Share

DI AJAK NIKAH

Author: Imnadha09
last update Last Updated: 2025-08-20 12:23:39

Pagi itu, Nadha tersentak bangun. Tubuhnya kaku, napasnya tersengal. Ada sesuatu yang janggal.tangan mungilnya menyentuh dada bidang Frans. Jantungnya serasa melompat keluar. Ia buru-buru menarik diri, namun sebelum sempat berdiri, Frans meraih pergelangan tangannya dan memeluknya erat.

“Aaaa…!” jerit Nadha panik.

“Husstt…” Frans menempelkan jarinya ke bibir Nadha, tatapannya tajam. “Jangan berisik.”

“Om! Lepasin aku! Aku gak mau!” Nadha meronta dengan mata berkaca-kaca.

Frans mendekat, senyumnya tipis tapi menusuk. “Kamu lupa, hmm? Semalam apa yang kamu lakukan denganku?”

Nadha membeku. Kata-kata itu menghujam kepalanya. Ia menggeleng kuat-kuat.

“Om jangan fitnah! Aku gak ngapa-ngapain semalam!” suaranya bergetar.

Frans mencondongkan tubuhnya, suaranya berat. “Di kamar ini ada CCTV. Apa perlu aku tunjukkan rekamannya?”

“Bohong!” teriak Nadha, suaranya melengking penuh ketakutan.

Frans membuka kancing bajunya satu per satu, memperlihatkan bekas cakaran memanjang di dadanya.

“Kalau begitu… siapa yang melakukan ini?”

Wajah Nadha pucat pasi. Tangannya refleks menutupi mata, tubuhnya gemetar.

“Jangan berpura-pura. Semalam kamu sendiri yang mendekatiku. Bahkan saat bangun pun tanganmu masih menempel di sini,” suara Frans pelan, tapi dingin menusuk.

Air mata jatuh membasahi pipi Nadha. Ia menatap Frans dengan tatapan ketakutan sekaligus putus asa.

“Aku minta maaf, Om… aku gak sadar. Aku gak sengaja melukai Om…” suaranya lirih nyaris terputus.

Frans menatapnya dalam, lalu tersenyum samar. “Kalau begitu… kamu siap tanggung jawab?”

Tubuh Nadha membeku. Hening menelan ruangan. Dengan suara lirih, ia akhirnya menjawab,

“Baik, Om… tapi jangan kasih aku hal yang terlalu berat. Aku gak sanggup…”

Sejenak, Frans hanya menatap wajah polos itu. Ada sesuatu yang bergetar di dadanya,antara rasa gemas, marah, dan sesuatu yang tak bisa ia jelaskan.

“Aku cuma bercanda,” akhirnya Frans berkata, suaranya lebih ringan. “Kamu gak perlu tanggung jawab apa pun. Pergi mandi. Setelah itu, aku akan ajak kamu ke suatu tempat.”

“Baik, Om,” jawab Nadha pelan. Ia segera masuk ke kamar mandi, masih dengan tubuh gemetar.

Begitu pintu menutup, suasana berubah drastis. Rendi masuk membawa map tebal, wajahnya serius.

“Ini semua data tentang Nona Nadha yang Tuan minta,” katanya sambil meletakkan berkas di meja.

Frans membuka lembar demi lembar, matanya semakin tajam.

“Nadha… keluarga Gunawan?” gumamnya tak percaya.

“Betul, Tuan,” jawab Rendi. “Sejak ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi. Hidup Nona Nadha berubah menjadi neraka. Ia disiksa ibu tirinya, warisannya dirampas, bahkan haknya sebagai anak kandung dihapus.”

Frans mengepalkan tangan, matanya berkilat penuh amarah.

“Seorang ayah… tega melakukan itu pada darah dagingnya sendiri?” suaranya bergetar menahan emosi.

“Itu belum seberapa, Tuan,” lanjut Rendi pelan. “Saudara tirinya sering membully. Dan yang paling menyakitkan, guru-guru di sekolah pun ikut menyiksanya. Seolah seluruh dunia menutup mata atas penderitaannya.”

Frans menutup map itu dengan keras, wajahnya kelam.

“Simpan dokumen ini baik-baik. Dari sini… kita akan tahu siapa sebenarnya Nadha.”

“Siap, Tuan,” jawab Rendi.

Hening sejenak. Lalu Frans berdiri, pandangannya mantap menembus bayangan pintu kamar mandi.

