Share

Kegelisahan

Selama sebulan menjadi asisten kapten, tidak banyak hal yang berubah kecuali misi yang berkurang. Itu semua karena tugasku di kantor ksatria jadi lebih banyak. Tenggelam bersama dokumen-dokumen tidak lantas membuatku bosan. Ini malah jauh lebih baik daripada berurusan dengan orang-orang.

    Rumor miring tentangku juga sudah mulai memudar. Sudah kuduga lama kelamaan rumor seperti itu akan surut termakan waktu. Kecuali satu, tentang aku yang belum menunjukkan kekuatan.

Tapi aku tidak banyak ambil pusing—lebih tepatnya tidak peduli.

“Duduk dan minumlah dulu, Lady Starluston.” Kapten mempersilahkanku untuk duduk bersamanya dan menikmati teh serta kue kering yang barusaja dibawa oleh pelayan.

“Terima kasih, Kapten.”

Aku pun duduk dengan tenang dan menyesap teh yang rasanya membuat rasa lelahku menguar begitu saja.

    Tepat ketika kami berdua sedang menikmati secangkir teh dengan tenang sambil menghadap jendela besar di belakang kursi kapten, salah seorang ksatria masuk dengan terburu-buru.

“Kapten! Ada laporan pemberontakan di bagian timur! Anda diminta menghadap Yang Mulia Raja sekarang juga!”

Ucapan ksatria yang barusaja masuk itu berhasil membuat bulu kudukku meremang dan rasanya kehangatan teh yang kuminum tadi menghilang begitu saja digantikan oleh angin dingin yang mencekam.

Apa katanya? Pemberontakan di timur?

    “Baiklah. Aku akan segera ke sana.”

Tanpa basa-basi, Kapten segera bangkit dan meninggalkanku sendirian di ruangan itu. Aku tidak percaya jika aku akan benar-benar mendengar ini secara langsung.

Pemberontakan di timur. Apakah itu pemberontakan yang sama seperti mimpiku?

“Tidak ... tidak mungkin sama, kan?”

Aku tidak bisa tenang. Kepalaku sudah terlanjur memikirkan hal-hal buruk yang terjadi dalam mimpiku. Pemberontakan, Falos yang menghilang, dan Pangeran yang terluka.

Aku menggeleng cepat berharap pikiran buruk itu segera enyah. Aku takut jika mimpiku benar-benar menjadi kenyataan meskipun aku tahu hal itu mungkin saja hanya kebetulan.

Namun tetap saja. Keluargaku dieksekusi karena sebuah fitnah.

“Aku harus mencari tahu. Benar ... Jika memang terjadi pemberontakan, maka kemungkinan Raja akan menujuk Pangeran untuk mengatasi ini.”

    Aku pun membulatkan tekad untuk keluar dan mencari tahu. Jika memang benar Raja mengutus Pangeran untuk menyelesaikan ini, maka Falos akan ikut.

Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Falos. Atau keluargaku.

*****

    Hari itu Falos pulang larut dan aku menunggunya. Aku sudah meminta pelayan untuk memberitahuku jika Falos pulang. Dan saat hampir tengah malam, Falos pulang. Aku pun segera turun dari kamar dan menuju pintu masuk untuk menemui kakakku dengan perasaan gusar.

“Kau belum tidur, Lyra?”

Aku menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Falos memandangiku dengan tatapan heran. Tentu saja dia heran karena wajahku pasti terlihat sangat khawatir sekarang.

“Apa kau bermimpi buruk?”

Aku menggeleng. “Pemberontakan itu ... siapa yang akan mengatasinya?”

Aku bertanya tanpa basa-basi pada kakakku yang barusaja menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Padahal aku sudah bisa menduga jika Falos pulang larut karena pertemuan yang membahas soal pemberontakan itu.

    Seperti paham dengan rasa khawatirku, Falos membelai puncak kepalaku dengan lembut seraya tersenyum.

“Sepertinya kau sudah menduganya, ya? Yang Mulia Raja mengutus Pangeran Clifton untuk mengatasi ini. Dan aku harus membantunya.”

“Jadi ... kau benar-benar akan ke sana?”

Falos tertawa pelan. “Aku tidak tahu apa yang kau khawatirkan, tapi normalnya tentu saja aku harus ikut. Aku adalah ksatria pengawal pangeran.”

