Home / Romansa / FEMININ / 7. Rencana Monica

Share

7. Rencana Monica

Author: putrynaufal
last update Last Updated: 2021-07-28 23:57:52

"Hooaaaamm" Femi terbangun dari tidurnya, setelah kecapaian dari jalan jalan dengan Jee semalam

"Ini bau apa?" tanya Femi mengendus enduskan hidungnya.

Penasaran dengan bau terbakar yang menyengat, Femi melangkahkan kakinya ke balkon belakang. Matanya membelalak, Ada Monica sedang membakar sesuatu yang tidak asing dimatanya, dihalaman rumah. Dengan bergegas, Femi segera turun ke bawah.

Benar saja, Monica membakar semua pakaian  yang dibelinya tadi malam bersama Jee. Termasuk baju batik untuk ayahnya.

"Monica, ini masih baru!" kata Femi, seolah mengerti kalau Monica mengira itu hanyalah baju bekas yang sengaja dibakarnya

"Gue tau"

"Kenapa kamu bakar, Monica?"

"Mending baju Lo, daripada diri Lo yang gue bakar." jawab Monica santai

Femi tertegun, selama ini emang benar benar Monica membencinya. Tapi, kenapa dia harus membakar baju baju miliknya?

"Dengar ya cewek udik, Lo gak pantas jadi istrinya Jeremy. Lo miskin, cupu, norak, jelek. Gue peringatan yah sekali lagi, berhenti Lo deketin Jee, atau Lo bakal bernasib sama dengan semua pakaian murahan itu?" tunjuk Monica pada kobaran api yang sedikit membesar.

Femi hanya terdiam, takut untuk menjawabnya.

"Gue yang udah lama suka sama Jee, gue yang dari dulu perjuangin rasa gue? Kenapa Jee lebih memilih Lo? Pakai dukun mana Lo?"

Femi terkejut, atas perkataan Monica. Bagaimana bisa orang orang mengira kalau Femi memelet Jee? Kalau bisa memilih, Femi tidak mau menikah dengannya.

"Saya tidak pernah melakukan hal sekeji itu, Monica"

"Halah, gadis kampung kayak Lo andelannya kan asap dupa"

"Bukan saya yang memaksa Jee, tapi Jee yang mau menikah dengan saya. Lalu dimana letak kesalahan saya?"

Monica tertegun atas pernyataan Femi, dengan perasaan gemas di tariknya tubuh Femi sampai Femi terjatuh hampir dekat dengan api. Tidak hanya sampai disitu, Monica juga menarik rambut Femi dan berjongkok di dekatnya.

"Berani Lo sama gue? Berani Lo nantang gue? Bukannya cuman diri Lo aja yang gue bakar. Ingat, bokap Lo yang tinggal dirumah kumuh itu, gak bakal lepas dari ancaman gue"

Monica melepas paksa jambakan rambutnya Femi. Dan dengan tidak ada rasa kasihan, Monica yang sedang memakai wedges pun menginjak badan Femi.

Femi menangis tersedu sedu, meratapi kemeja batik yang khusus dia beli untuk ayahnya. Terbakar hangus dimakan api. Terbayang senyum sumringah Ayahnya yang menerima batik, musnah sudah.

Femi mencoba bangkit berdiri. Sakit hatinya menerima perlakuan Monica. Padahal Femi berniat kerumah Ayahnya nanti siang, setelah berpamitan pada Jee. Namun ia urungkan. 

Dengan langkah tertatih menuju tangga atas, terdengar sindiran dari Ina dan Sumi yang sedang membersihkan.

"Makanya jadi perempuan biasa saja itu gak usah gaya"

"Iya tuh berlagak jadi bos"

Langkah Femi sempat terhenti, tapi dia lanjutkan lagi perjalanannya. Toh percuma, mau sebaik apapun dirinya, jika dibenci. Yah tetap tidak akan disuka.

Sesampainya dikamar, dia memperhatikan tangannya yang mulai agak membaik setelah di obati Jee.

Ting!

Pesan dari Jee

Jee [Sedang apa?]

