Home / Fantasi / Elang, si Dewa Medis / 41. Perkara Sarung Tangan

Share

41. Perkara Sarung Tangan

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-12-10 20:17:41

Gavin Martin menciut seketika.

Pria itu menunduk dalam diam, terlihat sama sekali tidak berani membuka mulut untuk berbicara.

Sementara Yasa Wiraya tetap mendesak, “Gavin, kenapa kau diam saja? Kau … tidak ingin menjawab pertanyaanku?”

Gavin menggelengkan kepalanya kuat-kuat, “Tu-Tuan … itu sama sekali tidak benar. Saya … saya-”

“Atau sebenarnya kau ini tidak suka kalau aku bisa sembuh dari penyakitku. Apakah benar begitu, Gavin?” Yasa berujar dengan penuh penekanan.

Gavin langsung berkata, “Tidak, Tuan. Mana mungkin saya tidak ingin Anda sembuh?”

“Saya adalah orang yang paling ingin Anda sembuh. Anda adalah penyelamat keluarga saya. Saya … tidak ingin melihat Anda menderita,” jelas Gavin dengan tergagap tanpa berani menatap ke arah Yasa sedikitpun.

Yasa mendesah pelan, merasa percuma telah mendesak Gavin.

Pada dasarnya, dia tidak akan pernah bisa membuat Gavin mau berbicara dengan jujur.

Pria itu jelas tidak mungkin berani melakukannya di depan dirinya.

Sebetulnya dia sangat kecew
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Elang, si Dewa Medis   56. Dasar Penipu Kecil!

    Zayyan mendesah pelan selama beberapa detik dan kemudian menoleh ke arah pengawal pribadinya yang sedang menunggu jawabannya itu.“Untuk membuktikan omongan anak muda itu,” kata Zayyan kemudian.Bono yang sedikit agak bingung pun langsung bertanya lagi, “Anda … tidak mempercayainya, Tuan?”Mata Zayyan melebar seketika, menatap tidak suka ke arah sang pengawal pribadi.“Hm, apa kau pikir aku bodoh? Dia memang membuat tubuhku menjadi lebih kuat, tapi … untuk penyakit ini? Siapa yang tahu bahwa dia hanya mengada-ada?” ucap Zayyan sembari menyipitkan mata.Bono manggut-manggut seketika. Pria itu pun kemudian teringat akan sesuatu dan buru-buru bertanya, “Tuan, apakah Anda sengaja membuat dia menunggu?”“Soal apa?”“Soal pekerjaan yang dia minta. Apakah sebenarnya Anda tidak berniat untuk memberinya imbalan?” Bono bertanya dengan penasaran. Zayyan tersenyum miring, “Bono, anak muda itu … bagaimanapun juga telah menyinggungku. Dia telah membuatku harus melakukan hal paling menjijikkan di d

  • Elang, si Dewa Medis   55. Katakan Saja Berapa!

    “Apa itu penting, Tuan?” balas Elang tanpa terlihat benar-benar berniat untuk menjawab pertanyaan Zayyan.Zayyan Setahu sedikit agak tersinggung dengan tanggapan pemuda yang menurutnya angkuh itu.Tapi, dia tahu bahwa dia tidak perlu mengetahuinya. Lagipula, dia hanya membutuhkan kekuatan Elang untuk menyembuhkan penyakitnya. Mengenai asal muasal ilmu penyembuhan yang dimiliki oleh pemuda itu tentu bukanlah hal yang penting baginya. Selanjutnya Elang menancapkan beberapa jarum ke beberapa bagian tubuhnya dan kemudian mencabutnya setelah beberapa menit.Betapa terkejutnya Zayyan ketika dia mengetahui bahwa jarum-jarum perak itu mengeluarkan bau yang aneh serta berubah menjadi hitam.Sebelum Zayyan sempat berkomentar, Elang sudah terlebih dulu berbicara, “Kau sepertinya terkena racun yang cukup mematikan. Ususmu … tadi telah bocor dengan sangat parah.”Zayyan membelalakkan mata, “Tapi tadi kau bilang kau bisa menyembuhkan aku? Kau bercanda?”“Memang. Sekarang kau memang sudah sembuh.

  • Elang, si Dewa Medis   54. Aku Mau!

