Fianna Arunika hanya ingin hidup tenang. Jadi karyawan biasa, kerja lalu pulang, atau kalau bisa—uang lembur lancar, pulang cepat, dan jauh-jauh dari segala hal menyebalkan. Sayangnya, semesta punya rencana lain. Dalam waktu kurang dari 3 hari, dia—yang katanya jomblo abadi—tiba-tiba sah menjadi istri dari Abian Aiden : Manajer Keuangan baru yang paling galak, paling kaku, dan paling bikin tekanan darah naik di kantor. Fianna gak mabuk. Gak mimpi. Gak dirasuki jin. Tapi kenapa bisa sampai halu level menikah begini? Dan yang paling penting… Bisakah kehidupan tenang Fianna bertahan setelah ia menjadi istri dari beruang pemarah itu?!
View Moreこの街はいつだって雨が降り注いでいる。365日降り続いているわけはない。ただ俺がこの街に降り立つときだけ、いつもそうだ。俺の心を映し出しているかのように。東京都港区南麻布。その閑静な住宅街にあるマユラの部屋で、彼女と俺は体を寄せ合っている。正面から向き合い、片方の手は彼女の肩に、もう片方は頭の後ろに。「テツヤ……ずっとこうしたかった。ほんとうよ。今まで何人の男に抱かれても、あなたのことが忘れられなかった。もう一度やり直したいって、ずっと願ってた……」俺の背中に手を回し、胸に顔をうずめて、彼女は言う。「マユ……」懐かしい呼び名を口にしながら、それ以上のことは何も言えない。10年もの間、俺のことを想い続けてくれた彼女に感謝の気持ちはない。俺の方こそ、シロカネマユラのことが忘れられなかった。忘れたくても、刺青のように肌に刻み込まれた彼女の感触は、ことあるごとに俺の心をざわめかせた。妻のユキノと初めて出会い、唇を重ねたときも……彼女の処女膜を貫いたときも。マユラとの初めてのキス・セックスに比べたら、興奮の度合いは低かった。それはマユラが俺にとって初めての女だったからだ。理由はそれ以上でも、それ以下でもない。そう自身に言い聞かせていたのに。まだ服は身につけたまま。シャツの裾から手を入れ、生肌に触れる。ただそれだけでマユラの口からは声が漏れる。「あん……」高く、かわいらしい声が。マユラとの初めてもそうだった。シミもシワもない制服を脱がしにかかったとき、マユラの口から出たのはいつも話すような声じゃなかった。発情したメスの声に、俺はそそのかされたのだ。タイプじゃなかった。胸はふくよかでも、それに伴う太ましい胴体・ふともも。丸く幼い顔。「カワイイ」と言っても、ブルドックやマルチーズに対して抱く印象と同じ。それでも恋をしてしまった。いったん彼女の体を知ると、女としか考えられなくなった。彼女と一緒にいるだけでソワソワしだし、手をつなぐだけで股間が盛り上がった。ぜんぶ思春期のせいだ。あの若さが、俺を狂わせたのだ。けれど今。マユラは成熟した大人の女性の色気をたたえている。ムダな肉だけ落ち、やせすぎてもいない。胸の大きさはそのまま、腰にはくびれもある。大根のような足も、パンパンにむくれた顔もない。いや、そんなもの最初からあったのか。彼女と別れた辛さが、記憶を必要以上にゆがめてしまったんじゃないのか。ユキノと結婚して以来、もう彼女以外の女には手を出さないと決めた。風俗通いも辞めるし、ガールズバーさえ行かない。そう約束して妻と結ばれたハズなのに。「……まだ迷っている? はやくブラ外して……ね、お願い……」ホックに手をかけ、しかしそこから次へ進めないでいる俺に、元カノ・マユラは言う。「ゴメン、やっぱり……」そう言いかける俺の唇を、彼女はふさぐ。自分の唇で。ファーストキスのときのように、舌を入れてくる。「う……」俺のノドの奥からも声が漏れる。舌と舌をからめ合いながら、彼女の手が俺のイチモツに触れる。その瞬間、俺の中でなにかがプツンと切れたような音がした。雷が鳴る。東京都港区南麻布、いつだってこの街では雨が降っている。少なくとも俺が降り立つときはいつも。不貞行為を働いているかもしれないという後ろめたさが、俺にそう思わせる。そして今夜、実際に不貞行為に至る。妻に内緒で再会を果たしてしまった元カノを抱く。唾液と唾液を混じり合わせながら、マユラのブラのホックを外す。
Jam makan siang tiba. Seperti biasa, empat sekawan itu kembali ke basecamp kesayangan mereka—sebuah pohon besar di belakang gedung kantor, tempat rahasia yang selalu mereka pakai buat recharge pikiran. Tirta dan Sonia sudah sibuk di atas, panjat-memanjat sambil memetik jambu demi persiapan merujak. Sementara itu, di bawah pohon, Fianna sedang serius mengulek sambal rujak, dan Aryan duduk bersila di sebelahnya sambil mengupas mangga muda. Setelah melewati lembur semalaman dan pagi yang menyebalkan, ritual merujak ini bagaikan pelampiasan atas segala penderitaan hidup mereka – sedikit berlebihan tapi memang benar adanya. “Khael kayaknya cemburu,” celetuk Aryan tiba-tiba, suaranya tenang tapi mengandung senyum-senyum nakal. Fianna berhenti mengulek. “Hah?” Ia menoleh, menatap Aryan curiga. “Cemburu kenapa?” “Ya ini pertama kalinya dia kayak gitu. Tadi pagi mukanya asem banget liat kamu sama Tirta. Aneh, cemburunya malah baru sekarang,” Fianna menghela napas pelan. “Kalau dia
