Sebuah pintu dibuka lebar-lebar, Arkav menemui dokter Luna di ruangan setelah selesai dengan urusan yakni melakukan transplantasi ginjal pada pasien. Luna pura-pura terkejut, padahal dirinya begitu senang didatangi oleh pria yang diam-diam telah mencuri hatinya."Hmmm, dokter Arkav, kenapa tiba-tiba datang ditengah malam begini? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Arkav pun menjawab, "Apakah pesan yang kau kirimkan adalah benar jika semua rahim istriku diangkat?"Luna mengangguk sebagai respon, lalu menjelaskan, "Maafkan aku bila harus berbohong. Aku hanya ingin ingin membuat mbak Poppy bersedih. Saat dokter Shella mengoperasi rahim kak Poppy, ia menemukan bahwa rahimnya tidak bisa lagi diselamatkan. Sekali lagi maafkanlah aku."Arkav memijat pelipisnya karena kepalanya berdenyut nyeri. Ia menghela nafas panjang serta mengeluh, "Aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakan berita buruk ini. Dia pasti kecewa.""Aku paham bagaimana perasaan Mbak Poppy. Namun Dokter Arkav tidak bisa s
"Ya bukan dong. Lagipula Mas nggak menyebutkan nama kan? Itu … Hmmm jadi gini, ada salah satu pasien yang rahimnya rusak sehingga harus diangkat makanya si suami tidak sanggup untuk bilang ke keluarganya," elak Arkav sedikit gugup. Sebisa mungkin ia berusaha untuk bersikap biasa agar tidak dicurigai."Hmm, gitu ya. Jangan sampai Mas Arkav menyembunyikan sesuatu dariku.""Tidak akan." Ia segera mengalihkan pembicaraan, "Kenapa belum tidur? Sudah larut lho ini. Jam dua belas lebih. Ayo masuk, diluar dingin.""Soalnya dengar suara mobil Mas Arkav jadi kebangun." Poppy mengambil paperbag yang berisi pakaian kotor di tanah. Ia mengajukan tanya."Oh ya Mas, Jika bukan aku, kenapa tadi Mas terkejut sampai menjatuhkan paperbag?" tanya Poppy yang masih saja memicingkan mata penuh curiga."Soalnya aku sempat melihat penampakan di belakang tubuhmu tadi," kata Arkav seraya menggenggam tangan istrinya guna memberitahu."Mas Arkav sedang tidak bercanda, kan?""Kenapa aku harus bercanda. Dia adal
Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy segera keluar dari kamar mandi untuk mencari ponsel. Tangannya bergetar hebat hanya untuk memegang benda pipih tersebut. Dicarinya riwayat pesan atau panggilan.My hubby Arkav. Ia pun segera menelpon. Dokter Arkav yang berada di ruang inap VVIP itu segera menggeser layar untuk menjawab. [Ya, sayang. Maaf ya bila tidak sempat pamit. Soalnya aku melihat dirimu terlelap. Saat ini aku sedang berada di rumah sakit karena pasien yang koma itu mengeluarkan air mata dan sedikit ada pergerakan. ][ Dokter Arkav, ini aku Zelona. Bukan istri dokter! ] Arkav tersenyum. Ia berpikir jika sang istri sedang bercanda. [ Sayang, tidak lucu deh bercandanya. Lebih baik kamu istirahat saja di rumah. Nanti Dokter Luna akan berkunjung dan akan mengajakmu jalan-jalan. ][ Tapi, dokter, aku berkata yang sebenarnya. Dokter harus percaya itu! ] Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy keukeuh memberitahu.Arkav memijit pelipisnya sebab pening. Ia pun bertanya dalam benak, "
Luna mengepalkan tangannya erat. Ia tidak menduga bahwa Poppy akan berkata dengan keji sehingga menginjak harga dirinya. Padahal ia tidak tahu jika tubuh Poppy dimasuki oleh jiwa Zelona.Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu memaksa seutas senyum dan menyahut, "aku tidak menyukai dokter Arkav sama sekali. Aku hanya ingin menjaganya selayaknya seorang sahabat. Karena dahulu kami begitu dekat, itu saja.""Siapa tahu dokter ingin merebut suamiku secara halus. Namun kurasa itu tidak mungkin. Suamiku tidak akan tergoda. Hahaha, aku hanya bercanda saja dokter. Jangan diambil hati," pancing Zelona. Dalam hati Luna mengumpat, "Poppy sialan! Awas saja nanti jika kau menangis bombay karena tahu jika rahimmu telah dioperasi keseluruhannya. Apakah kau akan tersenyum sepuas ini?""Oh ya Mbak Poppy, apakah dokter Arkav sempat memberikan kertas hasil operasi waktu itu?""Hmm, entahlah. Aku sendiri lupa. Lagipula aku hanya perlu untuk sembuh agar bisa merawat Mas Arkav."Tiba-tiba Luna bercakap,
