Mag-log inBegitu mereka menembus wilayah kematian itu, pandangan di depan mendadak terbuka luas.Ujung jalan kecil itu tersambung pada sebuah platform melingkar raksasa. Seluruh permukaannya disusun dari batu giok putih murni yang memantulkan cahaya lembut. Platform itu mengambang di atas air kolam surgawi, dikelilingi kabut spiritual yang berputar seperti awan, sementara aura spiritual menetes seperti hujan gerimis di udara.Di tengah platform, terdapat sebuah mata air berdiameter sekitar tiga meter. Air yang mengalir dari sana bukanlah air biasa, melainkan cairan spiritual pekat berwarna-warni, seolah-olah tidak bisa menyatu dengan udara karena kepadatannya yang luar biasa. Kehidupan murni dan energi spiritual yang memenuhi tempat ini semuanya bersumber dari sana.Namun, begitu mereka melewati wilayah hukum yang kacau dan menapakkan kaki di atas platform giok putih itu, energi murni di udara sama sekali tidak membawa rasa lega. Sebaliknya, tekanan mengerikan, jauh lebih berat dari milik Eryon,
Wilayah ini seolah-olah menjadi tanah terlarang di mana hukum alam telah runtuh, sebuah tempat mengerikan di mana bahkan aturan langit dan bumi pun menjadi musuh bagi segala kehidupan."Ah!" Zamer yang kehilangan satu lengannya akhirnya tak mampu bertahan lagi. Ketika gravitasi tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat, tubuhnya yang sudah lemah kehilangan keseimbangan.Ditambah dengan bayangan-bayangan mengerikan yang terus muncul dalam benaknya, kakinya terpeleset. Dengan seruan pendek, dia terjatuh ke arah danau di sisi mereka, danau yang dipenuhi celah ruang mematikan."Zamer!" Zara menjerit, mencoba meraih tangannya. Namun, dia segera terpental oleh arus udara kacau yang tiba-tiba meledak di antara mereka.Tepat ketika Zamer hendak jatuh ke jurang kematian itu, sebuah bayangan berwarna hijau melintas bagai hantu di sisinya.Dengan satu tangan, Luther mencengkeram bagian belakang baju Zamer, sementara tangan satu lagi membentuk jari pedang, menggores beberapa kali ke arah depan, ke ar
"Kita pergi, tempat ini nggak cocok untuk berlama-lama."Luther melangkah lebih dulu ke jalan kecil yang licin dan rusak itu. Langkahnya tetap mantap seperti biasa. Namun, Misandari bisa merasakan kalau aura di sekelilingnya jauh lebih tenang daripada sebelumnya, seolah-olah dia sedang menahan kekuatannya dan mengumpulkan tenaga untuk menghadapi tantangan tak terprediksi di depan sana.Rombongan itu mengikuti dalam diam. Suasana terasa mencekam. Logar dan dua pengawal lainnya menggenggam senjata mereka erat-erat, menatap ke arah danau berwarna merah tua yang bergolak di kedua sisi dengan waspada. Mereka khawatir ada lagi makhluk aneh yang tiba-tiba menyerang.Zara menopang Zamer yang kondisinya semakin memburuk. Erosi energi jahat dari darah naga membuat sisa vitalitasnya terus terkikis, bahkan pandangannya mulai mengabur.Semakin mereka melangkah ke dalam, pemandangan di sekitar semakin aneh. Danau biru jernih yang tadinya terpisah jelas dari wilayah yang terkontaminasi warna merah ge
"Kalian pergilah dulu, terus maju ikuti jalan batu itu," seru Luther dengan nada muram karena tahu dia tidak bisa terus dalam keadaan bertahan. Dia tiba-tiba menarik kembali bayangan diagramnya, lalu tubuhnya memelesat ke depan dan bukannya mundur. Dia berubah menjadi cahaya biru kehijauan dan memelesat maju menghadapi hujan cahaya mematikan itu tanpa gentar.Klang!Luther akhirnya menghunus pedang panjangnya yang mengeluarkan dengungan nyaring. Begitu pergelangan tangannya bergetar, cahaya pedang turun dari udara seperti air terjun dan membentuk tirai pedang biru kehijauan yang padat di depannya.Ding! Dang! Boom!Saat berkas cahaya bertabrakan dengan cahaya pedang, terjadi ledakan beruntun disertai cahaya menyilaukan. Sebagian besar serangan berhasil ditahan dan dihancurkan, tetapi ada beberapa yang menembus pertahanan.Saat cahaya itu menghantam permukaan danau di belakang Luther, darah menyembur ke udara dan mengguncang jalan batu giok sampai hancur di beberapa bagian.Melihat pema
Air danau berwarna merah tua yang tadinya hanya bergerak dengan pelan pun tiba-tiba bergejolak, seolah-olah makhluk raksasa yang sedang terbangun di dasar air.Beberapa saat kemudian, tentakel-tentakel sebesar tong air yang terbentuk dari darah kental dan aura jahat pekat tiba-tiba muncul dari dalam air. Seiring dengan tiupan angin amis yang menusuk hidung dan suara gesekan tajam yang membuat gigi ngilu, entitas-entitas itu muncul. Setelah itu, mereka menghantam dan melilit rombongan di atas jalan batu dari segala penjuru."Hati-hati!" teriak Logar dengan lantang, lalu mengayunkan pedangnya dan menebas salah satu tentakel yang mengarah ke Misandari.Namun, begitu bilah pedang menghantam tentakel itu, terdengar suara dentingan logam dan memercikkan bunga api. Tentakel itu ternyata sangat kuat dan dipenuhi energi korosif yang luar biasa sampai guncangan pedangnya membuat lengan Logar mati rasa. Sementara itu, bilah pedangnya langsung tertutup lapisan kotoran berwarna merah tua dan cahaya
Luther berjalan menuju tepi altar, mengabaikan aura dendam yang pekat di sekitarnya. Dia membungkuk dan memungut token perunggu itu, lalu menyentuh pola aneh di atasnya dengan tatapan dingin."Bukan cuma satu kelompok. Dilihat dari perbedaan bercak darah yang baru dengan lama dan bentuk benda-benda peninggalan ini, setidaknya ada tiga atau lebih kelompok berbeda dalam puluhan tahun ini yang melakukan ritual pengorbanan darah di sini," kata Luther.Setelah itu, Luther melangkah ke arah salah satu mayat yang masih relatif utuh. Saat memeriksa kerangka itu, dia menyadari tulang dadanya berwarna emas gelap yang tidak wajar dan penuh dengan retakan halus."Orang ini kultivasinya nggak lemah. Saat masih hidup dia setidaknya seorang ahli tingkat master, tapi penyebab kematiannya ... sepertinya darah dan jiwanya disedot habis oleh kekuatan tertentu secara paksa. Bahkan spiritual di dalam tulangnya pun ikut terkuras," kata Luther lagi."Ritual pengorbanan darah ini untuk berkomunikasi atau untu






