Share

Hampir Celaka

Author: AD07
last update Huling Na-update: 2025-05-18 09:11:52

Dan di sinilah Lura berada.

Duduk tegak dengan tangan bertaut rapi di pangkuannya, di hadapan empat orang yang tampak seperti pintu masuk menuju dunia baru—empat pewawancara yang akan menentukan apakah dirinya layak atau tidak.

Dua pria dan satu wanita di sisi kanan, satu pria lagi duduk sedikit memimpin di tengah. Semuanya berpenampilan rapi dan netral, tanpa senyum basa-basi.

Wajah mereka serius, penuh penilaian, dan sangat terlatih untuk tidak menunjukkan kesan apapun.

Di hadapan mereka terbuka map dokumen Lura—berisi prestasi, sertifikat, dan pengalaman kerja yang disusun secara strategis dan sangat profesional.

Beberapa dari mereka membuka lembar demi lembar, membaca dalam diam, sesekali saling menatap singkat, saling berbicara hanya dengan ekspresi mata.

Lura duduk tenang, meski di balik blazer navy-nya, punggungnya terasa sedikit tegang.

Ia bisa mendengar detak jam di dinding, terasa lebih keras dari biasanya.

Akhirnya, suara terdengar.

Wanita di sisi kanan, berambut pendek dan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dimanja Suami Kontrak   Tidak Bisa Hancur Seperti Ini

    Jelita menatap nyalang ke arah pria yang kini berdiri di depannya, tubuhnya masih menegang setelah diseret masuk ke dalam apartemen murahan itu—ruang sempit yang lembab, pengap, dan berbau seperti koreng yang tak pernah dibersihkan. Tom menutup pintu di belakang mereka, keras, lalu berjalan mendekat sambil tertawa kasar.“Teriakanmu barusan menggelikan,” katanya, suaranya serak seperti batu yang tergores. “Bukan baru sekali aku menyentuhmu, Jelita. Jangan sok suci di hadapanku.”Jelita mengangkat telunjuknya, matanya berapi. “Jaga bicaramu, Tom! Kau tidak punya hak bicara seperti itu padaku!”Tom menyipitkan mata, memandangnya seperti sesuatu yang tak lagi berharga. “Oh, aku tidak punya hak? Lalu selama ini aku apa? Anjing peliharaanmu yang siap menjilat setiap kau suruh? Tugas terakhirku belum kau bayar, dan aku membawamu ke sini hanya untuk menagih apa yang menjadi hakku.”Ia mendekat, napasnya memburu.“Setelah ini,” lanjut Tom dengan dingin, “aku tidak akan lagi menyentuhmu. Aku

  • Dimanja Suami Kontrak   Jangan berani Menyentuhku!

    Lura berdiri tegak di depan tiga sosok yang selama ini membentuk luka-luka paling dalam dalam hidupnya. Angin sore meniup rambutnya lembut, sementara orang-orang berlalu-lalang di sekitar mereka tanpa tahu bahwa pertemuan ini seperti percikan api di atas genangan bensin, berbahaya, mudah terbakar. Ia baru saja keluar dari Azmara.Di hadapannya, ayahnya, ibu tiri dan Jelita, saudari tiri yang tak pernah bertingkah sebagai saudara.“Begitukah cara bicara pada ayahmu?”Lura tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai ejekan ketimbang sapaan hormat. Ia menatap pria itu dari ujung kaki ke kepala, mantel lusuh, sepatu usang, dan rambut yang tak terurus. Dulu, Kuncoro adalah pria yang tak bisa keluar rumah tanpa setelan jas mahal. Kini bahkan nafasnya pun terdengar seperti beban hidup.“Lalu bagaimana aku harus bicara padamu?” Lura bertanya tenang, nyaris berbisik, tapi tajam. “Dengan lembut? Dengan rindu? Dengan penuh bakti seperti yang selalu kau tuntut tapi tak pernah kau beri?”Kuncor

  • Dimanja Suami Kontrak   Aku Muak dengan Kalian

    Irene tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Ia duduk di hadapan Khailas, seperti masa-masa lalu yang pernah mereka habiskan dalam diam dan percakapan yang tak pernah sembarangan. Tapi kali ini berbeda. Sangat berbeda. Tidak ada keteduhan dalam tatapan Khailas. Tidak ada sisa-sisa kasih yang pernah tumbuh, atau rasa bersalah atas kisah mereka yang karam tanpa pamit.Yang ada hanyalah dingin yang membekukan.Pertemuan ini diminta oleh Khailas sendiri, melalui asistennya yang datang dengan sopan tapi tegas, menyerahkan jadwal dan lokasi. Irene pikir, walaupun hanya sekilas, bahwa mungkin, hanya mungkin, pria itu ingin memperbaiki sesuatu. Atau sekadar menjalin kembali percakapan yang dewasa tentang masa lalu yang pernah mereka bagi sebelum dan sesudah perpisahan.Namun yang terjadi justru lebih menyakitkan dari sekadar penolakan.“Jauhi Allura.”Dua kata. Dua kata yang menghantam lebih keras daripada kalimat panjang penuh penjelasan.Khailas mengucapkannya dengan tenang, tap

