Share

Tidak Tau Diri

Penulis: Imnadha09
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-05 06:20:35

Di dalam mobil yang melaju pelan, Nadha tertidur dengan damai. Wajahnya tampak tenang, seakan seluruh beban dunia lenyap dalam lelapnya. Frans melirik sekilas, lalu tersenyum hangat. Setibanya di rumah, ia turun dan dengan hati-hati menggendong sang istri ke kamar.

“Semenjak ada Nona Nadha, Tuan Frans tampak jauh lebih bahagia,” ucap Bi Ina dengan mata berbinar.

“Iya, Mbak. Aku pun merasakan hal yang sama. Nona Nadha baik, dan Tuan Frans sekarang jauh lebih ramah,” timpal salah seorang pembantu.

“Semoga kebahagiaan ini tidak cepat berlalu… dan semoga Nona Nadha selalu diberi kesehatan,” tambah Bi Ina pelan, seolah sedang berdoa.

Frans hanya tersenyum samar, lalu menutup pintu kamar. Dengan penuh kasih ia membaringkan Nadha di ranjang. Tangannya bergerak lembut, menata selimut, lalu membantunya berganti pakaian. Ia menunduk, menempelkan ciuman hangat di kening sang istri sambil berbisik,

“Good night, honey…”

Namun di tempat lain, suasana berbanding terbalik.

Viola mengamuk hebat di kamarnya. Suara pecahan kaca dan barang berjatuhan menggema, seakan kamar itu menjadi medan badai. Wajahnya memerah, matanya berkilat penuh amarah.

Pak Gunawan dan Bu Yeni panik, mencoba menenangkannya, namun semakin mereka berbicara, semakin meledaklah emosi putrinya.

“AAARRGGHHH!” jerit Viola, suaranya mengguncang ruangan.

“Viola, tenanglah, Sayang. Kita bisa mencari cara lain,” bujuk Bu Yeni dengan lembut.

“Cara lain?!” Viola menoleh dengan tatapan tajam. “Jelas-jelas Alex menolak! Apa Ibu nggak paham? Kalau teman-temanku tahu aku bahkan tidak akrab dengannya, habislah reputasiku!”

“Kita akan pikirkan bersama. Pasti ada cara agar Alex berpihak padamu,” ucap Bu Yeni, berusaha meredakan.

“Keluar! Aku tidak mau dengar lagi! Ayah dan Ibu keluar sekarang juga!” bentak Viola, tangannya menunjuk ke arah pintu.

Suasana membeku. Pak Gunawan dan Bu Yeni terdiam sesaat, sebelum akhirnya memilih keluar.

Di lorong, Bu Yeni menatap suaminya dengan tatapan penuh kecewa.

“Ayah seharusnya bisa membujuk Alex.”

Pak Gunawan mendengus kesal. “Ibu jangan salahkan aku! Alex itu keras kepala. Uang pun ditolaknya.”

“Pokoknya kalau Viola masih marah, Ayah yang harus menenangkannya,” ucap Bu Yeni dingin, lalu meninggalkan suaminya sendirian di tangga.

Di kamar, Viola duduk di tepi ranjang. Nafasnya masih memburu, wajahnya perlahan berubah dari marah menjadi dingin. Sebuah senyum tipis muncul di bibirnya.

“Kalau sampai orang tahu aku tidak dekat dengan Alex, semuanya selesai. Reputasiku hancur,” gumamnya.

Matanya menyipit, penuh dendam. “Tidak ada jalan lain… Nadha harus disingkirkan. Aku tidak akan membiarkan dia berbahagia. Selama ini aku yang menanggung derita… sekarang biar dia yang merasakannya.”

Suara tawa kecil, dingin dan getir, lolos dari bibir Viola. Malam itu, kegelapan seakan ikut bersekutu dengan niat jahat yang baru saja lahir di hatinya.

DUA HARI KEMUDIAN

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu para siswa. Alex, pelatih dance muda yang terkenal tegas, datang ke sekolah untuk melatih mereka. Hanya tim terbaik yang akan dipilih mewakili sekolah di lomba nasional.

Di ruang latihan, suasana dipenuhi kegugupan. Dua tim rival sudah siap, saling melirik penuh persaingan.

Alex berdiri di depan dengan wibawa yang membuat semua terdiam.

