Aku tidak menyangka efek balik dari perkataanku bakal mengundang sang setan secara langsung mengunjungi kamarku dengan mata kejam menyala, berjalan tergesa menghentakkan kaki dan aku bisa melihat tanduk merah menyala di kepalanya "Kau tahu berapa lama aku harus menunggu dan seenak jidatmu kau berkata tidak ingin makan. Dimana sopan santunmu, HAH?" semburnya marah dan tanpa aba-aba langsung menyeretku paksa. Aku bisa melihat saluran darahnya yang menyembul keluar karena marah di lehernya.
Tapi bukan Kaella Kaznov namaku jika aku tidak membangkang. Sifat itu sudah terbawa pada setiap gen yang ada di tubuhku, mengalir di setiap keping darahku--itu sebabnya aku tidak menyumbangkan darah, tidak hanya takut jarum suntik, aku juga takut jika sifat pembangkanganku disedekahkan kepada orang lain dan bakal membuat dunia kejatuhan bom.
Aku berusaha keras mempertahankan pendirianku dan melepaskan cengkraman tangannya yang begitu kuat dipergelangan tanganku yang baru di
Aku tidak tahu lagi mode apa yang ia aktifkan saat memperbaruhi posisi duduknya agar lebih dekat ke arahku, bahkan aku bisa merasakan paha kami yang saling bersinggungan. Ia tersenyum sambil merapikan anak rambutku kebalik telinga dengan tangan kirinya, lalu mengelus pipiku hingga dagu dan menariknya agar aku langsung bertatapan dengannya.Tatapan tanpa kata-kata itu mengunciku dalam pesona mata abu-abunya yang indah, kali ini tidak kejam lagi.Jantungku malah melompat-lompat tak karuan saat wajahnya semakin mendekat dan tatapannya makin dalam padaku bahkan aku bisa merasakan dan mendengar deru nafasnya.Tanpa kusadari kedua tanganku telah mencengkram gaun malam abu-abuku di atas paha sedangkan tumitku terangkat dengan sendirinya.Aku menahan nafas saat bibirnya hampir tanpa jarak dengan bibirku. Kebingungan antara menolak atau menyerah dalam pesona yang bagiku kuat menggoda."Aw" ringisku berpura-pura kesakitan dan la
"Bisakah lain kali kau tidak menyelonong masuk kamarku" kataku dari dalam selimut. Aku takut menampakkan diri karena wajahku mungkin sudah merekah merah karena malu."Aku tidak ingat dalam kitab ketentuan lama ada pasal yang mengatakan seorang suami harus minta izin sebelum masuk kamar istrinya" balas Jay Sykes penuh pembelaan."Itu masih tiga hari lagi" aku memperingatkannya mengingat tenggat waktu pembatalan pernikahan kami masih tinggal tiga hari lagi."Siapa peduli" katanya terdengar acuh tak acuh "Kau tahukan pencuri harus diberi hukuman""Apa?" tanyaku pura-pura tak mengerti dan tak mendengar. Aku menggerjap mencoba mencerna dengan cepat apakah ia barusan mengancamku? Sebab aku merasakan bahwa ia berpindah semakin dekat ke arahku.Tiba-tiba saja selimut yang membungkusku lenyap karena ditarik dengan cepat olehnya. Lalu di lempar ke lantai "Aku baru tahu kalau istri tiga hari lagiku adalah maling kaos" katanya dengan ke
Perasaan aneh yang sekarang bersarang dalam diriku tak kunjung lenyap, meski telah kucoba bercakap-cakap setenang mungkin dengan Yui Kito. Karena sesaat aku merasa dia bukan Yui Kito yang kukenal, seolah-olah kelembutan dan ketenangannya yang biasa hanya ilusi."Mommy" teriak seorang anak laki-laki dan berlari kearah kami, di tanggannya terdapat sebuah es krim yang kutakutkan bakal jatuh kelantai dan membuatnya menangis, tapi tidak terjadi apa-apa saat anak laki-laki itu berakhir dipangkuan Yui."Astaga Steve, Kau kabur lagi dari Letta. Kalau ada yang menculikmu bagaimana? Kalau kau tidak bisa bertemu lagi dengan Mommy bagaimana? Jangan lakukan lagi atau Daddy akan memarahimu" Omel Yui persis seperti ibu-ibu "Mana Abiel?" tanya Yui lalu mencuri es krim milik bocah bernama Steve yang mau tak mau membuatku tersenyum.Yui memang suka mengomeli siapa saja seperti ibu-ibu dan aku ataupun Camilla tidak luput dari omelannya pada suatu waktu."D