  • Dimanja Suami Kontrak   Hidup Ratusan Tahun Lagi

    Belum sempat Danu mencerna kalimat terakhir yang diucapkan Lura, tentang kebebasan dan ketenangan yang kini dimilikinya, tubuhnya ditarik kasar dari arah belakang. Ia kehilangan keseimbangan, langkahnya terseret, lalu tubuhnya terdorong menabrak dinding. Kerah bajunya dicekal kuat oleh tangan kekar yang dingin dan tanpa ampun.Sebelum ia sempat menoleh, satu pukulan keras menghantam sisi wajahnya.Bughh!Kepalanya terputar, rasa perih menyebar cepat. Ia berdiri dalam keadaan limbung, kaget, tak siap, belum sempat menyiapkan sikap defensifnya. Dan sebelum bisa bertanya siapa yang menyerangnya, suara tenang namun tajam dan dingin terdengar di telinganya:“Kenali aku. Bukankah selama ini kau sangat ingin tahu siapa pria di belakang Allura?”Seketika darah Danu membeku. Suara itu…Tidak asing. Bahkan sangat familiar.Tapi otaknya menolak untuk mempercayai kenyataan. Itu mustahil. Tidak mungkin…Namun realita segera membantah penyangkalannya, karena satu pukulan lagi menghantam perutnya de

  • Dimanja Suami Kontrak   Kau… Siapanya?

    Di salah satu sudut gelap sebuah klub malam yang bising dan dipenuhi lampu berkedip, Danu duduk lunglai di sofa kulit hitam. Botol-botol minuman keras berserakan di atas meja bundar di depannya, sebagian sudah kosong, sebagian masih setengah penuh tapi tak lagi menyegarkan. Asap rokok, parfum, dan bau alkohol bercampur menjadi kabut tipis yang membekap udara. Musik dentum memekakkan telinga, tapi suara-suara itu hanya jadi gema hampa di kepala Danu.Ia meneguk habis satu gelas bourbon, pahitnya bahkan tak terasa di lidahnya yang mati rasa. Luka tembak di kakinya kembali berdenyut, mengingatkan bahwa ia pernah menjadi sasaran. Tapi rasa nyeri itu tak cukup mengalahkan perih yang menggerogoti dadanya sejak pertemuannya dengan Lura siang tadi.Wajah Lura kembali muncul di kepalanya. Tatapan wanita itu. Tenang. Dingin. Tanpa bekas kekaguman. Tanpa jejak cinta.Itu yang membuatnya nyaris menggila.Danu mencengkram rambutnya sendiri, geram. Ia membayangkan ulang momen singkat itu. Lura tida

  • Dimanja Suami Kontrak   Tak lagi Menolehku

    Langkah Lura terhenti seketika. Nafasnya tercekat. Suara yang memanggil namanya itu terlalu dikenal, terlalu akrab, dan terlalu menyakitkan untuk dilupakan. Ia tidak langsung menoleh. Tubuhnya membeku, seperti tidak percaya bahwa suara itu bisa muncul di tempat umum seperti ini, di tengah keramaian pusat perbelanjaan yang modern dan terang.Perlahan, Lura berbalik. Dan disanalah dia.Danu.Penampilannya berantakan. Rambut yang biasanya tertata rapi kini acak-acakan, jas mahalnya lusuh, kemeja dalamnya terbuka dua kancing, dan wajahnya… Tuhan, wajah itu menyimpan amarah, kelelahan, dan kehancuran yang nyaris tak bisa disembunyikan. Tak ada lagi pria flamboyan penuh percaya diri yang pernah ia kenal dulu.Hanya pria yang kalah oleh hidup, atau mungkin oleh dirinya sendiri.Lura mengerjap. Wajahnya dingin. Tanpa rasa bersalah. Tatapannya tajam. Waspada. Ia melirik kanan dan kiri, menghitung kemungkinan. Tempat ini cukup ramai, tapi tak cukup aman jika Danu nekat menyerangnya. Meski kemun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status