Aku menggigit bawah bibirku dengan perasaan campur aduk. Aku berharap ini tidak akan terjadi seperti di dalam mimpiku.

    “Kau bersikap aneh. Biasanya kau tidak pernah begini, Lyra. Sejak kau bangun setelah tidak sadarkan diri waktu itu, kau jadi lebih perhatian, ya?”

Aku mengerucutkan bibirku. Kau tidak tahu saja apa yang aku mimpikan!

“Aku senang saja kalau adikku menjadi lebih manis seperti ini,” lanjutnya dengan senyuman lebar. Rupanya Falos benar-benar senang diperhatikan. Apakah selama ini aku terlalu dingin padanya sampai-sampai dia berkata begitu?

    Aku menghela nafas panjang. “Kalau itu memang perintah, tidak ada yang bisa kulakukan, kan?”

“Lagipula aku tidak selemah itu, Lyra.”

Tapi dalam mimpiku kau tidak kembali, tuh! Malahan kau dieksekusi, tahu!

Aku menyunggingkan senyuman singkat dan entah mengapa aku benar-benar ingin memeluk kakakku. Aku tak ingin mencegahnya hanya karena rasa takut yang mungkin menurut mereka tak berdasar.

    Rupanya tanpa sadar aku menghambur memeluk tubuh kakakku yang lebih besar itu. Aku memeluknya dengan sangat erat.

“Jangan terluka ... dan cepatlah kembali.”

Aku tahu Falos pasti terkejut mendengarku berucap dengan suara seperti orang yang mau menangis. Tapi sungguh ... aku benar-benar takut. Aku tidak mau Falos sampai terluka dan tidak kembali.

“Kau mengejutkanku. Kau memang benar-benar aneh, Lyra.”

Meskipun berkata demikian, Falos membalas pelukanku dengan lembut. Aku bisa mendengar ia tertawa pelan karena tingkahku yang kekanak-kanakan. Sebelum aku bermimpi, aku tidak pernah melakukan hal memalukan seperti ini.

Aku bahkan tidak ingat apakah dulu aku pernah memeluk kakakku seperti ini.

“Aku akan segera kembali. Tenang saja.”

    Bagaimanapun juga aku berharap semua itu hanya mimpi dan tidak akan terjadi. Semoga saja ini semua hanyalah kebetulan belaka. Falos akan baik-baik saja dan kami akan hidup dengan tenang.

“Ini sudah larut. Tidurlah.”

Falos melepaskan pelukanku dan mendorongku perlahan. “Apa mau kuantar ke kamarmu?”

“Aku bukan anak kecil!”

Falos terkekeh. “Kau bahkan hampir menangis hanya karena akan kutinggal pergi.”

“Aku akan melihatmu pergi besok,” ucapku seraya menggosok sebelah mataku. Rasa kantuk sudah mulai menghampiri kedua mataku sekarang. Aku pun menguap kecil.

“Baiklah.”

    Aku pun berjalan menaiki tangga. Entah mengapa setelah bertemu dengan Falos rasa kantuk tiba-tiba menyerang. Sebelum aku berada di puncak tangga, aku berhenti sebentar lalu berbalik pada Falos.

“Ingat kata-kataku baik-baik.”

“Tentu saja.”

Aku pun tersenyum singkat lalu berjalan kembali menuju kamarku untuk tenggelam dalam mimpi.

.

.

    Pagi-pagi sekali Falos sudah siap dengan kuda berwarna coklat kesayangannya, Kaze. Dia sangat menyayangi kudanya itu sampai-sampai memberinya nama.

 Aku mengantarkannya hingga gerbang kediaman kami. Udara hari ini cukup dingin dan ini masih terlalu pagi. Matahari saja masih belum terlihat.

Aku sedikit menggigil karena angin dingin berhembus pelan membelai tubuhku. Rambutku bergoyang pelan karenanya.

“Kau bisa kedinginan kalau terlalu lama di sini, Lyra,” tutur Falos sambil menggenggam tali kemudi kudanya.

Aku dan ayah berada di gerbang bersama pelayan untuk melihat Falos pergi.

