Share

22. Si Mata Biru

“Hey, slow, Nawa. Ada apa ini?” tanya Brama sambil terus menahan senyum. Lengan bajunya diserat Nawa, entah akan dibawa ke mana ia.

“Nawa, apa kamu terlalu berna*su denganku sampai segininya? Apa yang kamu inginkan dariku? Jangan-jangan kamu mau menodaiku." Brama kembali menggoda.

“Diam!”

Tiba di tempat sepi, Nawa berhenti. Ia melepaskan cekalan di lengan baju Brama sambil berkacak pinggang.

“Kenapa kamu bohong?” tanya Nawa mengintimidasi.

“Bohong masalah apa?”

“Pas di rumah sakit, katamu aku hamil. Kenapa kamu ngomong gitu? Padahal aku nggak hamil. Keterlaluan kamu, ya!”

Bukannya merasa bersalah, Brama malah terpingkal-pingkal. “Tapi nyatanya saat itu kamu percaya, kan? Aku jadi curiga kalau kamu pernah ‘itu’ sampai segitu takutnya dan percaya saat aku bilang kamu hamil. Kalau nggak pernah, kamu pasti akan menyangkal atau ngamuk dan nggak percaya sama yang aku ucapkan. Hayo ngaku?”

“Ini bukan hal lucu yang pantas kamu tertawakan, Brama!” Bahkan Nawa tidak lagi memberi embel-embel mas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status