***"Masuk."Sambil memandang Sagara, Elliana masuk ke dalam mobil suaminya itu kemudian duduk di sebelah kiri. Tanpa banyak berkata, setelahnya Sagara nampak mengitari mobil kemudian masuk dari pintu kanan.Duduk di kursi kemudi, Sagara lantas memasang seatbelt lalu menyalakan mesin bahkan melajukan mobilnya begitu saja meninggalkan parkiran.Pasca ucapan selebor Elliana tentang cerai, Sagara memang menunjukkan sikap berbeda. Tak menyangka dengan apa yang diucapkan sang istri, Sagara bilang dia tak punya niat melakukan hal tersebut sehingga jelas rasa kecewa langsung dirasakan pria itu.Sekali lagi menegaskan, Sagara bilang dia tak peduli sama sekali dengan perbedaan status gadis diantara Elliana dan Syafira dan apa pun yang terjadi, Sagara akan terus mencintai adik angkat sekaligus istrinya itu karena memang cintanya tak sedangkal yang dipikirkan Elliana."Kita ke rumah Om David langsung kan, Kak?"Setelah beberapa menit mobil Sagara memasuki jalan raya, Elliana akhirnya memberanikan
***"Kenapa enggak makan? Enggak lapar kamu?"Baru masuk setelah beberapa saat lalu dipanggil sang anak buah, pertanyaan tersebut langsung dilontarkan Ferdy pada Yudistira yang kini nampak memberikan tatapan tajam padanya.Setelah sempat mengamuk lalu kembali tenang, Yudistira pagi ini menolak ketika anak buah Ferdy memberikannya makanan untuk sarapan. Bukan roti atau pancake—makanan yang biasa dia santap, sarapan Yudistira pagi ini adalah nasi bungkus seperti semalam."Kamu sebenarnya siapa?"Tanpa mengalihkan atensi meskipun sedetik, tatapan tajam Yudistira masih dia arahkan pada Fedy yang kini justru melengkungkan senyuman tipis."Ada apa mau tahu nama saya, hm? Mau kenalan?" tanya Ferdy. "Maaf, saya tidak tertarik berkenalan dengan kamu."Yudistira mendengkus. Demi apa pun sekarang dia sangat ingin membebaskan diri dari rantai yang membelit tubuh bahkan kedua kaki dan tangannya. Namun, tentunya hal tersebut bukan sesuatu yang mudah karena setiap kali mencoba, dirinya justru merasa
***"Lian pulang dulu ya, Tante. Jangan lupa jaga kesehatan dan kalau ada kabar tentang Yudis, tolong kabari Lian. Terima kasih untuk semua yang Tante kasih hari ini, Lian sangat berterima kasih."Setelah sebelumnya mencium punggung tangan Aruna, Elliana lantas berpamitan pada mantan calon mertuanya itu yang kini mengantar dia sampai ke halaman. Tak sendiri, Aruna ditemani David yang beberapa waktu lalu membantu Sagara memasukkan hantaran karena memang setelah meminta izin, Sagara tak keberatan sang istri menerima hantaran dari keluarga Yudistira."Iya, Lian. Kamu hati-hati di jalan ya dan sekali lagi Tante minta maaf untuk semua yang dilakukan Yudis. Semoga kamu sama Sagara bahagia selalu.""Aamiin, Tante. Terima kasih."Setelah pada Aruna, Elliana berpamitan pula pada David lalu setelahnya dia pun masuk ke dalam mobil Sagara dan tanpa banyak menunda, mobil yang dikendarai putra angkat Athlas itu pun melaju meninggalkan kediaman Yudistir
***"Ya udah kalau gitu Kakak ke kamar dulu ya, ada apa-apa atau pemberesannya udah selesai, kamu bisa panggil Kakak. Lewat telepon atau chat aja jangan jalan. Capek."Setelah membuat kesepakatan dengan Elliana, ucapan tersebut lantas dikatakan Sagara pada sang istri yang kini berdiri di depannya. Sempat bingung harus tidur di mana pasca menikah, pasangan suami istri itu sepakat untuk menempati kamar Elliana.Namun, tak cuma-cuma, Sagara memberikan syarat yaitu; Elliana harus menyingkirkan semua barang-barang berbau Yudistira di kamarnya dan karena status perempuan itu kini istri Sagara, permintaan tersebut dipatuhi sehingga tanpa banyak menunda, setelah ini Elliana akan membereskan barang-barang pemberian Yudistira selama mereka berpacaran."Iya, Kak. Barangnya enggak banyak kok. Jadi mungkin dua puluh menit dari sekarang, Kakak bisa balik lagi ke sini.""Oke."Berpisah, setelah itu Sagara pergi meninggalkan