Home / Zaman Kuno / Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam / Bab 5 : Rumah Dengan Perangkap Berduri

Share

Bab 5 : Rumah Dengan Perangkap Berduri

Author: Xiao Chuhe
last update Huling Na-update: 2025-02-10 16:21:15

Begitu selesai menjamu tamu, Shen Qi kembali ke kamar pengantin untuk bertemu dengan istrinya. Saat dia membuka pintu, Xue Ningyan masih duduk anggun di tepi ranjang dengan wajah tertutup kerudung merah.

Shen Qi menutup pintu, berdiri tepat di depan Xue Ningyan, dan tangannya bergerak membuka kerudung itu.

Ningyan menutup mata, aroma kuat dari arak memenuhi hidungnya hingga membuat muak. Shen Qi sudah ada di depannya.

“Xue Ningyan …, bukalah matamu. Lihatlah wajah suamimu dengan baik.”

Suara yang terdengar menusuk telinga itu membuat Ningyan langsung membuka mata. Napasnya tertahan, dia hanya melihat wajah datar Shen Qi saja di depannya.

“T-tuan Muda …,” Ningyan tergeragap, dia tahu cepat atau lambat tubuhnya akan menjadi milik Shen Qi.

Pria arogan yang terkenal tak berhati ini tidak akan melepaskan Ningyan begitu dia sudah disentuh dan menjadi miliknya.

Pangeran Pertama bahkan menunjuknya sebagai Kepala Biro Informasi yang didirikan sendiri olehnya dua tahun yang lalu.

Shen Qi adalah pria yang memenuhi kualifikasi untuk menerima pekerjaan berat itu. Sekarang, pria ini menjadi suami sah Ningyan.

Orang yang ditakuti di seluruh Ibukota ini adalah suami Xue Ningyan.

“Aku hanya akan mengucapkannya satu kali, jadi kau dengarkan baik-baik.” Shen Qi berkata pelan.

Ningyan menelan ludah. Sedekat ini, aura yang dikeluarkan Shen Qi sungguh membuatnya gelisah dan tidak bisa tenang.

“Kau hanya perlu patuh padaku dan duduk diam di rumah. Tidak perlu ikut campur urusan kediaman, tidak perlu melibatkan diri dengan persaingan apa pun dengan istri kakak-kakakku. Yang terpenting, jangan membuat masalah, jangan membuatku kerepotan.” Shen Qi berkata panjang dengan nada datar.

Ningyan menggeser duduknya sedikit untuk menghindari wajah Shen Qi. “Apakah Tuan Muda begitu tidak menyukai saya?”

Shen Qi melontarkan tatapan tajam ke arahnya, tersenyum tipis, “Suka? Bagaimana mungkin aku bisa langsung menyukai wanita yang bahkan tidak kukenal sama sekali.”

“Kalau begitu, kenapa Tuan Muda bersedia menikah denganku padahal tidak mau menerimaku?”

Demi mendengar itu, Shen Qi terdiam kaku. Memang benar bahwa dia tidak mau menerimanya meski sudah menikah. “Kau tidak berhak mengetahuinya.”

Ningyan menundukkan kepala, “Apakah Anda bisa menceraikan saya jika tujuan Anda sudah tercapai?”

“Apa?” Shen Qi menatap tak percaya. “Kenapa kau beranggapan kalau aku menikahimu karena suatu tujuan?”

“Ayah saya menikahkan saya dengan Tuan Muda karena memiliki tujuan yang harus dicapai. Tuan Muda Keempat memiliki hidup yang baik dan disegani orang-orang serta sudah mapan dan berasal dari keluarga terhormat, tidak mungkin mau menikah dengan saya kalau tidak punya tujuan lain.”

Shen Qi mengepalkan tangan, terdiam cukup lama. Lantas tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menatap Ningyan dengan sorot merendahkan.

“Ningyan …, jadi kau menyamakanku dengan ayahmu yang bodoh itu?” Shen Qi melotot tajam.

“Aku sungguh tidak salah menilaimu. Kau jauh lebih kuat dari pada yang aku bayangkan. Kau juga cerdas dan punya karakteristik yang tenang.”

