Share

Kecewa

Author: Ayu Anggita
last update Last Updated: 2025-04-18 20:00:47

Anessa menatap kepergian sang kekasih dengan perasaan yang campur aduk. Terus terang saja dia ingin kekasihnya berada di sini saat ini. Menemaninya ke butik untuk melakukan fitting baju. Namun, apa boleh buat. Sang kekasih tak bisa menemani dirinya. Pekerjaannya tak mengizinkan lelaki itu untuk tinggal lebih lama.

Anessa menarik napas dalam-dalam sembari memejamkan matanya. Setelah itu ia embuskan napasnya secara perlahan. Walaupun masih ada setitik rasa kecewa, tetapi itu lebih baik dari pada sebelumnya.

“Kenapa kamu diam saja di sini?” Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang Anessa. Sontak saja gadis itu menoleh ke belakang.

“Kenapa malah diam saja? Dia itu mau ketemuan sama selingkuhannya. Cepat ikuti dia sekarang!” ujar orang itu lagi.

Anessa mengerutkan keningnya. Dia lantas berdiri dari tempat duduknya. Berniat untuk menghampiri orang itu. Namun, belum sempat langkahnya mendekat, orang itu bangkit dari tempat du
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Duda Pilihan Mama   Salah Sasaran

    “Bagaimana, Dito? Kamu tidak keberatan kan kalau loker ini saya periksa?” tanya Wulan dengan nada yang mengintimidasi. Dito menelan ludah. Habis sudah dia kali ini. Semua yang telah ia sembunyikan selama ini akan terbongkar tanpa paksaan. Tanpa menunggu jawaban dari Dito, Wulan dan seorang petugas keamanan memeriksa loker itu. Dito tampak gelisah di tempatnya. Tamat sudah riwayatnya kali ini. “Apa ini?” tanya salah petugas keamanan itu. Di tangannya terdapat beberapa obat-obatan yang masih tersegel dengan rapi. “Itu … itu … itu … o-obat yang .…” Suara Dito tercekat di kerongkongan. Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya sendiri. “Bisa kamu jelaskan apa maksud semua ini, Dito?” Wulan bertanya sembari mengangkat bungkus obat yang ditemukan. Dito terdiam sejenak. Namun, pada akhirnya dia mengakui perbuatannya. Dito lantas digiring ke ruang interogasi rumah sakit. Dia tak menolak ataupun melawan. Pemu

  • Duda Pilihan Mama   Terduga Pelaku Pertama

    Suasana ruang interogasi di kantor keamanan rumah sakit terasa mencekam. Atmosfer di dalam ruangan itu terasa tegang, seakan dinding menyerap semua suara dan napas yang tertahan. Wulan duduk tegak, matanya menatap tajam ke arah pemuda di seberangnya. Rian, pemuda berusia awal dua puluhan itu tampak tenang. Kedua tangannya saling menggenggam di atas meja, dan matanya terus berpindah-pindah seolah menolak kontak langsung dengan tatapan Wulan. "Rian," ucap Wulan, suaranya tenang namun mengandung tekanan. "Aku sudah punya cukup bukti kalau kamu berada di sekitar lokasi kejadian hari itu. Kamu tahu maksudku, kan?" Rian menunduk. "Saya memang di sana, Mbak. Tapi, saya nggak melakukan apa-apa." “Saya hanya … saya hanya … sa …” “Kenapa?” sentak Wulan. Dia menjadi tak sabar ketika berhadapan dengan orang yang berbelit-belit seperti ini. "Kamu dendam sama rumah sakit ini," tuduh Wulan. Rian memberanikan

  • Duda Pilihan Mama   Kebencian Bunda

    Bab 20. Kebencian Bunda Setelah kejadian mengerikan di rumah sakit tempo hari, ketika ada seseorang yang tak dikenal menyelinap masuk ke kamar Galang dan mencoba mencelakainya. Andara benar-benar tak bisa lagi mempercayakan keselamatan suaminya kepada siapa pun. Kejadian itu begitu melekat dalam ingatannya. Bunyi alat monitor yang tiba-tiba berbunyi nyaring, teriakan suster yang panik, dan Galang yang menggeliat lemah membuat Andara merasa hampir kehilangan segalanya. Sejak itu, ia memutuskan satu hal, Galang tak boleh lagi sendiri. Maka ia memutuskan membawa Galang pulang ke rumah orang tuanya. Di sana ada dirinya, ada Papa dan mamanya, dan yang terpenting, tempat itu terasa jauh lebih aman dibanding rumah mereka sendiri yang kini terasa begitu asing dan mengancam. Namun, keputusan itu justru menjadi awal dari badai baru. Pagi itu, suara langkah kaki Bunda terdengar menggema di koridor rumah orang tua Andara. Wanita paruh baya itu datang le

