Evan yang tidak tega langsung melepas kedua tangan Aira yang melingkar di perutnya. Ia berbalik menghadap Aira, ia melihat Aira menunduk menahan tangis.Evan langsung mengangkat wajah Aira yang masih menunduk dengan kedua tangannya, lalu ia menghapus air mata istrinya."Jangan kayak gini lagi ya, saya khawatir bayi kita kenapa-kenapa." tegur Evan lembut membuat Aira langsung mengangguk, lalu melihat mata Evan."Maafin aku Kak." lirihnya, Evan langsung menarik Aira ke pelukannya lalu mencium ubun-ubun istrinya."Udah, jangan nangis lagi saya juga minta maaf," lanjut Evan membuat Aira langsung mempererat pelukannya."Udah, kita tidur lagi makin dingin cuacanya." ajak Evan, lalu melepas pelukannya dan menggendong Aira ke kamar.Disisi lain, Farra dan Tio tidak langsung pulang ke rumah. Mereka jalan-jalan terlebih dahulu menikmati pemandangan malam, walaupun cuma dari dalam mobil."Mas," panggil Farra membuat Tio langsung menoleh sekilas "Kenapa?" tanya Tio."Menurut Mas, Aira sama Mas Ev
"Serah ... tanda tangani itu berkas-berkas," suruh Tio.Evan langsung berhenti tertawa, lalu ia membaca berkas tersebut sebelum di tanda tanganinya."Bawa balik berkas lu," ucap Evan memberikan kembali berkas tersebut ke Tio, membuat Tio langsung menyergit."Ngapain? Lu 'kan belum tanda tangan," tanya Tio bingung."Lu jangan mentang-mentang pengantin baru, kerjaan lu jadi berantakan ya. Lu baca balik banyak yang salah itu," jawab Evan datar. Tio langsung membaca kembali dan benar saja ada beberapa yang salah."Kerja ya kerja jangan di campur aduk semuanya, nggak konsen jadinya," omel Evan membuat Tio cengengesan."Iya-iya deh, gua ganti," lanjut Tio "Farra mana?" tanya Evan membuat Tio langsung mengangkat alisnya sebelah."Lu nanya?" tanya Tio balik "Ya iyalah gua nanya, ya kali gua minta," kesal Evan, membuat Tio langsung menggaruk alisnya sekilas."Aira mana?" tanya Tio balik membuat Evan menyergit "Ngajar," jawab Evan datar."Ya udah apalagi Farra juga ngajar hadeuh," tambah Tio sa
Setelah melihat ruangan Evan sepi, Naya langsung berdiri lalu melangkah menuju ruangan Evan. Sampai di ambang pintu Naya langsung mengetuk pintuk."Permisi Pak," sapa Naya sopan membuat Evan yang sibuk dengan berkasnya langsung mendongak."Iya, silahkan masuk," seru Evan dari dalam. Naya langsung membuka pintu membuat Evan tersenyum sekilas."Kenapa, Nay?" tanya Evan, Naya yang masih canggung ketemu dengan Evan, karena ia masih karyawan baru langsung memainkan tangannya."Em … maaf Pak, itu Bu Aira sudah tidur di meja Naya," jawab Naya membuat Evan kaget dan langsung berdiri."Banarkah? Ya ampun ... saya lupa," lanjut Evan, lalu ia melangkah keluar yang diikuti oleh Naya dari belakang.Begitu sampai di meja Naya, bibir Evan langsung melengkung indah.Perlahan Evan duduk di kursi Naya, lalu ia memperhatikan wajah istrinya yang sedang tidur.Entah apa yang terjadi pada Naya, ia malah baper melihat keduanya."Em … Pak, saya ke toilet dulu ya," ucap Naya.Seketika Evan langsung menoleh la
Andi melepas cubitannya dan menurunkan tangannya dari mulut Aira, Andi mengira Aira bakal ngomel lagi atau membalas cubitannya.Tapi hasilnya nihil, Aira langsung berdiri menghampiri Evan detik kemudian ia memeluk suaminya itu membuat Evan kaget."Kenapa sayang?" tanya Evan berusaha melonggarkan pelukan Ara, tapi Ara malah mempereratnya.Evan langsung menatap tajam Andi, sedangkan Andi ia hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Lalu ia menangkupkan kedua tangannya bibirnya mengatakan maaf pelan."Andi, Naya kalian boleh keluar ya." ucap Evan membuat Naya mengangguk tapi Andi malah melotot."Kamu ngusir?" tanya Andi, Evan hanya mengangguk sekilas. Andi mendekati Aira yang masih setia memeluk Evan.Perlahan tangannya terulur mengusap punggung Aira yang ia cubit tadi. Andi akui ia memang mencubitnya keras karena takut Aira membongkar aibnya."Dek Abang minta maaf," ucap Andi "Pergi!" usir Aira membuat Andi kaget lalu ia melihat Evan.Evan hanya mengangguk sekilas membuat Andi mau ti