“Memang aku menikahimu karena suatu tujuan. Tapi itu bukan sesuatu yang harus kau ketahui. Malah lebih baik jika kau tidak perlu tahu. Karena itulah aku ingin agar kau tidak ikut campur dan jangan menganggap dirimu sudah menjadi bagian dari Keluarga Shen.”

Shen Qi berdiri dari ranjang, melepas jubah pernikahannya, lalu mengambil posisi tidur di samping Ningyan.

Ningyan meremas seprai dengan kuat, “Tuan …, Muda? Anda mau tidur dengan saya?”

Shen Qi berdecak. “Aku tidak akan menyentuhmu, dasar bodoh. Tidur saja yang tenang.”

Ningyan menelan ludah, dia tidak bisa tidur dengan tenang seperti yang Shen Qi katakan. Dia bahkan tidak punya keberanian untuk turun dari ranjang dan melepas jubah pernikahannya dan perhiasan yang memberatkan kepalanya.

***

Kediaman Menteri Keuangan tidak sederhana. Ada banyak wanita berkuasa dari keluarga lain yang menikah ke keluarga ini. Dan seluruh urusan rumah tangga diurus langsung oleh Nyonya Besar Shen.

Tuan Muda Pertama, Shen Yi menikahi putri tunggal dari Kementerian Hukum, Zhu Mingyue. Tuan Muda Kedua, Shen Liang menikah putri ketiga dari Kementerian Administrasi, Song Xiuying. Tuan Muda Ketiga, Shen Sicheng menikah dengan pengusaha kaya dari Yangzhou, Yu Xinyi.

Tuan Muda Kelima, Shen Jinyang belum menikah namun sudah ditunangkan dengan keponakan Kaisar, Putri Yinyue. Lalu putri satu-satunya dari Keluarga Shen bernama Shen Lanhua. Usianya baru 15 tahun.

Selain wanita-wanita berkuasa yang disebutkan sebelumnya, masih ada Selir Pertama dan Selir Kedua. Tuan Muda Ke-empat adalah putra angkat Selir Pertama. Sedangkan Tuan Muda Ke-tiga dan Nona Ke-enam adalah putri dari Selir Kedua.

Dari silsilah yang rumit ini, semua orang yang berada di kediaman ini sama rumitnya. Semua putra sah dari Nyonya Besar dan Tuan Besar, Tuan Pertama, Kedua dan Kelima memiliki jabatan penting di Kementerian Keuangan.

Wanita-wanita yang menjadi istri mereka sama mengerikannya dalam hal kekuasaan. Kediaman ini serupa tembok kokoh yang tidak memiliki pintu keluar bagi orang-orang yang tidak punya kekuasaan.

Dan Ningyan terjebak di dalamnya. Tanpa tahu harus mengandalkan dukungan dari siapa untuk bertahan hidup di dalam penjara terburuk ini.

Kelak sepanjang hari, selain kekejaman Tuan Muda Ke-empat, dia tidak bisa lolos dari rundungan wanita-wanita berkuasa itu.

***

Di kediaman Tuan Muda Pertama Shen Yi, Nyonya Muda Pertama yang baru kembali ke kediaman setelah memuja leluhur di luar kota sudah mendapatkan kabar dari pelayannya tentang pernikahan Tuan Ke-empat yang mendadak.

Seorang pelayannya bernama Mu Bai, yang melaporkan kabar itu padanya sambil bertekuk lutut. "Nona Pertama Xue menikah dengan Tuan Muda Ke-empat setelah dijodohkan oleh ayahnya seminggu yang lalu.”

Zhu Mingyue tersenyum tipis sambil menyeruput tehnya. "Apakah serangga ini harus disingkirkan?"

"Nyonya, dia hanya putri pertama Menteri Pekerjaan Umum yang katanya diabaikan oleh ayahnya sendiri. Posisinya sangat rendah, Tuan Besar juga tidak akan peduli padanya, dia tidak akan memengaruhi kekuasaanmu. Sebaiknya jangan merendahkan diri dengan mencari masalah dengan kutu itu." Mu Bai memberikan saran.