Beberapa saat berlalu. Ruangan itu tadinya penuh suara—awalnya semua orang berebut pasta gigi dan sabun, lalu diskusi heboh soal siapa yang harus berkorban pergi ke lobi untuk ambil sarapan. Tapi kini, kehebohan itu sirna. Keheningan menyelimuti ruangan. Alasannya? Tentu saja karena Abian. Memangnya hal apa yang membuat tim super berisik itu tenang kecuali Abian. Entah kenapa, pria yang sejak kedatangannya ke perusahaan tidak pernah sekalipun berbaur dengan karyawan, kini justru duduk manis di antara mereka dengan semangkuk bubur di tangan. Kemeja putihnya sudah rapi, rambutnya disisir ke belakang, dan wajahnya yah, terlalu bersih untuk jam segini, berbanding terbalik dengan semua orang yang masih dengan wajah bantal mereka. Di sebelahnya, Aryan tampak sibuk memilih antara telur puyuh atau usus untuk topping buburnya, seolah tidak keberatan dengan adanya Abian diantara mereka. “Kenapa diam saja? Ayo dimakan,” ucap Abian datar, tapi cukup membuat semua orang langsung tunduk, s
Fianna terbangun saat pipinya terasa ditusuk lembut oleh sebuah jari. Kelopak matanya perlahan membuka, dan pandangannya langsung disambut senyum geli dari Abian yang menatapnya hangat. Fianna mengerjap pelan, mencoba memproses apa yang sedang terjadi. Tapi begitu ingatan tentang kejadian dini hari tadi melintas, ia langsung bangkit setengah duduk dan menatap Abian dengan ekspresi terkejut. “Selamat pagi, Mbak Istri,” sapa Abian sambil mengecup keningnya dengan lembut. Pipinya langsung merona. Pemandangan seperti ini—Abian yang manis dan penuh kasih—masih terasa seperti mimpi baginya. Dan sejujurnya, ia masih belum terbiasa dengan ini, rasanya masih canggung dan malu. Tentu saja begitu, karena bulan lalu ia masih melajang bahkan tidak dekat dengan lelaki manapun. Fianna menyikut dada Abian pelan dan mendongak menatap wajah suaminya lekat-lekat. Ia ingin menyimpan momen ini dalam ingatannya sebelum jam kerja datang dan Abian berubah kembali menjadi ‘iblis kantor’. “Pagi,” bal
