Ratih Indira dan Abimanyu Permana adalah sepasang suami istri yang saling mencintai, wajah goodlooking, pekerjaan bagus dan sukses , kehidupan glamour dan sempurna menjadi bentuk wajah pernikahan mereka. Namun pernikahan sempurna yang sudah menginjak usia 15 tahun itu tak kunjung juga menghadirkan buah hati di kehidupan mereka. Konflik internal dalam rumah tangga seperti dengan mertua, ipar dan kolega menjadi duri dalam kehidupan pernikahan sempurna Ratih dan Abi. Segala upaya sudah di lakukan oleh Abi dan Ratih agar bisa mempunyai anak kandung, bahkan bayi tabung juga sudah dilakukan namun sayang harus berkali-kali gagal, kenyataan selalu tidak sesuai dengan keinginan Ratih dan Abi. Kenyataan pahitnya, ternyata Ratih terkena pcos yang parah jadi harus di angkat rahimnya hingga harapan mereka untuk memiliki seorang anakpun pupus. Tidak ada cara lain melainkan Abi harus menikah lagi agar impian mereka menjadi orangtua terwujud. Abi yang begitu mencintai Ratih tidak serta Merta mau untuk menikah lagi. Dia Arin, wanita pilihan dari Ratih yang akan menjadi istri kedua untuk Abi. Apakah Abi akan mau untuk menikah lagi? Sedangkan cintanya hanya untuk Ratih seorang. Namun masalalu kelam dari Ratih juga selalu terbayang-bayang menghantui dirinya. Mohon dukungannya untuk novel terbaruku. Terimakasih ^^
Voir plusAbimanyu Permana yang terbiasa di panggil Abi adalah pria berusia 40 tahun, Dia sedang menunggu di meja restoran yang sudah di booking olehnya untuk satu malam penuh. Hari ini adalah Anniversary pernikahannya dengan Ratih Indira yang ke 15 Tahun, Abimanyu ingin merayakan hari jadi mereka dengan makan malam romantis dan berdansa sepuasnya.
Sebagai tanda cintanya kepada sang istri, Abimanyu selalu memberi kejutan spesial di hari jadi pernikahan mereka, Abimanyu pria yang sangat bertanggung jawab dan setia. Walau dirinya menjadi CEO di perusahaannya sendiri yang di bangun dari nol hingga tumbuh pesat karena keuletannya dan dukungan dari Ratih. Pria yang menjadi idaman para wanita tentunya, namun hanya ada Ratih di hati Abi.
Namun kali ini Abimanyu seolah kehilangan kata-kata kepada istrinya yang selalu mendesaknya untuk menikah lagi. Pernikahan kami yang sudah cukup lama, 15 tahun sudah kami mengarungi biduk rumah tangga ini tetapi Tuhan belum mempercayai kami untuk memiliki seorang anak.
"Dek cukup! Kita jangan membahas ini lagi, Mas sudah bilang kalau Mas tidak ingin menikah lagi."
"Jika mengikuti keinginanku, Aku juga tidak mau berbagi suami, wanita mana yang ingin berbagi cinta suaminya. Namun kita terjebak oleh takdir yang tidak bisa kita merubahnya kecuali kamu menikah lagi, Mas." Ucap Ratih dengan nada pasrah.
"Kita coba lagi untuk bayi tabung, sayang."
Ratih terkekeh karena mereka sudah mencoba bayi tabung sampai 4 kali tetapi selalu gagal dan gugur di usia kandungan 4 Minggu. Semua karena kanker rahim yang Ratih derita.
"Sudahlah Mas, proses bayi tabung yang gagal sebanyak 4 kali sudah cukup membuktikan bahwa Aku tidak bisa mengandung, Mas."
"Mas mohon jangan kecewa, pasti ada jalan lain agar kita bisa memiliki anak selain Mas menikah lagi!" Pinta Abi dengan memelas.
"Jika Mas tidak ingin menikah lagi, baiknya kita cerai saja!"