[bersantai]

Terpaksa Femi berbohong saat membalas pesannya. Daripada jadi tambah masalah lagi, fikir Femi.

Sambil merebahkan diri, teringat kenangan tadi saat bersama Monica. Ternyata Monica sangat menyukai Jee, tapi seandainya Monica tau kalau tidak ada cinta diantara mereka.

Setelah bersih bersih badan, Femi turun ke lantai bawah. Rencananya untuk pergi ke taman.

"Mau kemana? Pakaian numpuk bukannya di cuci malah kelayapan. Kamu bukan nyonya disini" hardik ibu Widya.

Femi mendengkus kesal mendengar sindiran nenek sihir itu. Dengan terpaksa, Femi berjalan ke arah belakang mengambil pakaian kotor yang telah di pisah Lili.

"Sedang apa non?"

"Aku mau mencuci"

"Jangan, itu pekerjaanku nona. Tugasku mencuci pakaian" 

"Terus aku harus bagaimana?"

"disini saja, toh Nyonya besar sedang di depan" saran Lili yang dijawab anggukan senang oleh Femi.

Mereka saling asyik mengobrol, hingga tidak terasa sudah matahari sudah terik

 

"Hahaha,, jadi gimana Li?"

"Yah saya mah diam saja, Lah non'

Sedang asyiknya mereka ngobrol, ponsel Femi pun berdering.

"Gue lagi ada di meja makan"

Telefon dimatikan sepihak, dan pelakunya adalah Jee.

Femi menghela nafasnya lemah, malas sekali menemui keluarga aneh' itu. Namun tidak mungkin jika dia tidak kesana sekarang.

"pergilah non, daripada kena damprat Tuan Jee lagi" Saran Lili.

Akhirnya Femi pun memantapkan hatinya menghampiri Jee.

"Lo dari mana? Semua orang nungguin tadi" tanya Jee kesal.

Femi hendak berkata jujur kalau dirinya ada di belakang, membantu Lili mencuci. Tapi dia urungkan kembali melihat ibu Widya menatap tajam ke arahnya.

"Di taman" jawab Femi.

Setelah mereka menyelesaikan makan siang mereka, Jee pun kembali ke tempat kerjanya.

"Monica, sini deh!" panggil Ibu Widya 

"Ada apa sih Oma?"

"Oma punya rencana, biar Femi di usir dari rumah ini"

"Oh iya, rencana apa Oma?"

Ibu Widya pun membisikkan kalimat rahasia itu kepada Monica. Mendengar ide yang di lontarkan Oma, Monica sangat menyetujuinya. "Tak sangka, otak tua Oma itu sangat berfungsi baik" batin Monica.

***

"Femi, sini" panggil Monica tatkala melihat Femi lewat dihadapannya.

"Gue ada party di bar. Temenin gue ya?" ajak Monica.

"Tapi Mon,,," ucapan Femi menggantung

"Gak usah pamit sama Jee kalau gak mau Jee tau. Ya sudah sini, gue dandanin Lo biar gue gak malu bawa Lo kesana"

Satu jam kemudian setelah Monica dan Femi siap, mereka pun berangkat dengan mobil sport milik Monica

"Tumben kamu ngajak aku?"

"Gue tebus rasa bersalah gue tadi siang"

Femi mengangguk paham. Dia merasa tak nyaman dengan gaun yang dipakainya saat ini. Sangat begitu minim, dengan belahan dada terlalu rendah. Apalagi, gaun tersebut sangatlah pendek

Monica sangat menikmati perjalanannya, sampai tidak sadar. Mereka sudah sampai di alamat tujuan

"Duduk sini, biar gue ambil minuman" perintah Monica, di warnai dengan dentuman music yang begitu menggendangkan telinga.

Mengangguk pasrah, Femi hanya bisa menunggu Monica di sebuah sofa.

Namun tak diketahui Femi, ternyata minumannya dimasukkan bubuk obat tidur. Tidak hanya itu, Monica juga menelfon seseorang untuk melancarkan serangannya malam ini

"Nih minum dulu" titah Monica membawakan segesal kecil wine di hadapan Femi.