[Assalamualaikum] sapa Ibu ramah.[Walaikumsalam Bu, Ibu sibuk nggak hari ini?] tanya Aira membuat Ibu langsung menyergit.[Nggak kok sayang, kenapa Nak? Evan jahatin kamu?] tanya Ibu.[Nggak Ibu, Aira lagi kangen aja sama Ibu sama masakan Ibu juga. Aira sendiri di rumah Bu] curhat Aira.[Oh menantu Ibu kesepian nih ceritanya, ya udah Ibu ke rumah kamu ya. Ibu masaknya di rumah kamu aja gimana?] saran Ibu membuat Aira langsung tersenyum girang.[Iya Bu, Aira tunggu ya] lanjut Aira lalu memutuskan sambungan. Setelah selesai menghubungi Umi dan Ibu mertuanya, Aira masih iseng ingin menghubungi Farra.[Halo Ai, kamu nggak ngajar ya] tebak Farra.[Iya nggak ngajar, Far pulang ngajar ke rumahku napa] ucap Aira membuat Farra menaikan alisnya sebelah.[Ngapain aku ke rumahmu? 'kan kamu di kantor sama Mas Evan] tanya Farra bingung.[Nggak, aku di rumah kok di suruh istirahat sama Pak Bos] jawab Aira, seketika tawa Farra pecah.[Oke-oke, nanti aku ke rumahmu] jawab Farra.Baru saja Aira memut
Malam hari setelah sholat magrib, mereka semua hendak pulang. Ibu sudah di jemput oleh Ayah Evan di depan."Ibu bawa lauk ini untuk Ayah nanti di rumah," ucap Aira lalu memberikan kantong plastik berisi lauk pauk yang sudah Aira bungkus."Makasih ya sayang ... Ibu pulang dulu ya, baik-baik kalian." pamit Ibu, setelah Aira dan Evan menyalam Ibu dan Ayah, mereka pun pamit pulang."Ini untuk Umi nanti buat Abi di rumah," ucap Aira sambil memberikan kantong plastik lagi sama Uminya." Makasih ya sayang ... anak Umi ini baik banget," ujar Umi sambil memeluk Aira."Dan ini buat Farra sama Kak Tio, siapa tau nanti lapar lagi," lanjut Aira. Evan hanya tersenyum melihat kebaikan hati istrinya"Makasih Aira besok datang ngajar ya," ucap Farra yang dibalas anggukan oleh Aira "Untuk Abang mana?" tanya Andi."Nggak ada!" jawab Aira jutek, Andi langsung mendengus kesal, rasanya tangannya ingin menjitak kepala Aira."Ya udah kalo gitu kami pamit duluan ya Aira, Evan, Umi, Andi." ucap Tio yang dibal
Disisi lain, di rumah orang tua Aira sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk acara nanti malam. Andi dan Naya juga ikut membantu walaupun cuma di dalam rumah."Nggak usah capek-capek banget Naya, nanti malam 'kan mau akad," nasehat Umi membuat Andi menoleh sekilas lalu tersenyum."Iya Umi, Naya nggak capek-capek kok," jawab Naya sopan."O iya Umi, karpet tebalnya masih ada nggak?" tanya Naya membuat Umi sejenak berpikir lalu mengangguk."Ada, di kamar paling belakang dekat gudang coba kamu lihat kesana ya," suruh Umi membuat Naya tersenyum lalu mengangguk kemudian ia melangkah menuju kamar belakang."Nanti malam, Abang udah resmi dah ini jadi seorang iman, seorang suami untuk seorang istri," goda Umi membuat Andi yang sedang menarik sofa langsung berhenti."Iya Umi doain Abang ya supaya amanah. Eh tapi Mi, si Aira sama Evan kok nggak datang sih?" tanya Andi membuat Uminya langsung geleng-geleng."Malam aja mereka datangnya, kalo sekarang Aira datang alamat nggak siap dah semua
***Pagi hari Naya bangun terlebih dahulu, ia bergegas masuk ke kamar mandi.10 menit kemudian ia keluar, Naya mendekati Andi lalu ia duduk di tepi ranjang."Mas," panggil Naya lembut sambil menggoyangkan lengan Andi, sedangkan Andi mulai menggeliat."Jangan ganggu deh, Aira," ucap Andi membuat Naya terkekeh, bagaimana bisa Andi mengiranya sebagai Aira."Mas ...," lanjut Naya, sekarang ia mendekatkan wajahnya ke wajah Andi. Perlahan Andi membuka matanya, detik kemudian matanya langsung terbelalak, ia langsung mengucek-uceknya matanya."Mas lupa ya kalo udah punya istri," ucap Naya membuat Andi langsung menepuk jidatnya pelan lalu ia tersenyum.Melihat Andi tersenyum Naya mulai menjauhkan tubuhnya, tapi tangan Andi buru-buru menahannya."Kenapa, Mas?" tanya Naya membuat Andi sejenak berfikir."Morning kissnya mana," jawab Andi membuat Naya langsung blushing."Ih ... Mas," ucapnya malu sambil mencubit perut Andi pelan, Andi malah terkekeh melihat ekspresi Naya."Kita belum ngapa-ngapai