Nara duduk di salah satu sudut kafe ditemani sebuah laptop dan segelas hot chocolate kesukaannya. Hari Kamis adalah jadwal liburnya, jadi ia memutuskan untuk menyelesaikan tugas kuliah yang sempat tertunda. Malam ini Nara berencana mengerjakan tugas bersama Lita sahabatnya, tapi sudah hampir satu jam berlalu Lita tak kunjung datang. Untuk membunuh kebosanan, Nara memainkan beberapa game di ponselnya, sesekali juga membuka akun media sosial miliknya.
Nara buru-buru keluar dari game ketika ada notif IG live dari akun Jason. Akhir-akhir ini ia memang sedang tertarik mengikuti kegiatan Jason di media sosial."Hayo loo, gebetan baru ya ?!" kata Lita yang tiba-tiba datang. Lita tak melihat dengan jelas, ia mengira Nara sedang video call dengan teman dekatnya. Apalagi saat melihat Nara senyum-senyum sendiri seperti itu membuatnya semakin yakin."Apaan sih. Enggak," sanggah Nara. Buru-buru ia sembunyikan ponselnya ke dalam tas, bisa malu kalau Lita saDarah segar mulai mengalir. Saat itu Nara tak bisa mendengar apa pun. Nafasnya sudah sangat berat, tubuhnya tak berdaya. Bahkan untuk sekedar menggerakkan jemarinya ia tak sanggup."Kakak ..." Dita berteriak histeris sambil berlari menghampiri Nara yang tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. Kini semua orang mengalihkan perhatian mereka ke jalan raya."Kakak bangun !!" Dita menangis ketakutan setelah melihat keadaan Nara yang tampak mengkhawatirkan. Saat itu Nara masih sadarkan diri, ia berusaha menggapai tangan Dita ingin memastikan Dita baik-baik saja. Sebelum akhirnya ia jatuh lemas di pangkuan Dita."Tolongin kakak gue ... tolongin kakak gue !!" teriak Dita dengan tangisan yang semakin keras.Nara segera dilarikan ke rumah sakit. Kebetulan di sekitar sana ada mobil ambulance yang disiapkan untuk membawa korban penyanderaan di gedung bioskop. Karena ada keadaan darurat, ambulance itu akhirnya digunakan untuk membawa Nara ke rumah sakit lebih dahul
Nara perlahan membuka mata, menatap tiap sudut ruangan dengan mata yang masih belum bisa terbuka sepenuhnya. Selang infus yang tertancap di pergelangan tangannya membuatnya langsung sadar kalau ia sedang berada di rumah sakit saat ini. Dalam hati ia bersyukur karena setelah kecelakaan fatal yang menimpanya, ia masih bisa membuka mata kembali."I-buk ..." Nara berusaha memanggil ibunya, tenggorokannya terasa kering hingga sangat sulit untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata. Tak lama kemudian datang seorang pria yang segera berlari ke arahnya begitu tau ia siuman. Nara tak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu, ia nampak bahagia saat tahu Nara telah siuman."Akhirnya kamu bangun juga," kata pria itu. Suara itu terdengar tak asing. Nara berusaha membuka matanya walau masih terasa berat. Kabut tipis yang sedari tadi menghalangi pandangan matanya pun perlahan-lahan sirna. Sehingga kini wajah pria itu bisa dilihatnya dengan jelas. Nara terkejut mendapatinya menja
Beberapa hari berlalu, Nara masih belum menemukan jawaban pasti kenapa ia bisa berubah menjadi Niki. Semakin dipikirkan semakin tak masuk di nalarnya. Beberapa kemungkinan sempat terlintas di benaknya. Pertama, ada seseorang yang sengaja merubah wajahnya demi tujuan tertentu mengingat Niki adalah putri dari seorang yang berpengaruh. Tapi itu agak mustahil karena perubahan yang ia alami telalu banyak dari ujung kaki sampai ujung kepala, dari tinggi badan hingga warna mata. Dokter mana yang bisa mengubah seseorang sesempurna itu hanya dalam waktu seminggu saja. Kemungkinan kedua, ia memasuki dunia paralel dimana kehidupannya berbalik seratus delapan puluh derajat dari kehidupan yang biasa ia jalani. Teori ini didapatnya dari drama-drama yang pernah ia tonton.Kemungkinan ketiga ..."Jiwa kita tertukar ..." celetuk Nara di sela-sela teori yang sedang ia pikirkan. Teori ini agak bisa diterima mengingat tidak ada yang berubah di sekitarnya selain dirinya