Meski ragu ragu, Femi pun menghabiskan minumannya. Tak lama pandangan Femi berputar dan rabun, dengan gelora ngantuk berat yang tak bisa ditahan. Akhirnya Femi pun tertidur di sofa.

Monicapun memanggil orang sewaannya, dan membawanya ke sebuah hotel dekat tempat dugem.

Dengan telaten, Monica mengambil gambar Femi yang tengah tertidur lelap bersama seorang pria yang bertelanjang dada.

Setelah puas memfoto, Monica pun pergi.

Laki.laki itu mengamati lekuk tubuh Femi yang tertidur pulas. Hingga hasratnya tak tertahankan lagi, dinaikkinya tubuh Femi. Mencium setiap inci kulit lehernya. Sangat begitu harum. Bibirnya tak lupa dicicipi

Bugh!!!!

Pria itu terpental, menerima Bogeman mentah dari David. Ternyata, David sudah tau rencana busuk Monica. Makanya rela mengikuti mereka berdua meski awalnya nyasar terlebih dahulu.

"Pergi Lo!!" Usir David

Pria itupun ketakutan, diambilnya pakaian yang sempat tercecer dan segera kabur

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • FEMININ   10. Monica dan dendamnya

    Monica menangis sesenggukan, hendak mengadu Pada ibu Widya. Ibu Widya yang saat itu sedang maskeran, panik melihat Monica menangis masuk ke kamarnya "Loh, ada apa?" "Aku ditinggal sendirian di Klinik, Oma!!" "Emangnya Jee kemana?" "Gak tau, kan dari awal emang Jee gak suka sama Monica. Gak ikhlas Anter Monica" Ibu Widya mengangguk paham, di elusnya punggung Monica agar lebih tenang. "Sabar, kita harus cari rencana biar Jee suka sama kamu!" "Gimana caranya Oma?" "Pokoknya ada lah! Nah sekarang kamu tidur. Besok ikut Oma ke suatu tempat" Monica mengangguk, dan berjalan keluar dari kamarnya Ibu Widya ** Ke esokkan harinya, karna Ibu Widya sudah janji. Dia akan mengajak Monica ke sebuah kampung terpencil &nb

  • FEMININ   9. Isi hati David.

    Setelah seharian berkeliling, akhirnya mereka pulang kerumah. Tentunya, 4 pasang mata yang melihat kedatangan mereka sangat tidak suka. Melihat itu, Monica pergi ke kamarnya di susul Ibu Widya "Hei, gak usah galau" "Oma, aku lebih baik kembali ke Sidney. Ada tawaran job model disana. Setidaknya, aku juga bisa move on dari Jee" kata Monica sambil berlinangan air mata Mendengar hal itu, ada rasa tak enak dihati Ibu Widya. Dia tau betul bagaimana Monica sangat menyukai Jee Sedari dulu. "Kamu gak usah galau begitu, perlahan kita akan membuat gadis miskin itu gak betah dirumah ini" Monica mengangguk. Berharap apa yang dikatakan Omanya benar. "Aku mau ke dapur dulu" "untuk apa?" "buatin kamu nasi goreng spesial" Femi membuatkannya nasi goreng putih dengan bumbu seadanya khas nasi goreng jaman

  • FEMININ   8. Rasa bersalah

    Mobil melaju, mengarah ke rumah Jee. Sedangkan Femi samar samar mulai membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, pandangannya sedikit berputar. Saat sadar dia sudah berada di dalam mobil, dengan David sebagai sopir "Sudah bangun?" tanya David menyadari Femi sudah tersadar. Femi mengangguk pelan, memperbaiki posisi tidurnya. "Aku tadi kenapa?" "Kamu hampir diperkosa" Mata Femi membulat, bagaimana bisa dia hampir di perkosa sedangkan seingatnya dia terakhir bersama Monica? "Lain kali, kalau diajak Monica harus hati hati. Monica punya ide licik buat nyakitin kamu" "Maaf. Terima kasih, sudah berkali kali kamu nolongin aku" "Tak masalah" senyum David, menoleh sebentar kearah Femi *** Di tempat lain, Jee mengamuk buru buru pulang setelah mendapatkan beberapa foto Femi dengan seorang Pria tak dikenal dari Monica "Dimana gadis bodoh itu?" "Tenang Jee, wanita jalang itu pas