    Zayyan Setahu terlihat seperti terjebak atas apa yang telah dia lakukan sendiri. Dia benar-benar tidak pernah menyangka jika hal itu akan terjadi kepadanya. Namun, saat ini dirinya sedang berada di kondisi darurat dan dia merasa hanya pemuda itu yang bisa menolongnya. Maka, dengan sangat tidak rela dia pun akhirnya berkata dengan nada penuh permohonan, “Anak Muda, aku telah bersalah kepadamu. Tolong, maafkan aku!”Elang hanya mengangkat alis kirinya dan tidak terlihat ingin merespon perkataan pria kaya itu.Zayyan tidak menyerah begitu saja dan kemudian mencoba untuk merangkap untuk mendekat ke arah Elang.Elang yang melihat hal itu pun mengangkat alis kanannya tapi tidak berkata apapun. “Apa yang kau inginkan dariku, Anak Muda? Aku bersedia melakukan apapun asalkan kau mau menyelamatkan nyawaku,” kata Zayyan.Elang terdiam selama beberapa saat dan selama diamnya Elang, hal itu semakin membuat Zayyan hampir tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. “Penuhi saja janjimu yang kau kata

  • Elang, si Dewa Medis   53. Anak Muda, Tolong Aku!

    Namun, Bono tidak sempat memberikan peringatan apapun kepada dua pengawal yang akan melawan Elang itu.Karena di detik selanjutnya dia melihat bagaimana seorang pemuda kurus dengan santai menendang dua pengawal yang terbilang bertubuh besar, jauh lebih besar daripada si penyerang dengan mudahnya seakan dia tidak perlu menggunakan tenaga yang besar.Deris dan temannya seketika ambruk hanya dalam waktu beberapa detik saja. Deris bahkan memuntahkan darah yang cukup banyak, sementara temannya malah telah memejamkan mata sembari mengerutkan kening seakan tidak menyangka bahwa serangan itu rupanya berhasil membuatnya tersungkur. Zayyan Setahu yang melihat dua pengawalnya yang kuat itu tergeletak tak berdaya langsung menatap Elang dengan tatapan penuh rasa tidak percaya dan ngeri. “Kau … bagaimana bisa melakukan hal itu?” Zayyan secara refleks bergerak ke belakang, mulai takut. Sedangkan Bono yang masih terlalu terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat itu pun hanya terdiam dengan tat

  • Elang, si Dewa Medis   52. Anda Tidak Berani?

    Elang tidak menanggapi dan malah melihat sekelilingnya dengan cepat.Bono yang melihat tingkah Elang langsung berkomentar, “Tidak banyak orang yang lewat daerah ini, Bocah. Jadi … jangan berharap apapun.”Zayyan tertawa meremehkan, “Tak akan ada yang bisa menyelamatkanmu di sini, Anak Muda.”“Hadapi saja konsekuensi karena sudah berani menyinggungku. Pemuda bodoh!” ucap Zayyan sembari mengambil rokok mahal dari dalam sakunya.Elang mengernyitkan dahi, “Tuan, Anda menderita penyakit usus yang sangat parah, tapi … bagaimana bisa Anda masih dengan tenang merokok seperti itu? Itu … bisa memicu penyakit Anda menjadi lebih parah.”Zayyan malah tertawa nyaring saat mendengarnya, “Usus dan rokok? Kau ini … jangan mengada-ngada!”Pria itu pun mengabaikan Elang dan mulai menyalakan rokoknya. Sementara dua pengawalnya mulai menyerang Elan. Namun, meskipun keduanya berkali-kali mengarahkan pukulan pada Elang, mereka tetap tidak bisa mengenai tubuh Elang sekalipun.Serangan mereka seolah-olah ha

  • Elang, si Dewa Medis   51. Cepat Berlutut!

    Tapi, Elang tahu bahwa dia benar-benar tidak bisa mengabaikan orang sakit yang ada di dekatnya, entah siapapun itu.Di kepalanya selalu muncul perintah-perintah bahwa dia harus melakukan pertolongan pada orang yang sakit itu. “Dewa Medis? Kenapa harus aku? Tidak bisakah aku menjadi orang biasa saja?”Oh, bagaimanapun juga dia telah kehilangan pekerjaannya karena ilmu pengetahuan barunya tersebut. Tapi, sebetulnya dia juga tidak benar-benar terlalu kecewa kehilangan pekerjaan itu. Entah bagaimana dia malah justru merasa ringan. Maka, dia pun berpikir dia bisa mencari cara lain untuk mendapatkan uang.Elang Viscala masih terus berjalan kaki dan merenungkan semuanya. Namun, betapa dia sangat terkejut ketika dia berhenti berjalan dan menyadari bahwa dia telah jauh dari area restoran.“Tidak mungkin. Bagaimana bisa aku ada di tengah kota? Jarak restoran dari area ini bahkan jika ditempuh menggunakan motor saja akan memerlukan waktu 1 jam. Tapi, aku ….”Elang langsung melihat ke arah ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status