Meski jauh di lubuk hatiku, aku tahu diriku sudah memahami apa yang dilakukan ibuku dan berusaha memaafkannya, mencari alasan bagiku agar bisa menenangkan hatiku, mungkin ibuku bakalan melakukan sesuatu yang baik untukku. Tapi aku masih belum bisa menerimanya, bagian diriku memberontak disaat mencoba berdamai dengan sejumlah hal picik yang telah ia rencanakan dan lakukan di belakangku demi kepentingannya sendiri, demi mencapai hal-hal yang ia inginkan. Ketika Jay datang ke kamarku untuk menjemput, entah mengapa ia malah menjadi sasaran amukan amarah yang telah lama kutahan dalam benak diri ini, entah mengapa aku menjadi bersikap dingin dan ketus terhadapnya. Aku sungguh tidak cemburu!!! Meski ia tetap bungkam dan tidak melakukan apa-apa dengan sikapku yang tiba-tiba mendinginkannya, aku tahu tanda tanya besar tersurat di wajahnya dan bagaimana ia terus curi pandang meminta penjelasan selama perjalanan menuju pesta. Kekesalanku mening
"Apa maksudmu?" tanya Asley panik.Aku berpaling dari Riley, sedikit mundur agar bisa memandang mereka bersamaan "Kau juga begitu kan, Asley. Apakah kalian saling kenal karena satu agensi atau... Sudah saling berbagi cerita""Cih, dasar gadis kampung. Kau ngingau atau mabuk, atau otakmu mulai gila menyamai kehidupan Jay?" elak Riley yang jelas-jelas tahu apa yang sedang kubicaran. Ia terang-terangan berusaha keras menyembunyikan dosa dan ketakutan terbesarnya "Ayo Asley, kita bakal buang-buang waktu saja mendengar gadis gila ini terus berceloteh" dengan tergesa-gesa ia memasukkan kembali alat-alat make-upnya ke tas dan langsung menarik lengan Asley seperti bakal tertangkap basah barang seditikpun, kejelasan ia menjauh dariku, ketakutan rahasia besarnya bakal terbongkar makin membuatku bergairah untuk menyerangnya. Tapi Asley yang memiliki keingintahuan sangat besar malah tidak beranjak sama sekali, malah memandangku meminta penjelasan lebih."Asley"
"Kristopher hentikan" pekikku ketakutan.Tapi yang terjadi selanjutnya benar-benar diluar akal sehatku. Ia memang berhenti, sesaat, hanya untuk mengambil rokok di mulutnya dan dengan cepat disulutkan di punggungku yang terbuka.Mau tak mau mulutku mengeluarkan teriakan kesakitan dan rintihan pilu sambil menggeleng lemah, yang ternyata membuat ia tertawa begitu senang.Dasar psikopat.Punggungku rasanya begitu perih sedang laki-laki gila itu terus melanjutkan aksi bejatnya."Kristopher, hentikan sialan!" umpatku seraya mencoba membebaskan diri, menendang, mendorong, mencakar atau apapun yang bisa kulakukan agar ia menjauh dariku. Nafasnya yang bau alkohol bercampur rokok, tangannya yang terus berkelana, serta punggungku nyeri tak tertahankan lagi, semuanya bersatu menyiksaku.Kristopher menjambak dan menarik rambutku kencang dan kuat sehingga kepalaku ikut tertarik kebelakang. Kulit kepalaku sakit tak terta
"Kaella Kaznov" ulangnya, kali ini tanpa menyentuhku.Ibuku berjalan menjauh dan aku bisa mendengar bunyi yang dihasilkan hak sepatu merahnya yang bertubrukan dengan lantai. Bunyi yang begitu menganggu pendengaranku.Ia lalu menarik kursi kecil, menarik lebih dekat ke arahku, lalu duduk di sana sehingga ia tampak lebih rendah dariku. Kedua tangannya terlipat didepan dada, sedang kakinya terlipat angkuh, dengan sangat jelas, aku bisa melihat sepatu merah yang digunakan ibuku lebih mahal dari rumah yang kami sewa beberapa tahun terakhir."Tubuhmu, selalu saja tubuhmu" desah ibuku masih dengan suara amat rendah "Biang dari semua masalah yang datang dan yang selalu membuatku susah membereskannya. Tidak bisakah kau menjadikannya sekedar anugrah, tanpa ada embel-embel kutukan yang terus mengikutinya. Tapi untuk kali ini saja aku mungkin bisa memaafkan. Karena ulahmu, maksudku ada untungnya juga kau menggoda Kris, salah satu pesaing terkuat kita sudah
Seharusnya itu berita bahagia, tapi entah mengapa jiwaku makin merana dan tersiksa, sedang fisikku serasa mati rasa. Aku kehilangan seluruh nyawa dan sebongkah harapan yang masih ada.Benar-benar tak ada lagi harapan yang tersisa.Satu-satunya jiwa yang bakal berada di dekatku telah diambil jiwa suci bertubuh mungil yang baru muncul ke dunia. Dia telah mencuri satu bagian dari jiwaku yang tersisa.Aku hanya menunduk merana, tidak mampu lagi berkata-kata, lidahku sudah kehilangan fungsi, otakku serasa tak ada guna.Jay berjalan mendekat lalu memegang bahuku yang sudah runtuh dan mengangkatnya sehingga aku berdiri dihadapannya masih menundukkan kepala, merasa sakit di dada "Harusnya kau mencemaskan dirimu sendiri, bukan mencemaskan orang lain" Katanya.Kyoji, dia pemicu penganiayaan batinku makin merana.Ketika aku diselamatkan Kyoji aku merasa menyerah pada perasaanku terhadap Jay. Aku merasa dilema yang belum pe