Lembur telah usai. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Hari sudah berganti, tapi esok—lebih tepatnya nanti—Fianna tetap harus kembali bekerja. Dengan langkah gontai, ia berjalan ke pojok ruangan, tempat teman-temannya telah menggelar karpet, bantal, dan selimut. Perlengkapan lengkap yang memang sengaja disiapkan untuk menghadapi malam-malam mendadak lembur seperti ini. Fianna langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas karpet. Otot-ototnya yang sempat kaku mulai rileks, rasa lelah menyergap seluruh tubuhnya. Teman-temannya juga ikut merebahkan diri, tidur berjajar sambil menatap langit-langit seperti sekumpulan korban peperangan yang kehabisan energi. “Beres juga,” desah Andrew lemah, lalu langsung memeluk Tirta dari samping. “Kapan gue punya pacar kalau lembur terus…” “Gak lembur aja gak ada yang mau sama lo,” ucap Tirta dengan ketus sambil mendorong tubuh Andrew. “Jauh jauh lo!” “Lo bisa ngomong gitu ke gue kalau lo juga punya pacar ya, Tirta! Kurang ajar lo!” Bahkan dalam kondisi
Fianna masuk ke dalam ruangannya dengan terburu-buru dengan sepatu masih di tangan dan wajah yang merah padam seperti kepiting rebus. Begitu sampai di kursinya, ia langsung duduk dan membenamkan wajahnya di telapak tangan. Ruangan pemasaran masih sepi—hampir semua orang sedang keluar mencari udara segar atau kopi di jam istirahat. Tangan Fianna kini menutup bibirnya, terbayang jelas momen beberapa menit lalu saat wajah Abian begitu dekat dengannya terlalu dekat. Perutnya seperti dikerubungi kupu-kupu, bukan karena lapar, tapi karena gugup yang tak ada ujung. Ia langsung menjatuhkan kepala ke meja dengan satu tarikan napas panjang. "LOH, Fianna! Kita nyariin kamu loh!" Suara Tirta mengejutkannya. Fianna langsung mendongak dengan rambut yang berantakan, pipi memerah, dan sorot matanya terlihat menerawang. "Are you okay, besttt? Kamu kenapa?" Tirta berjalan mendekat, meletakkan tumbler kopi di meja Fianna. "Tadi aman kan sama Pak Abian? Gak dimarahin lagi, kan?" Fianna hanya me
"Haduhh..." Fianna menghela napas, agak menyesali keputusannya mengenakan rok hari ini. Gara-gara itu, ia kesulitan untuk naik ke atas pohon. Ia mendongak ke atas, menatap Tirta dan Sonia yang sudah duduk santai di cabang pohon sambil membuka bekal makan siang mereka. "Bisa gak, Best?" tanya Tirta, nada suaranya malas tapi terdengar menyebalkan, jelas tidak berniat membantu. "Tumben, monyet gak bisa naik pohon." Fianna melotot kesal. Ia buru-buru melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang yang melihat, lalu nekat menaikkan sedikit roknya dan memanjat. Saat berhasil duduk di atas cabang pohon, tepuk tangan dan tawa mengejek dari Tirta dan Sonia langsung menyambut. Pohon jambu ini adalah basecamp mereka sejak hari pertama masuk kerja. Tempat yang teduh, jauh dari keramaian, dan sempurna untuk mengurangi stres akibat pekerjaan. Di sinilah mereka bisa bebas menggosip, curhat, atau bersembunyi dari orang-orang yang dulu suka mengusik mereka. "Ian kayaknya lagi disidang, tuh. Gegar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments