagi kamu harus menangis. Sekarang, apa maumu? Semampuku aku akan menurutimu!" ucap Riza sambil menggosok punggung Lisa agar dia bisa lebih tenang.

"Baiklah Mas, yang ku inginkan hanyalah ingin tinggal di rumah kedua orang tuaku. Bagaimana, apa kamu setuju?" 

Mendengar permintaan Lisa membuat hati Riza bimbang. Di sisi lain kasihan dengan istrinya, di sisi lain dia tidak tega meninggalkan Ibunya di rumah sendirian. Setelah berpikir dengan lumayan lama, akhirnya dia memutuskan dengan keputusannya sendiri.

"Maafkan aku Lis, aku hanya bisa menginap di rumah orang tuamu tapi hanya beberapa hari saja. Kalau untuk tinggal menetap, aku rasa belum bisa. Kasihan dengan Ibu, pasti dia akan kesepian tinggal di rumah sendirian. Aku yakin kamu pasti juga kasihan pada Ibu. Kamu wanita baik dan sabar, aku yakin suatu saat Ibu akan bersikap baik denganmu!" balas Riza yang lagi-lagi berat meninggalkan Ibunya.

"Kalau begitu aku mengerti Mas, kamu pasti lebih berat ke Ibumu dari pada aku, istrimu? Aku tau kok, baktimu pada Ibu itu wajib. Tapi, kamu juga harus mengerti perasaanku sebagai seorang istri. Aku ini punya hati Mas, aku ini seorang wanita. Kenapa Ibu selalu berbicara seenaknya seolah-olah aku tak punya hati? Aku ini orang hidup bukan mati. Mungkin hati Ibu, yang sudah mati, tak punya perasaan!" akhirnya Lisa berhasil mengeluarkan ucapan dari dalam hatinya yang telah dia pendam selama ini.

"Diam Lisa! Ibu juga punya hati kok, jangan merendahkan Ibu. Kamu harus sadar diri jika memang, kamu belum memberikan cucu untuknya! Apa yang Ibu katakan itu ada benarnya! Kamu seharusnya bersyukur, memiliki aku yang menerima kekuranganmu.  Coba kamu lihat di luar sana, banyak lelaki yang meninggalkan istrinya karena belum punya anak!" sahut Riza yang tak mau kalah untuk membalas ucapan Lisa dengan perkataan membela Ibunya.

Seketika mulut Lisa bagaikan terkunci mendengar perkataan Riza. Hanyalah air mata yang mengalir bertambah deras untuk menjawab ucapan suaminya itu. Suami yang selama ini dia banggakan dan selalu membelanya, entah sekarang ikut merendahkannya. Sedangkan Riza yang tadi menggosok punggungnya, perlahan langsung pergi keluar dari kamar tanpa mengucapkan sepatah kata untuk Lisa.

Riza keluar kamar dengan wajah yang murung. Bu karni yang melihat anaknya yang berjalan ke ruang keluarga dengan langkah yang malas, langsung saja menghampiri sambil menggendong Leo. Sedangkan Hadi dan Mita juga ikut melangkahkan kaki ke ruang keluarga.

"Kamu bertengkar sama Lisa ya? Tumben wajahmu murung kayak gitu? Biasanya saja, Ibu yang kamu lawan. Memang istrimu itu tidak tau di untung. Sudah numpang di rumah ini, tidak bekerja, anak juga belum ada, kamu menikah dengannya hanyalah buntung, bukan untung!" sahut Bu Karni dengan perkataan pedasnya. Bukannya menasehati anaknya dengan ucapan yang baik justru membumbui agar anaknya benci kepada istrinya. Sedangkan di sini hanyalah Hadi yang paling bijak dalam menyikapi masalah pun ikut bersuara dan Riza hanya diam tidak menjawab pertanyaan Ibunya.

"Ibu, sebaiknya Ibu jangan ikut campur urusan rumah tangga anak. Riza dan Lisa berhak menentukan jalan hidupnya. Kasihan Lisa yang tinggal bersama Ibu jika ucapan Ibu terus seperti itu, mungkin bisa jadi Lisa akan tertekan dan menyebabkan dia sulit untuk hamil!" sahut Hadi dengan ucapan yang lantang dan mampu membuat seluruh anggota keluarganya tercengang karena pembelaannya kepada iparnya.

Lagi-lagi Mita cemburu ketika suaminya selalu membela Lisa di hadapannya.

"Mas! Kamu suka kan, dengan Lisa? Dari tadi aku perhatikan ucapanmu selalu membela wanita mandul itu! Jawab!" bentak Mita dengan mata melotot ke arah Hadi.

"Bukan begitu Mita, aku hanya mengucapkan kebenaran. Aku tidak membela mana yang salah dan tidak menyalahkan mana yang benar!" balas Hadi sambil mengusap keningnya.

"Sudah! Kalian jangan pada ribut. Kepala Ibu pusing nih," Bu Karni yang tidak ingin Mita bertengakar dengan anaknya, dia hanya bisa berpura-pura sakit kepala agar menantunya itu tidak meneruskan amarahnya karena hanya dia menantu yang dia sayang dan tidak mau kehilangannya.

Lisa yang dari tadi mendengar perbincangan anggota keluarga suaminya, membuatnya menyadari bahwa hanya Hadi yang mampu mengucapkan kata kebenaran. Dari sini dia akan memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Entah nanti di restui oleh Riza atau tidak, yang terpenting dia akan tetap meminta izin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status