  • FEMININ   7. Rencana Monica

    "Hooaaaamm" Femi terbangun dari tidurnya, setelah kecapaian dari jalan jalan dengan Jee semalam "Ini bau apa?" tanya Femi mengendus enduskan hidungnya.Penasaran dengan bau terbakar yang menyengat, Femi melangkahkan kakinya ke balkon belakang. Matanya membelalak, Ada Monica sedang membakar sesuatu yang tidak asing dimatanya, dihalaman rumah. Dengan bergegas, Femi segera turun ke bawah. Benar saja, Monica membakar semua pakaian yang dibelinya tadi malam bersama Jee. Termasuk baju batik untuk ayahnya. "Monica, ini masih baru!" kata Femi, seolah mengerti kalau Monica mengira itu hanyalah baju bekas yang sengaja dibakarnya "Gue tau" "Kenapa kamu bakar, Monica?" "Mending baju Lo, daripada diri Lo yang gue bakar." jawab Monica santai Femi tertegun, selama ini emang benar benar Monica membencinya. Tapi, kenapa dia harus membakar baju baju miliknya? "Dengar ya cewek udik, Lo gak pantas jadi istrinya Jeremy. Lo miskin,

  • FEMININ   6. Diajak Jalan Tuan Besar

    "Jee, lepass!!" pinta Femi, saat tangannya di tarik paksa oleh Jee Jee terus saja menarik tangan Femi, hingga masuk kedalam kamar. Dilemparkannya Femi ke atas ranjang "Ada hak apa Lo, berani dekat dengan laki laki lain selain gue?" "Aku hanya ngobrol sebentar dengan David" "Tanpa izin dari gue?" "Sejak kapan aku harus meminta izin padamu?" Jee terdiam. Masuk akal juga dengan pertanyaan Femi, Jee selama ini tidak pernah melarang Femi berbicara dengan orang lain. Mereka saling terdiam. Femi mengelus tangannya yang ditarik paksa oleh Jee, sedangkan Jee hanya melihat pemandangan dari jendela kamar. Terjadilah kikuk diantara mereka. "Tuan, ini sudah jam 9 malam" kata Femi. Jee tak bergeming sedikitpun, membuat Femi semakin salah tingkah "Ada apa?" tanya Jee, tanpa mau menatap matanya. "Kapan?" "Apa?" "Kita,, ikkeh ikkeh kimochi" Jee secepatnya menoleh ke arah Femi. Alisnya meng

  • FEMININ   5. Tentang Jee

    "Selamat malam" Sapa Jee, mendaratkan bokongnya di kursi khusus tempat makan Ibu Widya dan Monica yang sedari tadi menunggu Jee, membalas ucapannya sembari tersenyum senang. Mereka merasa bahwa Femi tidak ikut makan malam dengan mereka kali ini. Lili, salah satu pelayan Jee. Menuangkan segelas air putih dihadapannya. Tidak lupa, dengan sepiring nasi dan beberapa lauk mewah diatasnya. Tidak ada obrolan khusus, hanya dentingan sendok dan piring yang mengisi kekosongan diantara mereka. 'Mana wanita udik itu' batin Jee melirik kanan dan kiri.Tanpa disadari Jee, Monica tengah memperhatikannya sejak tadi. "Cari siapa?" Tanya Monica "Lo gak perlu tau" ketus Jee membuat Monica tertegun. Ada rasa nyeri dihatinya mendengar perkataan Jee yang tidak pernah halus kepadanya. Selesai makan malam, Jee buru buru balik ke atas menuju kamarnya. Di ikuti Lili yang membawa nampan berisi makanan, khusus untuk Femi. Kriiiiitttttt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status