“Hari ini… aku akan ajak Nadha menikah.”

Rendi terperanjat. “Tuan… Nona Nadha masih duduk di kelas dua SMA. Apakah ini tidak akan menghancurkan masa depannya?”

Tatapan Frans menajam, seperti pedang. “Jangan ajari aku. Aku tahu mana yang benar, mana yang salah. Ini bukan sekadar pernikahan. Ini… demi menyelamatkan masa depannya.”

Rendi hanya bisa menunduk, memberi hormat. “Baik, Tuan.” Ia lalu melangkah keluar, meninggalkan Frans sendiri.

Frans mengepalkan tangannya, namun kali ini bukan karena marah. Ada api tekad di dalam matanya. Api yang tak akan padam untuk melindungi Nadha, meski dengan caranya sendiri.

Frans menoleh ketika mendengar suara langkah pelan. Nadha baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah menetes di bahunya.

“Kamu sudah mandi?” tanya Frans lembut.

“Iya, Om,” jawab Nadha sambil mengangguk kecil. Ia berjalan mendekat lalu duduk di tepi ranjang, menundukkan wajah.

“Om… terima kasih ya. Karena Om, sekarang Nadha punya tempat tinggal yang nyaman. Nadha sudah tidak merasakan siksaan lagi,” ucapnya lirih, matanya berkaca-kaca.

Perkataan itu menohok hati Frans. Ia menghela napas, lalu mengusap lembut kepala gadis itu.

“Selama kamu di sini, tidak ada seorang pun yang berani menyakitimu. Aku janji… aku akan selalu menjagamu.”

Nadha hanya terdiam, merasakan hangatnya kasih sayang yang lama hilang dari hidupnya.

“Sekarang kamu tunggu di sini. Setelah aku mandi, kita keluar jalan-jalan,” ujar Frans. Nadha mengangguk pelan.

Rasa haus membuat Nadha turun ke lantai bawah. Kakinya melangkah hati-hati, menuruni tangga satu demi satu. Saat hampir mencapai anak tangga terakhir, langkahnya terhenti. Suara Bi Ina terdengar jelas dari ruang tengah.

“Nyonya… sekarang Tuan sudah dewasa. Ia bisa hidup mandiri tanpa siapa pun. Andaikan Nyonya masih hidup, pasti akan terharu melihat kesuksesan Tuan Frans,” ucap Bi Ina sambil membersihkan bingkai foto almarhum ibunda Frans.

Nadha menahan napas, diam di balik pilar.

“Dan yang menyedihkan,” lanjut Bi Ina, “Tuan Besar tak pernah datang menjenguk Tuan Frans. Ia lebih memilih hidup bahagia dengan keluarga barunya. Untung saja perusahaan yang Nyonya dirikan dulu bisa berkembang dan menjadi yang terkaya. Sampai sekarang keluarga Abimanyu belum tahu kalau Tuan Frans-lah yang berhasil mengembangkan perusahaan Prasetyo.”

Suara itu sempat terhenti, lalu kembali terdengar lirih, “Kini, Tuan Frans membawa seorang wanita cantik pulang. Kehadirannya mengubah Tuan Frans… dari seorang pria dingin dan tertutup menjadi seseorang yang kembali tersenyum.”

Jantung Nadha berdegup kencang. Ia buru-buru berbalik dan berlari naik ke kamar. Begitu tiba di depan Frans yang baru keluar dari kamar mandi, ia langsung memeluknya erat.

“Loh, Nadha kenapa?” Frans kaget.

“Enggak, Om… Nadha cuma pengen meluk Om,” jawabnya cepat.

Frans tersenyum tipis, membalas pelukan itu. “Ya sudah… sini.”

Beberapa saat kemudian, Frans dan Nadha sudah berada di dalam mobil bersama Rendi, Asisten sekaligus pengawal pribadi Frans. Kota yang ramai melintas di balik jendela.

“Kita mau ke mana, Om?” tanya Nadha sambil menatap keluar.

“Ke kantor KUA,” jawab Frans tenang.

“Hah?!” Nadha terperanjat. “Om… ngapain ke sana?”

“Aku mau menikahi kamu.”

Nadha terdiam beberapa detik, lalu tertawa kecil. “Hahaha… Om suka bercanda. Aku masih sekolah, masih belasan tahun. Mana mungkin menikah sama om-om.”

Belum sempat Frans menjawab, suara tawa keras terdengar dari kursi depan.

