Kini tubuh Malika sudah polos tanpa sehelai benang pun, ia berjalan pelan menghampiri James yang sudah terbaring di atas ranjang. Tanpa ragu wanita itu merangkak naik ke tubuh atletis James."James, sayang." bisik Malika lembut. Gadis itu mengusap pelan dada bidang James untuk membangunkannya."Heem," hanya gumaman dari mulut James karena laki-laki itu masih dipengaruhi oleh alkohol."Aku rindu," Malika mulai mengecup bibir James lembut. Berusaha membangunkan libido James yang setengah sadar.Mata James seketika terbuka lalu menatap Malika dengan tatapan sayu. Mata kemerahan akibat mabuk. Menjadikan James tidak begitu jelas dengan wajah wanita yang berada di hadapannya."Siapa Lo?" James mengerjapkan matanya yang terasa berat."Nggak penting siapa aku, malam ini kamu milikku dan aku milikmu. Kita ulang malam-malam indah kita dulu sebelum ada kesalahpahaman di antara kita berdua, Sayang." selesai mengutarakan isi hatinya. Malika mulai menempelkan bibir mereka lalu menggerakkannya pelan
"Jangan bilang Lo, manfaatin gue saat gue mabuk?!" bentak James."James," Malika menangis.James meremas rambutnya frustasi, ia berjalan mondar-mandir mengatur emosinya yang akan meledak. Dirinya sudah berjanji pada diri sendiri untuk menjaga jarak dengan wanita manapun. Termasuk Malika, apalagi menidurinya. Ia ingin menetralkan hubungannya dengan siapa pun itu.James langsung berhenti, segera mengenakan pakaiannya. Menetralkan pikirannya untuk menyelesaikan masalah remit ini."Bangun, pakai pakaian Elo!" James melempar pakaiannya Malika."Ayo cepat, tunggu apalagi?!" bentak James."B-baik," Malika turun dari ranjang lalu memakai pakaiannya. Mata James melirik tajam, melihat banyak tanda merah di tubuh mulusnya Malika. Bahkan bekas bibir itu berada di area-area private tubuh gadis itu. Ia tidak bisa membayangkan, seberapa ganas dirinya saat meniduri Malika.Sekarang bukan saatnya untuk memikirkan peristiwa semalam ataupun mengingat bagaimana prosesnya. Ada yang lebih penting untuk di
"Tidak mungkin, ini…" Nami menutup mukanya dengan kedua belah tangannya. Ia terduduk di lantai setelah membanting ponselnya ke dinding. Baru saja, dengan mata kepalanya sendiri. Ia melihat rekaman video dari tunangannya sedang bercinta bersama seorang wanita cantik dengan panasnya di kamar apartemen yang ia ketahui sebagai apartemen milik James, calon suaminya. Sedangkan mereka akan melangsungkan pernikahan dua hari mendatang."Nami, Nami sayang!" panggilan dari ibunya tidak ia hiraukan. Sakit, pedih, seakan sebuah belati menusuk tepat di jantungnya. Rasanya ingin meninggalkan dunia ini saja.Namida Hamasaki gadis muda ceria itu harus merasakan sakit hati karena pengkhianatan calon suaminya. Pernikahan yang berdasarkan perjodohan dari kedua belah pihak keluarga. Nami jatuh cinta pada pandang pertama, sedangkan James juga setuju dengan rencana perjodohan tersebut."Bodohnya aku, bagaimana mungkin dia juga mencintaiku yang baru dikenalnya beberapa minggu.""Sadarlah Nami, dia tampan, k
James berlari mengejar Nami, tentu saja ia kaget setengah mati. Bagaimana mungkin pernikahan yang sudah terencana matang dan siap sepenuhnya harus gagal karena larinya sang mempelai pengantin perempuan. Yang lebih mengejutkan, Nami menolak menikah dengan James. Tepat di altar di saat James sudah mengucapkan janji suci pernikahan. Padahal sebelumnya, Nami sangat antusias atas pernikahan ini. Tidak terlihat sedikit pun rasa tertekan atau terpaksa. James bisa melihat jika di mata Nami ada binar kebahagiaan dan cinta untuknya. Tapi sekarang apa? James sama sekali tidak mengerti."Feli!" Felicia tidak kalah syok, ia hampir saja terjerembab ke tanah jika Dimas tidak dengan sigap menopang tubuhnya. Wanita itu sangat kaget dengan kejadian yang baru saja terjadi. Calon menantunya melarikan diri. Membatalkan tepat di hari pernikahan. Di depan para tamu dan undangan."Sebaiknya Bunda istirahat dulu, biar Ayah yang urus." Dimas melambaikan tangan. Memanggil asisten rumah tangganya untuk mengurus