Nara berdiri menatap cermin dengan sebuah gaun indah yang ia ambil dari sana. Ia tatap dirinya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Semua terlihat sempurna, bahkan tanpa make up pun kecantikan itu masih bisa terlihat jelas. Dalam hati ia berkata, "inilah hidup yang gue mau." Namun disaat itu pula ia sadar kalau semua itu bukanlah miliknya. Baju-baju itu, kamar itu, bahkan wajahnya sekali pun, semuanya milik Niki. Tiba-tiba ia merindukan keluarganya. Seandainya seberuntung Niki, tentu ia, ibu dan adiknya tak perlu lagi bersusah payah untuk sekedar mencari sesuap nasi."Ibuk, Dita, maafin aku ya," kata Nara masih di depan cermin."Aku nikmatin ini semua sebentaaar aja. Ini kan hadiah dari Tuhan masak disia-siakan. He he he ..." ledek Nara saat mengingat ibu dan adiknya.Nara kembali mencoba beberapa baju yang ia sukai sampai ia lelah dan akhirnya tertidur di ranjang nyaman kamar itu."Bahagianya jadi orang kaya," kata Nara sebelum terlelap.Kee
Nara berusaha terlihat tenang sambil menyapa semua orang dengan ramah. Sementara Teh Gina tampak kerepotan, beberapa kali ia harus menopang tubuh Nara yang hampir jatuh karena hills 12 cm yang ia pakai. Orang-orang di sekitarnya pun ikut khawatir setelah melihat perubahan Niki, namun Teh Gina berhasil meyakinkan mereka dan interview itu pun dapat berjalan sesuai rencana.Nara duduk berhadapan dengan seorang penulis di majalah itu. Beberapa kamera pun telah siap untuk merekam jalannya interview. Nara agak khawatir karena ia benar-benar tak mengerti seluk beluk fashion. Baju branded sih lumayan banyak, terakhir kali yang ia beli adalah terusan berwarna putih yang didapat dari toko baju import bekas langganannya. Rencananya baju itu akan ia kenakan untuk acara pernikahan sepupunya. Tapi manusia hanya bisa berencana, ehh semesta malah ngajak bercanda. Bercandanya asik lagi."Untuk saat ini fashion apa yang sedang Niki sukai ?" tanya penulis itu terlihat berhati-hati. Karen
Nara diam mematung membelakangi Jason. Tangannya gemetaran tak tahu harus berbuat apa. Keasikan jadi orang kaya sampai melupakan satu hal yang penting, Jason. Jason yang selama ini hanya ada di hayalannya tiba-tiba berdiri di hadapannya sebagai pacar. Jangankan pacar, membayangkan berteman dengannya saja tak berani."Kamu udah baikan ?" kata Jason sambil berjalan mendekati Nara."I, iya," jawab Nara masih memalingkan wajahnya dari Jason. Sesekali ia berusaha mencuri pandang. Sial, Jason benar-benar terlihat sexy saat menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk di tangannya. Belum lagi roti sobek di perutnya membuat Nara menelan ludah berkali-kali."Jangan kesini pliiis ..." gumam Nara dalam hati, tapi pria itu justru semakin mendekat."Coba sini aku lihat." Jason membelai rambut Nara untuk memeriksa bekas luka di dahinya. Nara segera memalingkan wajahnya, sentuhan Jason tadi membuat aliran darahnya tiba-tiba menyempit. Sebelum jatu
Teek ...Ternyata Jason hanya mematikan lampu tidur yang ada di atas meja dekat kepala Nara, lalu ia tidur di sebelahnya tanpa bersuara. Nara yang dari tadi sudah ketar-ketir jadi bisa bernapas lega. Sesekali ia mengintip Jason di sampingnya untuk memastikan Jason benar-benar tidur. Setelah itu ia tak berani lagi menggerakkan badannya, ia tidur membelakangi Jason, tangannya sampai kesemutan karena terlalu lama tidur miring ke arah kiri.Pagi harinya masih di dalam kamar apartemen,"Nik ..." Jason membangunkan Nara yang tampak lelap tertidur sambil memeluknya dengan erat. Sebenarnya tak tega membangunkannya, tapi Jason ada acara pagi jadi ia harus segera bersiap."Iya sebentar lagi," jawab Nara."Aku ada syuting pagi hari ini.""Ahaha, syuting film laga sama Bu Yuyun ?" kata Nara masih belum sadar juga kalau orang yang sedang ia peluk itu bukan ibunya tapi Jason. Sementara Jason hanya tersenyum mengira Niki masih sedang bermimpi."Bang
"Dulu kamu benci banget sama fansnya Jason.""Oh, ya ?" Nara masih tak percaya Niki seperti itu.Niki memang sangat membenci semua penggemar Jason. Ia sangat tidak nyaman setiap kali melihat mereka dekat-dekat dengan Jason apalagi sampai memeluk dan memegang-megang kekasihnya itu. Niki benci saat mereka terlalu mengatur hidup Jason melebihi dirinya yang seharusnya lebih berhak. Karena mereka, Niki tak bisa menunjukkan hubungannya dengan Jason di depan publik. Karena mereka pula, Jason dan dirinya sering terlibat pertengkaran yang tak perlu. Pokoknya Niki mengganggap mereka hanya batu penghalang antara dirinya dan Jason, Niki tak suka itu.Nara bisa memahami perasaan Niki. Memang kadang fans Jason juga keterlaluan. Sampai urusan jodoh pun mereka yang atur. Jason hanya boleh dekat dengan wanita A yang mereka sukai. Jika ada wanita B yang tak sesuai dengan standar mereka, maka ia akan disingkirkan bagaimana pun caranya. Cara yang paling umum dengan menyerang mental