Elliana yang masih b
***"Yudis, kenapa aku mendadak mimpiin dia ya?"Duduk dengan perasaan bertanya-tanya, Elliana lantas melontarkan pertanyaan tersebut pada dirinya sendiri yang beberapa waktu lalu dihampiri Yudistira di dalam mimpi.Entah apa maksud dari mimpinya tersebut, Elliana sendiri tak tahu karena sampai sekarang dia bahkan bingung kenapa di mimpi yang dialaminya beberapa waktu lalu, Yudistira ada di Bandung.Bertemu di Braga, di mimpi tersebut Elliana tengah berjalan menyusuri pinggir jalan kemudian Yudistira datang dengan raut wajah gelisah langkah tergesa-gesa. Tak mengobrol banyak, Yudistira hanya meminta tolong pada Elliana. Namun, entah ingin ditolong apa, Elliana bingung karena ketika dia bertanya, Yudistira justru berlari meninggalkannya yang kemudian bangun dari mimpi.Cukup singkat, tapi membuat Elliana penasaran karena dari banyaknya kota, mengapa harus Bandung yang menjadi latar pertemuannya dengan Yudistira."Ketemu dia apa ka
***"Ada apa?"Baru selesai menutup dan mengunci pintu, pertanyaan tersebut langsung diucapkan Sagara pada Ferdy yang beberapa waktu lalu menghubunginya. Tak lagi di kamar Elliana, saat ini Sagara berada di kamarnya karena memang sebelum menjawab panggilan, dia meminta izin untuk pergi dan tentunya tanpa banyak bertanya, sang istri memberikan izin."Halo, Bos. Maaf mengganggu malam-malam.""Enggak apa-apa," ucap Sagara meskipun pada kenyataannya dia sedikit kesal, karena Ferdy melanggar permintaan untuk mengirim pesan dulu sebelum menelepon. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang darurat sampai kamu telepon saya malam-malam begini.""Darurat enggak sih bos, tapi ini Yudistira sakit," ucap Ferdy yang membuat Sagara spontan mengepalkan tangan. "Barusan saya iseng cek dia dan badannya panas.""Lemah banget dia," desis Sagara yang semakin dilanda sebal pada Yudistira. "Enggak diapa-apain, sakit.""Memang," ucap Ferdy. "Jadi gimana,
***"Elliana ... maafin aku, Elliana. Jangan marah tolong, aku sayang sama kamu."Dengan kedua mata terpejam, gumaman tersebut lantas dilontarkan Yudistira yang kini berbaring di tempat tidur. Tak diikat lagi di kursi, sejak dini hari tadi dia memang dipindahkan ke sebuah kasur setelah kondisi kesehatannya mendadak turun.Demam bahkan menggigil, hal tersebut menimpa Yudistira sehingga meskipun tak dibelit rantai, dirinya tetap tak bisa kabur karena jangankan berlari, bangun pun rasanya Yudistira tak sanggup.Tak dibiarkan begitu saja, sebuah perawatan sederhana sudah didapatkan Yudistira dari Ferdy yang mengompresnya menggunakan handuk pun paracetamol yang juga sudah diminum. Namun, entah karena tak cocok atau mungkin obat yang belum berfungsi, sampai sekarang kondisi Yudistira belum kunjung membaik—membuat Ferdy dan yang lain tentu saja bingung."Demamnya belum turun juga, Bang, masih panas," kata Dedi—salah satu anak buah Ferdy yang dit
***"Papa marah?"Setelah memberi penjelasan tentang ke mana perginya uang di rekening, pertanyaan tersebut lantas diucapkan Sagara pada Athlas yang kini nampak memasang raut wajah serius.Diajak mengobrol kemudian ditanya masalah pengeluaran, Sagara tentu saja kaget karena ratusan juta uang yang dia keluarkan, dipergunakan untuk memodali Ferdy dan aanak buahnya menculi Yudistira.Namun, meskipun kaget, Sagara si cepat berpikir, langsung menemukan jawaban sehingga tak perlu jujur, dia akhirnya memberikan jawaban palsu pada Athlas tentang ke mana perginya uang tersebut."Temanku beberapa waktu ke belakang kena tipu dan dia hutangnya lumayan, Pa. Jadi aku bantu karena aku enggak tega. Hubunganku juga sama dia lumayan baik."Itulah jawaban yang Sagara berikan dan tak langsung memberikan respon, setelahnya Athlas diam sampai akhirnya sekarang pria itu menjawab,"Enggak, cuman Papa pengen ke depannya kamu lebih perhatiin pengeluaran kamu," kata Athlas. "Membantu orang itu emang bagus, tapi