Abimanyu begitu terkejut mendengar ucapan istri yang begitu dia cintai. Selama ini Ratih selalu lembut ucapannya dan tidak pernah mengatakan hal buruk sekalipun, tapi kali ini ucapan Ratih di luar dugaannya.
"Apa kamu tahu yang kamu ucapkan, Dek?"
"Sangat tahu, Mas. Jika kamu kali ini menolak untuk menikah lagi, lebih baik kita pisah."
Kedua netra Abi membasah, istrinya yang begitu lugu dan baik seolah begitu putus asa, Abi teringat bagaimana perlakuan ibu dan adiknya kepada istrinya itu. Ibu dan adiknya begitu mencemooh Ratih karena belum memiliki anak, terlebih ibunya yang selalu menuntut Abimanyu dan Ratih agar segera memiliki anak.
"Dek, Mas tahu kamu begitu putus asa karena mendapatkan tekanan dari Ibu, tapi percayalah Mas tidak akan menyakitimu hanya karena tuntutan dari ibu!"
"Keputusanku sudah bulat, Mas! Jika kamu tetap tidak mau menikah lagi, lebih baik kita berpisah!" Ratih sama sekali tidak memperdulikan ucapan suaminya dan kekeh dengan keputusannya.
"Baik! Jika itu keinginanmu, Mas akan menikah lagi. Siapa wanita itu yang sudah kamu pilihkan untuk Mas?" Abi menantang istrinya kali ini.
Ratih menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Dia adalah Arin, dia dulu mantan muridku. Usia Arin masih sangat muda sekitar 21 tahun. Aku yakin Arin bisa memberikanmu seorang anak bahkan bisa lebih dari satu anak."
"Oke. Mas akan menuruti keinginanmu, tapi Kamu juga harus memenuhi syarat dari Mas!"
"Apa itu?"
"Mas akan menikahinya, tapi hanya sebuah pernikahan kontrak!"
"Apa? Kawin kontrak Mas?"
"Iya, jika kamu tidak setuju Mas tidak akan pernah menikah lagi!" Ancam Abimanyu.
"Kenapa harus kawin kontrak Mas? Aku sebagai istri pertama sudah setuju untuk Mas menikah lagi, Mas bisa menikahinya secara sah."
"Tapi Mas tidak mau! Pernikahan ini hanya karena anak kan? Jika kita sudah mendapatkan anak maka Mas tidak perlu untuk tetap bersamanya."
"Bagaimana dengan reputasi keluarga kita Mas? Jika mereka tahu kamu kawin kontrak hanya karena mengharapkan seorang anak?"
"Maka dari itu, kita sembunyikan pernikahan ini dari semua orang termasuk ibu dan Adikku."
"Tapi..."
"Dek, kamu adalah belahan jiwaku. Hanya kamu seorang. Kita hanya membutuhkan tambahan seorang anak di dalam hubungan kita bukan menambah ratu di hubungan kita. Mas sudah menyetujui permintaanmu. Kamu juga harus setuju untuk memenuhi persyaratan dari Mas."
Ratih berpikir keras, di satu sisi juga dia tidak ingin berbagi suaminya, membayangkannya saja hatinya begitu pilu. Tapi kawin kontrak juga tidak diperbolehkan oleh Agama, karena itu seperti mempermainkan sebuah janji pernikahan yang sakral.
"Mas tahu apa yang kamu pikirkan ,Dek. Kita tidak akan berbuat jahat kepada wanita itu, kita akan memberikan hak yang sepantasnya untuk dia di dalam perjanjian pernikahan itu."
"Baiklah, Mas. Aku setuju."
Ponsel Ratih berdering, sebuah panggilan dari Arin masuk. Segera Ratih menggeser tombol hijau untuk menerimanya.
"Halo, Arin."
Ratih terdiam mendengarkan lawan bicaranya yang sedang telpon.
"Baiklah, segera masuk."
Ratih memutuskan telepon setelah selesei memberikan perintah untuk Arin segera masuk.
"Dia sudah datang Mas. Bersikaplah hangat kepadanya, dia calon ibu dari anak kita."