Malika terkejut dengan tuduhan James lalu tiba-tiba menangis."James, apa maksudmu? Memang benar aku tidak ingin kau menikahi gadis lain. Tapi dengan cara apa aku menggagalkan pernikahanmu? Aku tidak punya senjata untuk menghentikan pernikahanmu, bahkan aku tidak diperbolehkan hadir di tempat kamu menikah." ucap Malika dengan berlinang air mata. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya, Malika sangat berbahagia karena rencananya menghentikan pernikahannya James telah berhasil."Lalu kenapa Nami bisa kabur dan membatalkan pernikahan kami?!" tanya James curiga."Bagaimana aku tahu?" dusta Malika yang masih pura-pura menangis."Apakah dia sangat berharga bagimu? Sehingga kamu sangat kehilangan?" tanya Malika yang penasaran dengan reaksi James yang sangat berlebihan.James semakin emosi mendengar ucapan Malika, ia mencengkram krah kemeja Malika. "Dengar, nama baik dan reputasiku hancur gara-gara pernikahan yang gagal ini. Bagaimana gue tidak marah dan ingin menemukan gadis itu.""T-tapi sunggu
Taksi yang ditumpangi Nami terbalik dan Nami tidak sadarkan diri. Keadaan jalan macet dan beberapa menit kemudian polisi, petugas pemadam kebakaran dan ambulans datang. Petugas pemadam kebakaran segera membuka paksa pintu mobil untuk mengeluarkan tubuh Nami dan sopir taksi. Tenaga paramedis segera menerima tubuh Nami dan sopir taksi. Petugas segera memasukkan mereka ke dalam mobil ambulans secara terpisah."Lakukan CPR!" seru salah satu tenaga medis yang mengetahui Nami telah berhenti detak jantungnya.Di dalam mobil, paramedis memberikan bantuan oksigen sambil memompa jantung mereka yang berhenti karena benturan keras dari truk."One, two, three…***Sedangkan di dalam hotel, James mempersilakan Dela untuk masuk ke dalam kamar."James," Dela tersenyum saat membuka matanya sedang berada di bawah selimut yang sama dengan James. Ia tidak menyangka jika semalaman bisa bersama dengan James. Bercinta sampai puas dan kini bisa tidur seranjang berdua bagaikan sepasang kekasih yang sedang kas
"Nona, Apa maksud Anda?" "Mm… dari tadi saya berpikir keras, siapa saya yang sebenarnya dan di mana ini?" Kedua polisi itu menatap Nami dalam, keduanya dapat melihat jika Nami berkata jujur. Tapi masalahnya sekarang, gadis yang berada di hadapan mereka ini tanpa identitas apapun. Bagaimana mereka bisa mencari keluarga Nami dan memberitahukan keadaannya sekarang? "Pak, bisa bantu saya?" tanya Nami dengan setengah memohon. "Sebaiknya Anda istirahat dulu, kami akan berkonsultasi dengan dokter tentang masalah Anda sekarang. Dan kami akan berusaha membantu Anda untuk menemukan keluarga Anda." "Terima kasih banyak, Pak." "Itu tugas kami, Nona." Kedua polisi itu lalu berdiri. "Kami pamit dulu untuk bertemu dengan dokter." Nami mengangguk lalu merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar sambil berusaha mengingat jati dirinya. *** Satu jam kemudian setelah polisi memberitahukan keadaan Nami yang hilang ingatan. Dokter datang bersama suster untuk memeriksa keadaan Nami. Dokter memb
"Syukurlah dokter," ucap suster itu. "Ada apa suster?" tanya Takeshi yang keheranan setelah melihat raut wajah suster yang bertugas sebagai asistennya terlihat senang. "Pihak rumah sakit dan polisi sedang kebingungan karena pasien, maksud saya, Nona Namida mengalami kecelakaan satu minggu yang lalu dan sekarang menderita amnesia. Kami bingung untuk menghubungi keluarganya karena kartu identitas Nona Namida tidak ditemukan di lokasi terjadinya kecelakaan." "Oh begitu," gumam Takeshi yang pandangan matanya sekilas merasa senang lalu menutupinya dengan tatapan yang simpati. "Jadi benar, Nona Nami adalah sepupu Anda, Dok?" "Mm, benar." dusta Takeshi. Mungkin ini bisa menjadi salah satu jalan baginya untuk bisa dekat dengan Nami. "Kalau begitu, Anda bisa menghubungi keluarganya untuk memberitahukan keadaan Nona Namida." "Tentu," ucap Takeshi tanpa ragu. "Sus, dia amnesia, bukan?" "Ya benar." "Bisa beri saya waktu untuk berbicara dengannya? Saya takut dia tidak mau menerima saya."