  • Duda Pilihan Mama   Kejutan Besar

    Andara berdiri terpaku di depan pintu bangsal. Matanya tak bisa beralih dari pemandangan yang tak ia duga: Galang, suaminya, sedang duduk di ranjang rumah sakit, tertawa kecil bersama Wulan yang duduk di sampingnya. Langkahnya yang semula yakin, kini ragu. Ia mengurungkan niat untuk masuk. Dalam hati, ia bertanya-tanya, sejak kapan Wulan sedekat itu dengan Galang? Kenapa bukan dirinya yang ada di sisi suaminya saat itu? Pintu tiba-tiba terbuka dari dalam. Wulan melangkah keluar, senyum sinis menghiasi wajahnya saat matanya bertemu dengan Andara. “Oh, kamu datang juga rupanya,” ucap Wulan mencibir. “Kupikir kamu lebih memilih ujian daripada menemani suamimu yang sedang terbaring di rumah sakit.” Andara menatapnya tanpa ekspresi. “Aku sudah bilang ke Mas Galang, aku akan datang setelah ujian selesai.” “Dan aku menepati janjiku itu. “ Andara berkata sembari menatap tajam ke arah Wulan. Perempuan yang menciptakan jarak antara dirinya dengan sang suami. “Tetap saja, seorang istr

  • Duda Pilihan Mama   Galang Kecelakaan

    Andara tampak duduk di depan ruang UGD. Wajahnya menyiratkan kegelisahan dan kecemasan. Sesekali dia melongok ke dalam. Berharap seorang dokter atau perawat keluar untuk memberitahunya tentang keadaan Galang saat ini. “Sabar, Ra. Mas Galang pasti baik-baik saja kok,” ujar Anessa menenangkan sahabatnya itu. Andara menoleh dan mencoba untuk tersenyum. Walaupun bibirnya terasa kaku. “Mas Galang pasti bisa melewati ini semua. Aku yakin dia pasti kuat,” lanjut Anessa. Andara lagi-lagi tersenyum. Namun, dalam hatinya dia merasa tak begitu tenang. Dia takut akan terjadi sesuatu pada Galang. “Keluarga Galang Anugerah!” panggil salah seorang perawat. Andara lantas berdiri. “Saya istrinya, Sus. Bagaimana keadaan suami saya?” tanya Andara beruntun. Perawat itu tampak memperhatikan Andara dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seolah memastikan lagi bahwa yang berdiri di depannya adalah benar

  • Duda Pilihan Mama   Semakin Sering

    “Foto siapa itu?” tanya Andara. Galang yang hendak duduk pun menghentikan aksinya. Dia menatap Andara dengan tatapan bingung. “Di wallpaper hp kamu. Itu foto siapa?” Andara mengulangi lagi pertanyaannya sembari menatap mata sang suami. Galang menjadi gelagapan mendengar pertanyaan itu. Dia butuh sedikit improvisasi agar Andara tak salah paham padanya. “Itu foto … foto …” “Foto pacar kamu?” potong Andara cepat. Matanya masih menatap sang suami. Lelaki yang berstatus menjadi suaminya itu tampak bingung. Dia tak tahu harus menjawab apa pertanyaan yang mungkin bisa memancing pertengkaran di antara keduanya. “Heh! Lucu ya,” ujar Andara. “Kemarin aja bilang aku sayang kamu, Ra. Aku udah jatuh hati sama kamu. Sekarang …” “Nyimpen foto cewek. Dijadiin wallpaper lagi,” lanjut Andara. Galang menghela napas panjang. Tanpa menjelaskan apa-apa pun pada Andara, dia me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status