“Halo semuanya, saya Alex,” ucapnya mantap. “Mulai hari ini, saya yang akan melatih kalian. Dan ingat, saya mencari yang terbaik, bukan yang paling populer.”

Ruangan hening, hingga tiba-tiba pintu terbanting keras.

Viola berlari masuk, wajahnya pucat karena terburu-buru. “Maaf… saya terlambat!” katanya sambil menyambar posisi paling depan. Ia mendorong Nadha tanpa ragu, membuat semua yang hadir saling pandang.

“Viola! Kamu keterlaluan. Itu tempatnya Nadha!” seru Dinda.

Viola menoleh dengan senyum mengejek. “Posisi depan itu milik aku. Nadha? Dia nggak pantas di situ. Nanti malah bikin tim rusak.”

Alex melangkah maju. Tatapannya dingin menusuk.

“Kamu sudah terlambat, dan sekarang merebut posisi orang lain? Itu sikap buruk. Kembali ke barisan belakang.”

Nadha menatap Viola dengan gugup, tapi Alex memberi isyarat. “Nadha, kembali ke depan.”

Wajah Viola memerah menahan malu. Ia menghentakkan kakinya keras, lalu saat berjalan melewati Nadha, ia menyenggol bahunya kasar.

“Lihat saja nanti. Kamu akan menyesal,” bisiknya penuh ancaman.

Musik diputar. Semua bergerak dengan luwes, kecuali Viola. Gerakannya kaku, langkahnya tertinggal. Dari depan, Alex melihat jelas kelemahannya.

“Jadi ini anak yang katanya punya koneksi untuk menyuap juri? Hah, omong kosong. Gerakannya bahkan jauh dari standar,” batinnya sambil menggeleng pelan.

Selesai latihan, Alex menutup dengan tegas. “Cukup untuk hari ini. Besok kita lanjut lagi.”

Para siswa bubar, berganti pakaian. Nadha baru hendak masuk ke ruang ganti ketika suara Viola terdengar dari belakang.

“Nadha, sebentar.”

Nadha menoleh malas. “Apa lagi, Vio? Aku capek.”

Viola mendekat, suaranya bergetar tapi matanya penuh api. “Aku cuma minta satu hal. Tolong, jangan ambil bagian dance solo nanti. Biar aku saja.”

Nadha terkekeh sinis. “Kenapa? Takut kalah? Tahun lalu aku sudah mengalah. Tapi sekarang? Tidak akan lagi.”

Wajah Viola menegang. “Please, aku serius! Kalau aku gagal, ayahku akan marah besar. Kamu nggak tahu gimana kalau beliau kecewa sama aku. Jadi, tolonglah…”

“Terlambat, Vio. Kamu sudah merebut banyak hal dari aku. Ayahku, barang-barangku, bahkan perasaan orang-orang di sekitarku. Dan sekarang kamu mau aku mengalah lagi?” Nadha mendekat, suaranya tegas. “Tidak. Aku nggak akan pernah lagi nurut sama keinginanmu.”

Nadha pun masuk ke ruang ganti. Viola berdiri terpaku, wajahnya gelap. Perlahan, tangannya meraih gagang pintu dari luar… klik! Ia memutar kunci.

“Kalau begitu, nikmati saja akibatnya,” gumamnya dingin sebelum pergi.

Di dalam, Nadha mencoba membuka pintu. Berkali-kali diputar, tetap tak bisa.

“Apa? Kok terkunci?!” Nadha mulai panik. Ia menendang pintu keras-keras.

Dorr! Dorr! Dorr! Suara hentakan bergema.

“Tolong! Ada orang di luar?!” teriaknya dengan suara bergetar.

Sunyi. Tidak ada jawaban.

Nafas Nadha mulai tersengal. Ruang sempit itu semakin terasa mencekik. Ia meraih ponselnya dengan tangan gemetar, lalu menghubungi Alex. Beberapa kali gagal tersambung, akhirnya suara Alex terdengar.

“Iya, Nadha? Ada apa?”

“Kak… tolong aku! Viola ngunciin aku di ruang ganti. Aku nggak bisa keluar!” suara Nadha pecah.

“Apa?!” nada suara Alex langsung meninggi. “Dia berani melakukan ini?! Tenang, Nad. Kakak segera ke sana!”