Ratih mengatakan itu dengan dengan senyum miris mengembang di bibirnya yang ranum. Bagaimana bisa nasibnya begitu miris seperti ini, suaminya akan memiliki anak dari wanita lain.
Seorang wanita dengan gaun selutut berwarna pink muda dengan rambut bergelombang berwarna merah yang di ikat kebelakang, berjalan mendekati mereka, Ratih tersenyum hangat kepada Arin.
"Ini Arin Mas, Arin ini Mas Abimanyu, suamiku, dan sebentar lagi dia juga akan menjadi suamimu."
Sekilas Abi dan Arin saling pandang, Arin tersenyum hangat kepada Abimanyu, namun Abi malah mengabaikannya dan memandang kepada Ratih.
"Duduklah, Rin."
Arin segera duduk di sebelah Ratih dan Abi. Sejujurnya hati Arin begitu berdegup kencang karena ini adalah keputusan terbesar dalam hidupnya yang akan dia ambil. Sebagai istri kedua.
"Sudah makan Rin? Saya pesankan ya."
"Tidak perlu Bu, saya sudah makan tadi." Tolak Arin halus.
"Kalau begitu kita bahas saja pernikahannya." Celetuk Abi tanpa basa-basi.
Arin menganggukkan kepala, gadis belia dengan kulit putih bersih itu hanya mampu pasrah tidak bisa menolak lagi.
"Aku akan menikahimu secara siri dan pernikahan kita hanya pernikahan kontrak. Jadi kamu tidak akan terikat selamanya denganku!"
"A..apa? Kawin kontrak, Pak?" Pekik Arin lirin seolah tidak percaya.
"Iya, jangan harap aku akan menikahimu secara sah. Kita hanya saling membutuhkan dan melengkapi. Kamu membutuhkan bantuan untuk hidupmu, saya dan istriku membutuhkan anak." Abi sudah tahu semua dari Ratih tentang Arin.
"Tapi bagaimana dengan Aku, Pak? Jika kita berpisah hanya dalam kurun waktu tertentu, pasti saya akan mendapatkan gunjingan dari orang di lingkungan saya."
"Rin, saya tahu apa yang kamu pikirkan, tapi kita akan merahasiakan pernikahan ini. Jadi orang lain tidak akan tahu sama sekali." Jelas Ratih memenangkan pikirkan Arin.
"Lalu orangtuaku bagaimana?" Tanya Arin lagi.
"Kita juga akan sembunyikan ini dari orangtuamu, Rin." Ujar Ratih lagi.
Tentu saja Arin kepikiran tentang hal itu, dia akan menikah tapi setelah memiliki anak Arin akan ditinggalkan. Namun, Arin tidak bisa memutuskan apapun lagi, karena dia juga sudah berjanji akan menuruti semua permintaan Ratih yang sudah menolongnya memberikan biaya perawatan kepada Ayahnya.
Abimanyu lalu meminta kepada pelayan selembar kertas dan bolpoin untuk menulis isi perjanjian itu.
Setelah menulis semua isi perjanjian itu lalu menyerahkan kepada Arin. Arin lalu membacanya dengan seksama. Ada tiga poin di dalam perjanjian itu.
Pertama, Abimanyu dan Arin hanya akan menikah di bawah tangan dan pernikahan mereka hanya sebatas waktu 2 tahun.
Kedua, selama dua tahun itu jika Arin sudah melahirkan sebelum batas waktu 2 tahun, Arin bisa terbebas dari ikatan pernikahan itu.
Ketiga, Abimanyu dan Ratih akan membelikan imbalan kepada Arin sebesar 1 milyar dan memenuhi semua kebutuhan keluar Arin selama Arin menjalani pernikahan kontrak.
Arin berpikir sejenak, semua isi perjanjian itu sebenernya tidak ada yang merugikan dirinya justru menguntungkan, Arin bisa terbebas dari perjanjian itu jika secepatnya memberikan anak kepada Abimanyu dan Ratih.