“Hahahaha…” Rendi hampir tak bisa menahan tawanya.

“Rendi!!!” suara Frans meninggi. Seketika Rendi bungkam, menelan ludah.

Beberapa jam kemudian, ijab kabul telah terucap. Nadha berdiri kaku, masih sulit mempercayai kenyataan bahwa ia resmi menjadi istri Frans, pria yang usianya jauh di atasnya. Buku nikah di tangannya terasa berat.

“Mulai sekarang kamu milikku,” bisik Frans sambil menatapnya dalam-dalam. “Aku akan melindungimu… dan tidak akan kubiarkan siapa pun mengganggu kebahagiaanmu.”

Nadha hanya mengangguk. Di balik tatapannya pada buku nikah itu, pikirannya berputar.

“Lebih baik aku jadi istri Om… daripada kembali menderita bersama Ayah dan keluarga barunya,” gumamnya dalam hati.

“Nona, kenapa?” suara Rendi memecah lamunan.

Nadha menoleh dan tersenyum pahit. “Aku nggak nyangka… di usia belasan tahun aku sudah jadi istri om-om.”

Rendi tertawa puas, tapi tawa itu hanya bertahan sesaat.

“Rendi! Dua kali kamu menertawakan Nyonya. Bonus bulan ini hangus!” bentak Frans tajam.

“Maaf, Tuan, saya cuma bercanda,” ucap Rendi cepat-cepat sambil membukakan pintu mobil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   Tidak Tau Diri

    Di dalam mobil yang melaju pelan, Nadha tertidur dengan damai. Wajahnya tampak tenang, seakan seluruh beban dunia lenyap dalam lelapnya. Frans melirik sekilas, lalu tersenyum hangat. Setibanya di rumah, ia turun dan dengan hati-hati menggendong sang istri ke kamar.“Semenjak ada Nona Nadha, Tuan Frans tampak jauh lebih bahagia,” ucap Bi Ina dengan mata berbinar.“Iya, Mbak. Aku pun merasakan hal yang sama. Nona Nadha baik, dan Tuan Frans sekarang jauh lebih ramah,” timpal salah seorang pembantu.“Semoga kebahagiaan ini tidak cepat berlalu… dan semoga Nona Nadha selalu diberi kesehatan,” tambah Bi Ina pelan, seolah sedang berdoa.Frans hanya tersenyum samar, lalu menutup pintu kamar. Dengan penuh kasih ia membaringkan Nadha di ranjang. Tangannya bergerak lembut, menata selimut, lalu membantunya berganti pakaian. Ia menunduk, menempelkan ciuman hangat di kening sang istri sambil berbisik,“Good night, honey…”Namun di tempat lain, suasana berbanding terbalik.Viola mengamuk hebat di kam

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   BERTEMU KELUARGA IBU

    Frans mengajak Nadha berkunjung ke kediaman keluarga Aditama. Mobil itu melaju menembus malam, menyisakan deru angin dan detak jantung Nadha yang berdegup kencang. Ada sesuatu yang berat di dadanya.campuran antara takut, cemas, dan harapan. Malam ini akan menjadi pertama kalinya ia bertemu keluarga dari ibunya. “Apa kamu takut?” suara Frans memecah sunyi. Nadha menoleh pelan, matanya redup. “Hemmm… apa mereka akan menyakitiku juga? Aku takut semuanya akan terulang lagi…” suaranya nyaris tenggelam, seolah ada luka lama yang kembali menganga. Frans menatapnya sekilas, lalu kembali ke jalanan. “Tidak. Selama aku ada di sini, tidak akan ada satu orang pun yang bisa menyakitimu.” Nadha hanya mengangguk kecil. Namun rasa waswas itu tidak hilang. Semakin dekat dengan gerbang besar yang dijaga puluhan pria berjas hitam, bulu kuduknya semakin berdiri. Lampu-lampu sorot menyoraki mobil mereka seakan menelanjangi siapa pun yang datang

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   SEMUANYA MENDADAK BERUBAH

