Share

19. Hamil

Aku mengejapkan mata perlahan. Kembali kututup saat cahaya menyilaukan mata. Sosok Mas Ridho pertama kali kulihat saat kesadaran terkumpul sepenuhnya.

"Yah, " panggilku lirih.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Bun." Mas Ridho mendekat, membantuku bersandar di headboard.

"Ya Allah, Bu Salma... Saya benar-benar khawatir Ibu jatuh pingsan tadi. Saya langsung menelepon Pak Ridho biar cepet pulang. Untung Ibu gak kenapa-napa," terang Bu Tini.

Lagi-lagi bau jengkol menyebar, memenuhi indra penciuman. Tanpa diminta rasa mual pun hadir kembali.

"Aku pengen muntah, Yah."

Dengan sigap Mas Ridho memapahku hingga ke kamar mandi. Aku muntahkan semua isi perut, meski hanya cairan bening yang keluar. Karena tak ada makanan yang tersisa di lambung.

"Bu Salma tidak apa-apa, kan?"

"Jangan bicara, Bu. Bau mulut Bu Tini membuat saya ingin muntah. Tolong tutup mulutnya rapat-rapat."

Seketika Bu Tini menutup mulutnya dengan tangan. Kemudian mundur dan meninggalkan kamarku. Aku pun bernapas lega kala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status