Jadi Arin tidak akan terjebak dalam pernikahan tanpa cinta itu, dan melanjutkan hidupnya untuk meraih cita-citanya sebagai wanita karir dan membawa kehidupan keluarganya agar lebih baik
"Bukankah semua sudah jelas di surat perjanjian itu? Segeralah tanda tangani itu!" Ujar Abi ketus.
"Mas jangan bersikap seperti itu kepada Arin." Ratih memperingati suaminya lagi.
"Oya, untuk kehamilan nanti, kita akan melakukan bayi tabung! Jadi kita tidak perlu melakukan hubungan suami istri pada umumnya."
"Mas?" Pekik Ratih lagi mendengar semua putusan suaminya.
"Mas sudah bilang, kamu harus setuju semua syarat yang mas berikan jika ingin pernikahan ini terjadi, Dek."
"Tapi.." ucapan Ratih segera di sela oleh Arin.
"Saya setuju untuk semua perjanjian dan persyaratan yang diberikan." Cicit Arin seraya menandatangani surat perjanjian yang Abi tulis itu.
Dimas dengan rasa khawatir menaiki tangga tempat kamar itu berada, dalam hati Dimas berharap supaya tidak ada hal buruk menimpa Arin. Saat Dimas hendak membuka pintu kamar, pintu kamar itu terkunci. "Dobrak pintunya!" titah Dimas, polisi pun langsung mendobraknya. "Arin!" pekik Dimas Saat melihat Arin tidak sadarkan diri di atas ranjang. Dimas segera menghampiri Arin dan memeluk Arin. "Bangunlah Arin, Aku sudah berada disisimu." Dimas sangat ketakutan, Arin sama sekali tidak merespon panggilannya. >> Keesokan harinya, Dimas mendatangi kantor polisi bersama Arin, di dalam kebingungan Arin bertanya kenapa Dimas membawanya ke kantor polisi. "Kenapa kakak bawa Aku ke kantor polisi?" Arin sama sekali tidak ingat akan kejadian semalam. semalam Begitu Arin di temukan, Dimas langsung membawanya ke rumah sakit. "Kamu akan lihat siapa orang yang menculikmu dan berusaha berbuat jahat kepadamu tadi malam." Arin masih kebingungan, tak berapa lama, Abi masuk ke dalam rua
1 Bulan berlalu, Abi mencari keberadaan Ratih dan Elois, tapi tidak mendapatkan apapun. Ratih dan Elois bagai di telan bumi, tidak di ketahui keberadaannya. Abimanyu juga semakin geram, saat melihat Dimas semakin gencar mendekati Arin. Sedangkan kini, Arin semakin jauh dari jangkauannya, Arin sama sekali menjauhi Abi. Di tengah kemelut pikirannya itu, Abi semakin frustasi saat melihat Arin yang mulai memandang Dimas dengan tatapan penuh arti. Sebulan lalu saat dia menyaksikan Dimas ditolak oleh Arin, sepertinya mereka kini banyak Perubahan. Brak... Abimanyu memukul mejanya untuk melampiaskan cemburunya. "Arin, kamu hanya milikku, tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!" Abimanyu lantas tersenyum, dia memiliki sebuah rencana jahat di pikirannya agar membuat Arin kembali kepadanya. Setidaknya, dia sudah kehilangan Ratih, tapi dia masih memiliki peluang untuk memiliki Arin. Gadis muda yang cantik, yang selalu bisa memuaskan dahaga lelakinya yang selalu meronta