Alex berlari secepat mungkin. Detak langkahnya bergema di lorong. Begitu sampai, ia mendobrak pintu dengan keras. Brakk! Pintu terbuka.

Nadha terduduk di lantai, wajahnya pucat. Alex segera meraih bahunya.

“Kamu nggak apa-apa?!” tanyanya cemas.

“Aku… aku hampir kehabisan napas, Kak…” bisik Nadha dengan suara lemah.

Mata Alex berkilat marah. “Viola sudah keterlaluan. Dia bukan cuma pesaing, tapi sudah melampaui batas. Dia harus diberi pelajaran.”

Nadha menunduk, air mata jatuh. “Aku nggak kuat lagi, Kak. Dia selalu menghancurkan hidupku.”

Alex mengepalkan tangan, lalu menatap Nadha dengan serius. “Tenang. Kali ini kamu tidak sendirian. Percayalah, aku akan pastikan Viola menanggung akibat dari semua perbuatannya.”

Dan untuk pertama kalinya, Nadha merasa ada seseorang yang benar-benar berdiri di sisinya.

Di luar sana, Viola melangkah pergi dengan senyum samar di bibirnya, belum menyadari bahwa tindakannya kali ini akan membawa konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   Tidak Tau Diri

    Di dalam mobil yang melaju pelan, Nadha tertidur dengan damai. Wajahnya tampak tenang, seakan seluruh beban dunia lenyap dalam lelapnya. Frans melirik sekilas, lalu tersenyum hangat. Setibanya di rumah, ia turun dan dengan hati-hati menggendong sang istri ke kamar.“Semenjak ada Nona Nadha, Tuan Frans tampak jauh lebih bahagia,” ucap Bi Ina dengan mata berbinar.“Iya, Mbak. Aku pun merasakan hal yang sama. Nona Nadha baik, dan Tuan Frans sekarang jauh lebih ramah,” timpal salah seorang pembantu.“Semoga kebahagiaan ini tidak cepat berlalu… dan semoga Nona Nadha selalu diberi kesehatan,” tambah Bi Ina pelan, seolah sedang berdoa.Frans hanya tersenyum samar, lalu menutup pintu kamar. Dengan penuh kasih ia membaringkan Nadha di ranjang. Tangannya bergerak lembut, menata selimut, lalu membantunya berganti pakaian. Ia menunduk, menempelkan ciuman hangat di kening sang istri sambil berbisik,“Good night, honey…”Namun di tempat lain, suasana berbanding terbalik.Viola mengamuk hebat di kam

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   BERTEMU KELUARGA IBU

    Frans mengajak Nadha berkunjung ke kediaman keluarga Aditama. Mobil itu melaju menembus malam, menyisakan deru angin dan detak jantung Nadha yang berdegup kencang. Ada sesuatu yang berat di dadanya.campuran antara takut, cemas, dan harapan. Malam ini akan menjadi pertama kalinya ia bertemu keluarga dari ibunya. “Apa kamu takut?” suara Frans memecah sunyi. Nadha menoleh pelan, matanya redup. “Hemmm… apa mereka akan menyakitiku juga? Aku takut semuanya akan terulang lagi…” suaranya nyaris tenggelam, seolah ada luka lama yang kembali menganga. Frans menatapnya sekilas, lalu kembali ke jalanan. “Tidak. Selama aku ada di sini, tidak akan ada satu orang pun yang bisa menyakitimu.” Nadha hanya mengangguk kecil. Namun rasa waswas itu tidak hilang. Semakin dekat dengan gerbang besar yang dijaga puluhan pria berjas hitam, bulu kuduknya semakin berdiri. Lampu-lampu sorot menyoraki mobil mereka seakan menelanjangi siapa pun yang datang

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   SEMUANYA MENDADAK BERUBAH

    Nadha duduk di samping Frans, wajahnya pucat dan matanya masih bergetar. Frans menatap dingin ke arah para guru yang hanya bisa menunduk. Suaranya keluar pelan tapi tajam, seperti pisau yang siap mengiris.“Aku beri kalian satu kesempatan terakhir,” ucap Frans dengan tekanan di setiap kata. “Kalau sekali lagi kalian berani menyentuh keponakanku, aku pastikan nama kalian hilang dari dunia pendidikan. Kalian akan diblacklist dari semua sekolah di kota ini.”Tak ada yang berani menatap balik. Beberapa guru bahkan terlihat menelan ludah, wajah mereka pucat pasi.“Baik, Tuan Frans… kami mengerti,” jawab mereka serempak, suaranya lirih penuh ketakutan.Frans tidak menunggu reaksi lain. Ia langsung menggenggam tangan Nadha, menariknya keluar dari ruangan dengan langkah tegas yang bergema di koridor.Di parkiran, Nadha masih berusaha menenangkan napasnya. Frans berhenti, lalu menatapnya lembut.“Sayang, kamu aman sekarang. Mereka tak aka