    Nadha duduk di samping Frans, wajahnya pucat dan matanya masih bergetar. Frans menatap dingin ke arah para guru yang hanya bisa menunduk. Suaranya keluar pelan tapi tajam, seperti pisau yang siap mengiris.“Aku beri kalian satu kesempatan terakhir,” ucap Frans dengan tekanan di setiap kata. “Kalau sekali lagi kalian berani menyentuh keponakanku, aku pastikan nama kalian hilang dari dunia pendidikan. Kalian akan diblacklist dari semua sekolah di kota ini.”Tak ada yang berani menatap balik. Beberapa guru bahkan terlihat menelan ludah, wajah mereka pucat pasi.“Baik, Tuan Frans… kami mengerti,” jawab mereka serempak, suaranya lirih penuh ketakutan.Frans tidak menunggu reaksi lain. Ia langsung menggenggam tangan Nadha, menariknya keluar dari ruangan dengan langkah tegas yang bergema di koridor.Di parkiran, Nadha masih berusaha menenangkan napasnya. Frans berhenti, lalu menatapnya lembut.“Sayang, kamu aman sekarang. Mereka tak aka

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   KEDIAMAN ADITAMA

    Pagi itu, suasana kediaman keluarga besar Aditama terasa hening. Pertemuan khusus sedang berlangsung. Tidak ada satupun orang luar yang diizinkan masuk,bahkan bodyguard pribadi pun diperintahkan untuk menunggu di luar gerbang.Frans melangkah masuk dengan wajah serius. Ada sesuatu yang harus ia sampaikan, sesuatu yang bisa mengguncang seluruh keluarga Aditama.“Selamat pagi, Tuan Aditama,” sapa Frans sambil sedikit menunduk.“Pagi, Frans. Tumben sekali kamu datang berkunjung. Ada apa sebenarnya?” tanya Pak Aditama dengan dahi berkerut.“Kebetulan keluarga besar Bapak sedang berkumpul. Saya datang membawa sebuah informasi penting,” jawab Frans tenang namun tegas.“Informasi apa?” sahut Pak Bugi penasaran.“Ini… tentang Bu Nina.”Sekejap, ruangan itu sunyi. Semua anggota keluarga saling pandang dengan wajah terkejut.Nina adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga Aditama. Dulu, ketika keluarga ini berada di puncak kejayaan, Gunawan begitu menghargainya. Namun, setelah kabar bangkru

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   KEMBALI KE SEKOLAH

    Keesokan harinya, Nadha sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, Frans memperhatikannya dengan tatapan penuh cemas. Tapi kali ini, ia menyiapkan sesuatu yang berbeda.Di depan rumah, seorang perempuan berambut pendek dengan sorot mata tajam sudah berdiri tegak. Dia mengenakan setelan hitam rapi, aura dinginnya membuat suasana terasa mencekam.“Sayang, ini Gina. Mulai hari ini dia yang akan menjagamu,” ujar Frans serius.“Menjaga? Aku bisa jaga diri sendiri kok,” jawab Nadha ragu.Frans mendekat, memegang bahu Nadha erat. “Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Tolong jangan menolak. Kamu terlalu berharga buatku.”Nadha terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah… makasih, sayang.”Frans terpaku. Kata sayang itu seperti obat bagi hatinya yang gelisah. Senyum tipis muncul di wajahnya, namun di balik senyum itu, ada kekhawatiran yang tak pernah reda.Sementara itu, di kediaman keluarga Gunawan, suasana panas. Viola membanting tasnya ke sofa, matanya melotot ke arah ayah

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   OK GANTENG OM KU SAYANG

    Malam itu, suasana di meja makan kediaman Frans berbeda dari biasanya. Meja panjang yang biasanya hanya diisi Frans dan beberapa orang terdekat, malam ini penuh sesak oleh para ART dan bodyguard. Semuanya berkumpul untuk merayakan pernikahan tuan mereka. Tawa kecil, bisik-bisik kagum, dan rasa penasaran menyelimuti ruangan.Frans meletakkan sendoknya, lalu menatap semua orang dengan sorot mata yang tegas.“Kalian semua dengarkan baik-baik. Mulai hari ini, Nadha adalah istriku. Tugas kalian bukan hanya menjagaku, tapi juga mengawasinya. Jangan biarkan ada satu pun hal buruk menimpa dirinya. Dan satu hal lagi…” suaranya menurun, namun tegas. “Tidak ada seorang pun yang boleh masuk ke rumah ini tanpa izin dariku.”Semua serempak menjawab, “Mengerti, Tuan!!!”Frans kembali menyandarkan tubuhnya di kursi, namun beberapa detik kemudian ia menambahkan, “Oh, hampir lupa. Pernikahan ini harus dirahasiakan. Aku tidak ingin sekolah Nadha terganggu gara-gara kabar ini. Jadi, mulut kalian harus te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status