"Ayahnya pernah berurusan dengan ayahku. Jika aku diam saja, bukankah sedikit tidak adil? Mu Bai …, justru keberadaannya ini harus segera disingkirkan. Meskipun hanya hama, tapi dia bisa merusak tanaman seluas ribuan hektar." Zhu Mingyue berdiri di depan jendela, memikirkan sesuatu.

"Apakah aku harus melakukan sesuatu untuk mempersulitnya?" Mu Bai bertanya.

Zhu Mingyue menyeringai, “Haruskah …?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 269 : Blunder

    Para pejabat berdiri dalam barisan perjamuan dan dikelilingi jamuan mewah, jubah emas dan merah mereka berkilau, tetapi wajah mereka jelas-jelas bukan wajah orang yang sedang merayakan tahun baru. Ada ketakutan, ada kebingungan, dan ada sebagian kecil yang matanya menyala karena mencium kesempatan di balik kekacauan ini.Xue Ningyan berdiri tegak, matanya tidak pernah lepas dari sosok suaminya. Shen Qi berdiri di tengah aula tanpa sedikit pun keraguan. Meski baru saja identitasnya diguncangkan ke hadapan dunia, dia berdiri kokoh, tatapannya dingin seperti es yang tidak bisa dipecahkan.Di sampingnya, Liu Ling tidak sanggup menyembunyikan keterkejutannya. Ia menggenggam tangan gaunnya erat-erat, menyadari bahwa surat wasiat yang baru saja dibacakan telah mengguncang dasar kekuasaan istana yang selama ini dia kenal.Wang Yuxuan, Pangeran Pertama yang selama ini diagungkan, berdiri beberapa langkah dari Shen Qi. Wajahnya pucat, namun sorot matanya bergejolak seperti api. Ia menatap Sh

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 268 : Isi Wasiat Permaisuri

    Pagi ini.Istana seperti terbungkus lapisan kabut tak kasat mata. Dari kejauhan, burung-burung gereja yang biasanya riuh di atap-atap aula tampak ragu berkicau. Sesekali terdengar sayap mengepak, namun seolah mereka pun tahu bahwa udara pagi ini terlalu berat untuk dipecahkan dengan nyanyian riang.Pelataran utama masih dipenuhi para pejabat yang berdiri dalam barisan. Warna emas dari jubah mereka berkilau diterpa cahaya matahari musim dingin, tetapi wajah-wajahnya jauh dari ceria. Bisikan lirih terdengar di sana-sini, seperti gesekan dedaunan kering yang disapu angin.Mata setiap orang tertuju pada gulungan kertas bersegel merah yang berada di tangan Kanselir.Xue Ningyan menatao suaminya yang berdiri tegak tanpa ragu. Hari ini, adalah hari penentuan masa depan keluarga mereka dan negara ini. Tidak ada satu titik celah pun yang membiarkan mereka mundur dari perang politik yang akan terjadi setelah surat itu dibacakan.Liu Ling berdiri di sisi Xue Ningyan, alisnya sedikit berkerut. I

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 267 : Siapa Orangnya?

    Beberapa hari sebelum perayaan tahun baru, langit istana terbungkus kabut tipis. Udara pagi itu dingin, menusuk sampai ke tulang, membuat embun membeku di ujung genting berlapis emas. Di dalam ruang audiensi dalam, lilin-lilin panjang berwarna merah darah menyala pelan, memantulkan kilau di permukaan lantai giok.Baginda Kaisar duduk di atas singgasana naga, tubuhnya tegak, tatapannya dingin seperti mata pedang yang belum dihunus. Di hadapannya, Kanselir berlutut dengan kedua tangan terangkat, memegang sebuah gulungan yang terbungkus kain sutra biru.Beberapa hari lalu, dialah yang pertama kali meminta Baginda untuk mengambil kembali surat wasiat Permaisuri Terdahulu dari tangan Pangeran Pertama, surat yang dicuri dengan cara yang bahkan tak pantas disebut licik, karena melanggar batas kehormatan istana. Namun, bagian itu tak lagi perlu dibicarakan. Yang penting sekarang, gulungan itu telah kembali.Kaisar meraih gulungan tersebut, lalu menatapnya lama. Jemarinya menyusuri tepi seg