“Aku tidak selemah itu,” aku merasa direndahkan. Udara dingin tidak akan mempengaruhiku lagipula. Meskipun memang sedikit dingin, tapi tidak masalah.

    Falos menaiki kudanya. Ia sudah siap dengan pakaian ksatrianya lengkap. Kuakui dia terlihat sangat tampan dan menawan dengan pakaian ksatria yang ia kenakan. Aku baru menyadari jika kakakku setampan itu. Pantas saja gadis-gadis bangsawan selalu memerhatikannya jika ia menghadiri acara formal dengan pakaian itu.

“Aku pergi dulu.”

Ayahku hanya mengangguk. Ia sangat percaya jika Falos akan menjalankan tugasnya dengan baik. Falos memang sangat kompeten, jadi ayah selalu mempercayakan banyak hal padanya. Berbeda denganku yang selalu membuatnya khawatir.

Namun kali ini perasaanku sungguh tidak enak. Aku takut jika apa yang kumimpikan menjadi kenyataan. Rasanya seperti deja vu.

“Jangan lupa kembali.”

“Tentu saja. Aku harus kembali supaya adikku yang manis ini tidak menangis.”

*****

    Terhitung sudah satu minggu setelah kakakku bersama Pangeran dan rombongannya menuju tempat terjadinya pemberontakan di timur. Dan selama satu minggu itu pula perasaanku sangat tidak nyaman. Entah aku yang terlalu berlebihan atau bagaimana, tapi yang jelas semua itu membuatku sulit tidur. Hasilnya, aku lebih sering begadang.

Bagaimana mungkin aku bisa tenang jika ada kemungkinan mimpi buruk itu benar-benar terjadi karena aku tahu benar pelaku yang memfitnah kami memang benar-benar membenci kami.

    “Apa Nona Starluston ini tidak tidur semalam? Ada lingkaran hitam samar di bawah matamu.”

Ellia memiringkan kepalanya di depan wajahku. Ia menyipitkan kedua matanya dan mengamati wajahku lamat-lamat hingga aku risih dibuatnya.

“Hanya sulit tidur.”

“Kelihatannya insomnia, ya? Apa ini karena Sir Falos?” Ellia menegakkan tubuhnya seraya menyentuh dagu.

“Entahlah ...”

Aku berbohong. Ini semua jelas karena kekhawatiranku yang berlebihan. Tapi aku tidak bisa menceritakannya pada Ellia karena aku takut ia akan menganggapku berlebihan.

    Aku pun bangkit dan mulai berlatih dengan boneka-boneka jerami yang biasa kami gunakan untuk latihan pedang. Setidaknya mungkin berlatih bisa mengalihkan pikiranku soal mimpi mengerikan itu.

.

.

    Setelah latihan sedikit lebih keras karena aku berusaha menghilangkan pikiran-pikiran burukku kemudian membersihkan diri, aku kembali menyibukkan diriku dengan dokumen-dokumen di perpustakaan markas. Aku bersyukur Kapten menyuruhku mencari beberapa buku untuk dibawakan padanya sehingga pikiranku teralihkan sepenuhnya.

“Apa sudah ada kabar dari timur?”

Aku tertegun saat berjalan di bagian terjauh perpustakaan yang memang sangat sepi. Di bagian belakang ini jarang sekali ada orang kecuali ksatria yang sedang mencari dokumen sepertiku atau penjaga perpustakaan.

Dan barusaja aku mendengar seseorang berbicara. Aku menduga ia tidak sendirian. Aku pun menghentikan langkahku dan berdiri di balik rak buku tinggi yang rupanya membatasiku dan orang-orang itu.

“Mereka berdua harus dipisahkan. Sangat merepotkan jika Starluston muda itu masih ada di sekitar Pangeran. Akan jauh lebih mudah jika penerus Starluston disingkirkan lebih dulu.”

“Aku malah berharap dia tidak kembali.”

    Aku menutup mulutku dengan perasaan syok. Orang-orang itu ingin menyingkirkan Falos, kakakku. Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Aku sudah mendengar sesuatu yang berbahaya dan tidak seharusnya kudengar. Jika mereka tahu aku mendengar ini, mereka tidak akan membiarkanku begitu saja.

Sekarang pertanyaannya adalah, siapa mereka?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status