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   KEDIAMAN ADITAMA

    Pagi itu, suasana kediaman keluarga besar Aditama terasa hening. Pertemuan khusus sedang berlangsung. Tidak ada satupun orang luar yang diizinkan masuk,bahkan bodyguard pribadi pun diperintahkan untuk menunggu di luar gerbang.Frans melangkah masuk dengan wajah serius. Ada sesuatu yang harus ia sampaikan, sesuatu yang bisa mengguncang seluruh keluarga Aditama.“Selamat pagi, Tuan Aditama,” sapa Frans sambil sedikit menunduk.“Pagi, Frans. Tumben sekali kamu datang berkunjung. Ada apa sebenarnya?” tanya Pak Aditama dengan dahi berkerut.“Kebetulan keluarga besar Bapak sedang berkumpul. Saya datang membawa sebuah informasi penting,” jawab Frans tenang namun tegas.“Informasi apa?” sahut Pak Bugi penasaran.“Ini… tentang Bu Nina.”Sekejap, ruangan itu sunyi. Semua anggota keluarga saling pandang dengan wajah terkejut.Nina adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga Aditama. Dulu, ketika keluarga ini berada di puncak kejayaan, Gunawan begitu menghargainya. Namun, setelah kabar bangkru

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   KEMBALI KE SEKOLAH

    Keesokan harinya, Nadha sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, Frans memperhatikannya dengan tatapan penuh cemas. Tapi kali ini, ia menyiapkan sesuatu yang berbeda.Di depan rumah, seorang perempuan berambut pendek dengan sorot mata tajam sudah berdiri tegak. Dia mengenakan setelan hitam rapi, aura dinginnya membuat suasana terasa mencekam.“Sayang, ini Gina. Mulai hari ini dia yang akan menjagamu,” ujar Frans serius.“Menjaga? Aku bisa jaga diri sendiri kok,” jawab Nadha ragu.Frans mendekat, memegang bahu Nadha erat. “Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Tolong jangan menolak. Kamu terlalu berharga buatku.”Nadha terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah… makasih, sayang.”Frans terpaku. Kata sayang itu seperti obat bagi hatinya yang gelisah. Senyum tipis muncul di wajahnya, namun di balik senyum itu, ada kekhawatiran yang tak pernah reda.Sementara itu, di kediaman keluarga Gunawan, suasana panas. Viola membanting tasnya ke sofa, matanya melotot ke arah ayah

  • Gadis Cantik Dan Om Ganteng Kaya Raya   OK GANTENG OM KU SAYANG

    Malam itu, suasana di meja makan kediaman Frans berbeda dari biasanya. Meja panjang yang biasanya hanya diisi Frans dan beberapa orang terdekat, malam ini penuh sesak oleh para ART dan bodyguard. Semuanya berkumpul untuk merayakan pernikahan tuan mereka. Tawa kecil, bisik-bisik kagum, dan rasa penasaran menyelimuti ruangan.Frans meletakkan sendoknya, lalu menatap semua orang dengan sorot mata yang tegas.“Kalian semua dengarkan baik-baik. Mulai hari ini, Nadha adalah istriku. Tugas kalian bukan hanya menjagaku, tapi juga mengawasinya. Jangan biarkan ada satu pun hal buruk menimpa dirinya. Dan satu hal lagi…” suaranya menurun, namun tegas. “Tidak ada seorang pun yang boleh masuk ke rumah ini tanpa izin dariku.”Semua serempak menjawab, “Mengerti, Tuan!!!”Frans kembali menyandarkan tubuhnya di kursi, namun beberapa detik kemudian ia menambahkan, “Oh, hampir lupa. Pernikahan ini harus dirahasiakan. Aku tidak ingin sekolah Nadha terganggu gara-gara kabar ini. Jadi, mulut kalian harus te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status