Share

Bas Pemaksa

last update Last Updated: 2025-12-20 09:37:28

"Jaga ucapanmu, Bas!" sentakku pada pemuda yang mulutnya lancang itu. Saking kesalnya, aku sampai lupa jika ada Aiza. Segera kunormalkan kembali ekspresi ini seperti biasa.

Aku dan Bas saling diam. Pemuda itu tak lagi mengucap sepatah kata pun setelah kusentak.

"Ayo, Aiz." Aku segera menuntun tangan Aiza untuk pergi dari sana. Namun, baru beberapa langkah, suara Bas terdengar memanggil dari belakang.

"Mbak, tunggu, Mbak!"

Aku tak peduli pada teriakan Bas. Terus saja aku melangkah hingga tiba di pinggir jalan raya. Sambil menunggu taksi pesanan lewat, kulirik Aiza yang tengah menatap ke belakang. Menatap Bas lebih tepatnya.

"Mama ... itu mobil Om Bas ke sini," ujarnya sembari menarik-narik tanganku agar melihat mobil Bas yang kini sudah tiba di samping tubuhku.

Aku hanya diam, tak menyahuti ucapan Aiza. Mau bagaimanapun aku menjelaskan, tak akan masuk ke kepala Aiza karena masih anak-anak.

"Ayo, naik! Biar aku antar, Mbak."

Suara Bas terdengar. Namun, aku sama sekali tak mau menoleh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Diusir Suami, Dikejar Berondong Tajir   Merona

    Hari ini benar-benar terasa berat. Setelah tadi meyakinkan hati untuk memberi kabar pada Mas Bagus, kini aku harus menguatkan diri untuk menunggu kedatangan suamiku itu.Ya, aku menghubungi Mas Bagus atas usulan Bas. Dia bilang, biar bagaimanapun Mas Bagus adalah ayah kandungnya Aiza. Memang benar, tapi ada perasaan sedikit tak rela saat aku harus menghubungi pria itu lagi. Bukannya ingin memantik bara api, aku hanya masih mengingat jelas bagaimana Mas Bagus tak pernah peduli pada Aiza."Om Bas ke mana, Mama?" Pertanyaan dari Aiza membuat lamunanku seketika buyar. Kufokuskan pandangan pada gadis kecil yang masih terbaring di atas bangsal. Meski begitu, aku bersyukur karena keadaannya berangsur membaik sekarang."Om Bas lagi pergi ke luar," jawabku sambil menarik kedua sudut bibir membentuk senyuman."Ke mana? Om Bas nggak mau tunggu Aiz, ya?""Bukan gitu, Sayang ...."Ah, Aiza memang belum tahu jika Bas semalaman berjaga demi dia. Lelaki itu tak tidur sama sekali hingga pagi. Lalu, p

  • Diusir Suami, Dikejar Berondong Tajir   Pelukan Bas

    Kupeluk tubuh Aiza selama perjalanan menuju rumah sakit. Putriku itu masih tetap menggigil, hanya sesekali berhenti. Aku benar-benar tak mengerti apa penyebabnya karena ini baru pertama kali terjadi pada Aiza."Tolong lebih cepat, Bas," pintaku dengan suara yang lirih. Dadaku sudah sesak sejak tadi. Hatiku hancur melihat Aiza seperti ini."Sabar, sebentar lagi kita sampai. Tenangkan dirimu dulu." Bas berucap sembari menggenggam sebelah tanganku. Hanya sebentar, karena dia kembali fokus pada jalanan. Kondisi hari yang sudah malam membuat jalanan sedikit lenggang hingga kami bisa sampai di rumah sakit dengan cepat. Bas segera turun lebih dulu dan mengambil tubuh Aiza dari pangkuanku. Selanjutnya, ia berlari menuju ruang UGD. Kakiku masih terasa lemas karena terlalu cemas. Sebab itulah aku hanya bisa menyusul Bas dengan langkah pelan. Tuhan ... hatiku benar-benar tak tenang. Berbagai asumsi pun mulai bermunculan. Namun, aku segera tersadar dan menggelengkan kepala untuk mengusir pikir