Arkav yang masih duduk di lantai itu mencerna setiap perkataan yang dilontarkan oleh sang istri. Namun ia tidak percaya begitu saja. Ia berpikir bahwa, mungkin kemarahan ini terjadi usai melakukan operasi. Ia pun memaklumi meskipun pusing mendera. Pria yang masih mengenakan seragam putih itu segera bangkit dan berusaha membujuk, "Sayang, kamu pasti lelah kan. Jika begitu kamu bisa istirahat di ruanganku. Oke.""Terserah dokter ingin percaya atau tidak, anggap saja bila aku ini sedang hilang ingatan!" Serunya marah seraya melipat kedua tangannya di atas perut. Mengalihkan pandangannya ke arah lain.***Sebulan telah berlalu, raga Zelona belum juga kembali sadar. Sementara Jiwanya yang bersemayam di dalam tubuh Poppy sering kali berkunjung ke ruangan inap sehingga Arkav membiarkan saja. "Aku harus menyatu dengan ragaku. Aku tidak ingin berada di tubuh orang lain," gumam Zelona seraya menatap raganya di ranjang rumah sakit.Ketika kegelapan mulai menyapa. Angin berhembus kencang saat k
Perlahan, sepasang mata hitam milik Zelona terbuka. Ia memicingkan mata karena silau oleh cahaya lampu. Mengedarkan pandangannya ke segala arah dan mendapati sang Ibu sedang tertidur pulas di sofa."Ma-ma," ucap Zelona tanpa suara.Zelona ingin berkata, namun suaranya tidak keluar. Ia pun menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam. Matanya hanya berkedip-kedip. Ia bingung ingin mencari bantuan kepada siapa. Hanya menunggu siapakah yang hendak memasuki ruangan inapnya.Zelona merasa tenggorokan kering, namun ia tidak bisa bergerak bebas. Pintu terbuka, muncul Arkav yang bertugas untuk visite. Netranya langsung membidik pasien yang baru saja terbangun dari koma."Zelona? Kau sudah sadar?" Tanya dokter tidak percaya.Mendapatkan pertanyaan dari seseorang, Orilin tersadar dan segera mendekat ke arah putrinya. Ia terkejut bukan main dan segera menghambur ke pelukan sang anak kesayangan. Wanita paruh baya itu manggis haru. "Nyonya, izinkan aku untuk memeriksa keadaa
Ketika gunting itu sudah nyaris beberapa senti dari jantung, Leon segera mencekal pergelangan tangan Arkav guna menyadarkan."Apa kau gila, Ar? Kenapa ingin mengakhiri hidup. Jika kau mati, siapa yang mengurus jenazah Istrimu?" teriak Leon berusaha menyadarkan rekan kerjanya.Arkav justru berteriak, "Apa gunanya aku hidup bila telah kehilangan separuh nafasku!"Lelaki berkacamata itu menasehati. "Kau berhak bersedih dan merasa takdir seolah tidak berpihak padamu. Namun cobalah untuk berpikir bagaimana istrimu menanggung penyakitnya. Mungkin ia sudah lelah dan akhirnya menyerah.""Aku salah, karena kurang memperhatikan dirinya. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sehingga tidak tahu jika Poppy sakit. Aku sungguh menyesal.""Jika kau menyesal, kau harus berjanji untuk berjuang hidup. Aku tahu kau rasanya kehilangan seseorang yang begitu berharga dalam hidup kita. Namun jangan sampai patah semangat untuk bunuh diri. Doakan saja istrimu. Yang sabar ya, saya turut berbela sungkawa."Sement
"Sekarang kalian berdua sudah sah sebagai pasangan suami dan istri, sebaiknya anda mencium istri anda," ujar Pendeta memberikan aba-aba terakhir.Dengan kaku, Arkav mencium kening sang istri yang sedang tertidur pulas. Tangannya bergerak meraih tangan Zelona untuk menyematkan sebuah cincin pernikahan yang sudah disediakan oleh Orlin dan Xander."Jika begitu saya permisi dulu." Pendeta segera pergi. Arkav masih berdiri mematung tentang apa yang sedang ia lakukan sekarang. Pikirnya semrawut. Pintu kamar terbuka, muncul Luna dengan perasaan campur aduk saat mendengar kabar bahwa kamar inap Zelona sedang melangsungkan pernikahan dan mempelai pria adalah dokter Arkav.Luna mendekat dan bertanya, "Tolong katakan padaku, Arkav. Apakah benar bahwa sekarang kau sudah menikah?"Jika iya, kenapa memangnya?" tanya Arkav balik."Kenapa kamu justru menikah dengan seorang pasien yang koma?" Luna masih belum tahu bila Zelona sudah sadar. Karena ia terfokus menyingkirkan Poppy."Menikah dengan siapap