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 266 : Peninggalan Terakhir Mendiang Permaisuri

    Langit istana hari ini cerah, seperti sengaja dibersihkan oleh para dewa agar tak satu pun awan menghalangi kilau emas dari atap-atap bergaya Han yang menjulang angkuh. Butiran salju menyisakan genangan-genangan air yang sepauh keruh separuh jernih, namun masih bisa memantulkan bayangan seseorang yang berdiri di atasnya. Dari kejauhan, bendera-bendera berwarna merah dan kuning berkibar pelan tertiup angin musim dingin yang kering. Suara tambur dan seruling bambu bersahutan, menciptakan irama khas tahun baru yang sakral namun meriah. Pelataran utama telah dibersihkan sejak dini hari, bebatuan putih yang mengilap, barisan lentera merah yang tergantung berjejer, dan pagar kayu bercat emas yang membingkai seluruh area perjamuan seperti bingkai lukisan surgawi.Meja-meja persembahan dipenuhi buah-buahan, aneka kue beras, daging asap, dan minuman hangat beraroma jahe. Di tengah aula utama, para penari istana mulai mengambil posisi, mengenakan pakaian tipis bertabur manik-manik, mereka me

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 265 : Ketidakhadiran

    Fajar menyembul dari balik tirai tipis yang bergoyang pelan ditiup angin musim dingin. Pagi tahun baru. Hangat cahaya keemasan yang menerobos jendela menciptakan lukisan tak kasat mata di dinding kamar, menyinari ujung selimut dan rambut panjang Xue Ningyan yang terurai di bantal.Di sisi lain ranjang, suara tangisan kecil terdengar lirih—bukan keras, bukan rewel, melainkan rengekan khas bayi yang baru bangun dengan mata separuh terpejam.Xue Ningyan bangkit perlahan. Rambutnya masih sedikit kusut, matanya belum sepenuhnya terbuka, tapi tangan refleksnya sudah bergerak sigap mengangkat sosok mungil itu ke pelukannya."Bangun pagi sekali, hm?" bisiknya sambil mengecup dahi kecil itu. "Hari ini Ayah dan Ibu harus pergi sebentar. Xiao Yan tinggal di rumah dengan Nenek, ya?"Dari balik tirai dalam, terdengar suara lembut pemuda yang tengah mengenakan sabuk di pinggangnya. "Dia pasti lebih senang tinggal di rumah daripada ikut ke tempat penuh orang yang semua baunya sama—politik."Xue Ning

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 264 : Terkuak Sedikit Demi Sedikit

    Hening panjang menindih udara. Debu di udara pun enggan bergerak saat kalimat itu keluar dari mulut Baginda Kaisar—tajam, gamblang, tanpa jalan pulang.“Atau …, apakah ajudanmu itu adalah orang yang mencuri surat wasiat Permaisuri Zhang Jingyi dari tangan Tuan Kanselir?”Pangeran Pertama tidak menjawab.Batu catur putih yang sejak tadi digenggamnya perlahan diletakkan ke papan. Suaranya nyaris tak terdengar, namun gaungnya seperti mengiris telinga. Gerakan kecil itu tak sekadar tanda bahwa ia masih hidup, tetapi bahwa pikirannya masih bekerja—berputar, menggiling setiap kemungkinan.Tatapannya tak bergerak dari batu catur itu. Bukan karena takut. Bukan pula karena malu. Tapi karena ia tahu—kata-kata yang sembarangan bisa membakar jalan keluar satu-satunya.Lidahnya seperti terikat. Tapi bukan karena tidak ada jawaban. Justru karena terlalu banyak.“Jika memang benar surat itu hilang,” ucapnya akhirnya, lambat, dingin, dan penuh perhitungan, “maka yang mengambilnya tentu bukan orang se

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status