  • Diusir Suami, Dikejar Berondong Tajir   Candaan di Luar Batas

    Senyumku terukir setelah kembali ke kosan. Aku benar-benar bahagia karena sudah bisa bekerjasama dengan pihak ekspedisi. Jadi, lain kali semua pesanan pelangganku akan dijemput oleh kurir. Hah, betapa senangnya aku."Terus tersenyum seperti itu. Aku suka."Bisikan Bas membuatku tersadar seketika. Kutolehkan kepala hingga bisa melihat pemuda itu yang tengah tersenyum lebar. Tatapanku menajam, tapi dia malah menanggapi dengan kekehan.Kubawa kaki ini melangkah menuju rumah Desi tanpa menoleh pada Bas lagi. Namun, teriakan pemuda itu selanjutnya membuat langkahku terhenti."Terima kasih sudah mengantarku, Mbak Ayu!"Huft!Kuputar tubuh ini dengan cepat. Lalu, kubalas teriakan Bas sedikit kesal. "Terima kasih, Bas!"Pemuda itu langsung melengkungkan senyumnya, lalu mengedipkan sebelah mata yang membuat bulu kudukku merinding seketika. Segera aku berbalik badan dan benar-benar memasuki rumah Desi kali ini."Eh, sudah beres, Yun?" Desi langsung bertanya begitu melihatku masuk.Aku hanya mer

  • Diusir Suami, Dikejar Berondong Tajir   Lagi-Lagi Malah Bas

    Entah berapa kali aku dibuat panas oleh sikap Bas hari ini. Pemuda itu benar-benar berani menunjukkan sisi ketertarikannya padaku, bahkan di tempat umum sekalipun. Sialnya, aku malah terbuai hingga sempat menikmati hangat pelakunya tadi siang.Oh, Tuhan ... maafkan aku."Mama, Aiz mau main sama Devin, ya!"Kualihkan pandangan pada Aiza yang tengah meminta izin dari atas tempat tidur. "Boleh, tapi Aiz jangan nakal, ya. Jangan acak-acak mainan Devin." Putriku itu mengangguk senang, lalu segera keluar dari kamar dengan langkah yang penuh semangat. Jika kuperhatikan, Aiza memang lebih ceria ketika tinggal di sini. Berbeda sekali saat masih tinggal di rumah yang dulu. Hem, mungkin karena ada Devin yang bisa ia ajak bermain.Kulanjutkan kegiatan yang sempat tertunda karena lamunan. Tanganku memeriksa satu per satu daster yang sudah dipesan oleh pelanggan untuk selanjutnya kuantar pada kantor jasa pengiriman.Ya, membuka kembali usaha di tempat baru tentunya harus memulai dari awal. Jika d

  • Diusir Suami, Dikejar Berondong Tajir   Pertahanan yang Runtuh

    Kedua mataku terbuka saat merasakan laju mobil Bas berhenti. Kutatap pemuda itu yang kini malah turun dari mobil. Sesaat kemudian, dia membuka pintu di sampingku."Apa, Bas?" tanyaku bingung. "Aiz tidur, kamu bisa cerita sepuasnya."Degh!Aiza tidur? Segera kutolehkan kepala ke samping. Benar saja. Aiza tengah tertidur lelap entah sejak kapan. Tuhan ... aku terlalu sibuk dengan segala yang ada di kepala hingga melupakan Aiza.Cup!Kulabuhkan sebuah kecupan pada kening Aiza dengan penuh kelembutan. Kuusap wajah polosnya yang tampak tertidur dengan tenang."Pindah ke depan saja biar kamu bebas bercerita."Aku kembali menatap pada Bas. Beberapa kali pemuda itu memanggilku "kamu", bukan "mbak". Memang terdengar lebih akrab. Tapi, aku merasa ada yang berbeda. Mungkinkah Bas sedang memperlihatkan sisi keseriusannya?Ah, tidak! Aku harus ingat jika masih berstatus istri Mas Bagus sekarang. Aku tak boleh terlalu dekat dengan Bas."Mau turun dulu?" tawar Bas lagi. Mungkin karena aku hanya dia

  • Diusir Suami, Dikejar Berondong Tajir   Sakit Lagi

    Rasanya, ke mana pun aku melangkah, ada saja celah untuk luka masuk. Seperti tadi, saat istri teman suamiku itu mengatakan hal yang terduga.Ya, sebuah fakta pahit kudapatkan dari mulutnya, bahwa selama Mas Bagus ternyata sering menjual namaku di luar sana. Dia bercerita seolah aku ini istri yang tak berguna dan tak mau mengurus suaminya.Apa maksud Mas Bagus memfitnahku seperti itu?Belum habis rasa sakitku karena mengetahui fitnah kejam Mas Bagus, wanita tadi juga mengatakan jika kabar perceraian kami sudah menyebar di pabrik. Hei, apa ini? Bahkan kami belum mengurus perceraian secara resmi!Sungguh, aku tak mengerti apa yang ada di dalam pikiran Mas Bagus. Kulangkahkan kaki ini dengan ngontai tanpa tujuan. Aku hanya ingin keluar dari toko agar tak semakin sesak. Wanita tadi masih ada di dalam, dan dia akan terus berbicara jika tak ketinggalkan.Kuedarkan pandangan pada sekeliling, tak ada tempat yang sepi. Semua pedagang juga tempat duduk di sini terlihat ramai sekali.Huft!Aku j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status