Pagi itu Ratih membereskan baju dan barang lainnya ke dalam koper termasuk milik Elois juga. Ratih begitu marah setelah kejadian semalam, hatinya bulan hanya hancur melainkan di penuhi api amarah dan cemburu. Harga dirinya seolah terendahkan karena suaminya melakukan hubungan dengan menganggap dirinya adalah orang lain. "Dek, Apa yang kamu lakukan?" lirih Abimayu dengan segenap rasa bersalahnya. Kejadian semalam diluar kendalinya, Abi terus merindukan bercinta dengan Arin, sampai-sampai melihat Ratih sebagai Arin. "Tolong jawab Mas, Dek. Kamu akan pergi membawa Elois kemana?" Abimanyu berusaha bertanya lagi karena Ratih hanya terdiam seolah tidak mendengar ucapan Abimanyu. "Aku akan pergi , kembali ke rumah orangtuaku bersama Elois." Ratih menjawab dengan nada ketus lalu tanpa melihat ke arah Abimanyu. "Apa? Kamu ingin pergi ke Bandung dengan membawa Elois juga?" "Ya." Ratih menjawab masih tidak menatap Abi dan dengan nada yang ketus. Mendengar itu Abimanyu m
"Maukah kamu menjadi kekasihku, Rin?" Dimas bersimpuh tepat di hadapan Arin. Setelah mengantar Arin sampai rumah, Dimas meminta waktu untuk berbicara empat mata. Dimas mengungkapkan isi hatinya selama ini. Arin adalah cintanya sedari kecil hingga sekarang. Bukannya menjawab Arin malah membantu Dimas untuk bangun. "Jangan lakukan ini, Kak." Kini Arin memanggil Dimas dengan sebutan Kakak Setelah Dimas protes tidak ingin di panggil Mas. Arin menggenggam tangan Dimas lembut, kedua matanya berusaha menahan tangisan. Arin sangat menyadari jika Dimas menyukainya. Tapi Arin selalu menyangkalnya sendiri dan menganggap Dimas sebagai saudaranya. Dimas pria baik dan bermartabat. Dimas begitu tampan, dengan tingginya yang melebihi pria lain. Sikap lembutnya, pasti wanita manapun akan jatuh hati padanya. "Kamu menolakku, Rin? Tapi apa alasannya?" "Kak, Aku tidak layak untukmu. Kamu Pria yang baik dan tampan. Kamu pasti akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dariku." D
"Kenapa dia ingin memindahkan aku?" Dimas mengeryitkan jidatnya. Abimanyu, direktur perusahaan yang sudah berusaha memindahkannya ke divisi lain. "Dari laporan bagian humas, katanya anda hanya bermain-main saja ketika bekerja, jadi Pak Abimanyu tidak menyukai hal itu." Jelas pak Herlambang lagi. Dimas termenung sejenak, Abimanyu hanya menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dimas juga sadar, saat bekerja dirinya hanya fokus memandangi Arin saja. "Baiklah pak Herlambang. Terima kasih atas infonya. Anda boleh kembali ke tempat Anda." Herlambang memberi hormat kepada Dimas lalu menuruti perintah sang pemilik perusahaan. "Jadi aku harus bersikap layaknya karyawan biasa seperti pada umumnya, tidak boleh terlalu frontal menunjukkan ketertarikanku pada Arin." Gumam Dimas lirih. Kini Dimas berperilaku seperti karyawan pada umumnya. Tiba di kantor sebelum jam 7 pagi dan melakukan pekerjaan dengan baik. "Rin, ayo kita makan siang." ajak Dimas pada Arin yang masih saja sibuk
CEO perusahaan PT Huwain, Pak Herlambang tengah bersiap untuk menemui pemilik perusahaan. Tidak seperti biasanya pemilik perusahaan ingin menemuinya. Khawatir jika dia melakukan kesalahan yang tidak di sengaja."Masuklah pak Herlambang," titah pemilik ruangan dari dalam ruangan setelah pak Herlambang mengetuk pintu."Saya menghadap Tuan, apakah ada yang perlu saya bantu?"Pemilik kursi mewah segera memutar kursi menghadap pak Herlambang. Dimas, pria muda yang selalu mendekati Arin adalah pemilik PT Huwain. Menatap Pak Herlambang dengan tajam."Tadi siang ada yang meminta saya untuk pindah dari bagian pemasaran. Apakah kamu yang memintanya?"Pak Herlambang sedikit gugup, tetap menundukkan kepalanya, "Bu..bukan saya yang meminta hal itu, Taun. Saya merekomendasikan anda sesuai permintaan Anda." "Lalu siapa yang begitu berani ingin memindahkan saya ke bagian lain?""Saya akan cari tahu, Tuan."Dimas bangkit dari duduknya lalu mendekati Pak Herlambang, "Cari tahu saja.. tapi ingat, janga
Arin sedang sibuk membuat laporan di komputernya. Segelas kopi hangat di berikan di hadapannya. Terkejut dengan itu, Arin segera melihat siapa yang memberinya segelas kopi. "Dimas?" Arin terkejut, tenyata orang yang memberinya kopi adalah Dimas, "sedang apa kamu disini?" Dimas merenggangkan kedua tangannya, Dimas sudah berpakaian dengan rapih, setelan kemeja berwarna biru langit dan celana kain berwarna hitam tidak lupa nametag bertuliskan karyawan PT Huwain tergantung di lehernya. "Aku bekerja disini, Rin. Masa mau bermain?" "Benarkah? Wow.. kebetulan sekali, senang bekerja denganmu," Arin menyodorkan tangannya, "sepertinya kita satu tim disini." Arin bekerja di bagian pemasaran, begitu pula Dimas, dia juga berada di bagian pemasaran juga. Sebuah kebetulan yang tidak di sangka-sangka. Keduanya lalu terlibat obrolan yang seru hingga tertawa bersama, Abimanyu yang berada di dalam ruangan melihat keakraban Dimas dan Arin sangat tidak menyukainya. Sampai-sampai Abimanyu memat
"Cukup Mas, hentikan!" Arin mendorong tubuh Abi menjauh, "Kita tidak bisa melakukan ini lagi, Mas." "Kenapa? Bukankah kita saling menginginkan hal yang sama?" "Mas, sadarlah. Kita bukan suami istri lagi!" Abimanyu mengacak rambutnya dengan putus asa. Hasratnya pada Arin sungguh tidak terbendung lagi. Ingin segera di lampiaskan, tapi dirinya sadar, sudah tidak memiliki hak untuk meminta jatah pada Arin.Abi lantas menatap tajam kepada Arin yang tengah memberikan kancing kemejanya, "Menikahlah denganku lagi." Sontak Arin menatap Abi, "Apa? Menikah lagi?" "Iya, kita menikah lagi dan mas tidak akan melepaskanmu lagi.""Kamu sudah gila, Mas? Bagaimana dengan istrimu itu, hah?" Oo"Kita bisa diam-diam agar tidak ketahuan oleh Ratih." Arim kembali merasakan kekecewaan yang sama, Abi hanya bernafsu kepadanya, tidak sepenuhnya mencintai Arin, "Kamu masih sama saja seperti dulu, mas."Merasa begitu muak dengan sikap Abi yang pecundang, Arin lebih memilih untuk pergi. Tapi Abimanyu kembal
Setelah bertemu dengan Direktur perusahaan tempat Arin bekerja, Arin sama sekali tidak bisa fokus. Bagaimana tidak? Direktur itu adalah mantan suaminya. Sudah 2 tahun tidak ada kabarnya kini tiba-tiba menjadi begitu dekat. Pikiran Arin menjadi begitu kacau. Ini adalah pekerjaan yang sulit dia dapat. Tidak mungkin dia harus mengundurkan diri hanya karena seorang Abimanyu. Arin membutuhkan biaya untuk hidupnya bersama ayah dan adiknya. Uang pemberian Abimanyu walau banyak tapi jika selalu di gunakan pasti akan habis juga. Harus ada pemasukan untuk menutupi kekurangan itu. Ketika Arin di kantor Abimanyu.... Arin begitu terkejut mendapati Direktur perusahaan itu adalah Abimanyu, "Mas Abi?" Sebaliknya dari Arin, Abimanyu justru merasa senang melihat mantan istri mudanya itu, "Apa kabar Arin, senang bertemu denganmu lagi." "Apa kamu sengaja, Mas? Mempekerjakan aku disini?" Arin menengok kanan kiri takut ada yang mendengar percakapan mereka berdua, "apakah kamu sengaja ingin men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires