Share

Bab 3. Tragedi

last update Last Updated: 2023-12-21 13:15:10

Tak pernah ada yang tahu apa isi hati seseorang. Begitu pula dengan Camilla, wanita itu sama sekali tidak bisa mengetahui ataupun menebak apa isi hati suaminya. Bagi Camilla, Max adalah pusat kehidupannya.

"D-, Darling, ... A-, maksudku, ... Hmmm ...,"

"Apa yang ingin kamu coba katakan, Milla?" tanya Max tanpa mengalihkan pandangannya dari sebuah dokumen yang tengah asyik dia baca.

Dengan langkah ragu, Camilla mendekati suaminya dan memijat pundak lebar Max. "Hmmm, Darling, kemarin kenapa kamu tidak meneleponku dulu?"

Max mengembuskan napas panjang lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa berlengan itu. "Oh, Allora? Aku hanya ingin memastikan kalau dia dan bayi yang dikandungnya sehat,"

"Lalu?" Camilla memberanikan diri untuk bertanya kembali.

"Tidak ada lalu, Milla Sayang," jawab Max. Tak lama, dia tersenyum, wajahnya tampannya tak sanggup menyembunyikan kebahagiaan. "Anak yang dikandung Allora anak laki-laki. Fiuuh, hebat sekali, bukan?"

Deg!

Jantung Camilla seakan berhenti, begitu pula tangan yang sedang sibuk memijat tadi. Tenggorokannya terasa kering dan lidahnya kelu. Dengan takut-takut dia bertanya, "B-, benarkah? T-, tapi, itu bukan anakmu, Darling. Dia bukan anak kita,"

Namun, kata-kata Camilla hanya dirasakan seperti angin tenang yang sedang berhembus di depan telinga Max. Pria itu masih tersenyum dan memutar tubuhnya sehingga berhadapan dengan Camilla. "Allora adalah tanggung jawabku, jadi, anaknya adalah anakku."

"Laki-laki! Aku akan memiliki seorang anak laki-laki! Indah sekali hidup ini! Seharusnya kamu juga ikut senang, Milla, aku akan menjadi seorang ayah bagi seorang putra Sillas! Hahahaha!" Tawa puas menggema di ruangan kerja Max. Setelah itu dia pun beranjak dari sofanya dan berlalu pergi dengan membawa tawanya.

Saat itu firasat buruk menyergap masuk ke dalam hati Camilla. Jantungnya sekali lagi berdenyut pedih seakan tertusuk ribuan jarum. Dia menghela napas dan mengusap perutnya. "Aku akan selalu bersamamu, Sayang,"

Satu tendangan lembut dari dalam perutnya membuat Camilla tersenyum. "Kamu sudah bisa mendengar ibu, ya, Nak? Mulai saat ini, kita akan sering berbagi cerita, ya,"

Percakapan Camilla dengan sang bayi membuat pikirannya sedikit teralihkan. Wanita itu sangat senang saat bayi kecilnya sudah mampu berkomunikasi dengannya.

Tak jarang, dia tertawa karena merasa geli akibat gerakan dari si bayi kecil di dalam perutnya. "Hahaha, Ibu rasa kita akan menjadi teman dekat. Ah, aku sudah tidak sabar menunggu kelahiranmu,"

Satu bulan sudah sejak berita tentang Allora mengandung anak laki-laki, Camilla jarang bersama dengan Max. Dia sudah tidak heran melihat Max bersama dengan Allora.

Untuk menepis rasa cemburu, Camilla mulai mempersiapkan kamar bagi anak perempuannya. Dia membeli semua keperluan untuk calon buah hatinya itu seorang diri tanpa kehadiran Max di sisinya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Allora. Namun, tidak seperti Camilla, gadis itu selalu ditemani oleh Max. Walaupun kelahiran putra Allora masih cukup jauh, tetapi baik Allora maupun Max sudah sangat sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk putra Twig tersebut.

"Untuk apa kamar itu, Milla?" tanya Max suatu hari saat dia memasuki ruangan kosong yang kini sudah terisi penuh dengan perabotan berwarna merah muda dan lembayung.

Camilla berjalan tergesa-gesa dan menghampiri Max sambil tersenyum senang. "Ini untuk kamar kita, Darling. Oh, aku sudah menyiapkan nama untuknya, Alivia Beatrice Sillas. Bagaimana? Bagus, bukan?"

Wajah Max seakan tertampar. Keduanya tangannya dia letakkan di pinggang. "Kamu mulai gila, Milla! Aku tidak punya anak perempuan! Sudah kukatakan kepadamu, gugurkan anak itu! Kenapa masih kamu pertahankan, huh!"

"Apa salah anak ini, Darling? Perempuan atau laki-laki menurutku sama saja. Kita bisa mendidik dia dengan baik!" sanggah Camilla tak mau kalah.

Max tampak semakin murka. "Tentu saja salah! Mana bisa aku menyerahkan kepemimpinan perusahaanku kepada perempuan? Bagaimana bisa aku mendidik dia untuk menjadi pemimpin yang tegas dan berani! Pikirkan itu, Milla!"

"Kamu dan anak itu merusak rencanaku! Beruntunglah ada Allora dan anak laki-lakinya. Mereka menyelamatkan hidupku!" tukas Max dengan nada suara yang masih sama seperti tadi, tinggi.

Kali ini, giliran Camilla yang seolah ditampar oleh kata-kata suaminya. "Kamu yang gila, Max! Dia anak Miller, bukan anakmu!"

Seakan teringat sesuatu, Camilla tiba-tiba saja mendekap mulut dengan kedua tangannya. "Ooh, jangan katakan kalau mulai saat ini hatimu sudah berubah karena gadis itu! Belum, kan, Darling? Kamu masih mencintaiku, kan? Jawab aku, Darling!"

Max terdiam. Pria itu menyugar rambutnya kasar, lalu mengembuskan napasnya. "Aku tidak tahu, Milla. Aku hanya senang saat mendapatkan kabar Allora akan melahirkan anak laki-laki,"

Lutut Camilla bergetar, begitu pula dengan tubuhnya. Apa yang dia takutkan selama ini menjadi kenyataan. "A-, aku tidak mau kamu memindahkan hatimu, Darling. Aku masih membutuhkanmu. Maafkan aku kalau aku ada salah. Jangan pergi dari sisiku, kumohon,"

Butiran-butiran bening mulai berjatuhan dari ekor mata wanita muda itu. "Aku akan melakukan apa pun, Darling. Apa saja agar kamu tidak meninggalkanku,"

Alis Max terangkat satu. "Apa saja? Kamu yakin itu, Milla?"

Camilla mengangguk cepat.

Lalu, Max berdeham dan berkata kembali, "Gugurkan anak perempuan itu dan berikan aku anak laki-laki sebagai gantinya. Apa kamu sanggup?"

Hilang sudah sisa kekuatan yang dimiliki Camilla saat mendengar permintaan dari pria yang sangat dia cintai itu. Tanpa sadar, Camilla menggelengkan kepalanya pelan-pelan. "Aku akan memberikanmu anak laki-laki, Darling, tapi, izinkan aku untuk mempertahankan anak ini,"

"Kamu boleh tidak menganggapnya tapi aku akan tetap melahirkan dia," sambung Camilla sambil terisak.

Tak beberapa lama kemudian, wanita cantik yang bersimbah air mata itu bersimpuh di hadapan Max dan memegangi kaki pria itu sambil terus memohon.

"Biarkan dia lahir dan hidup, Sayang. Aku mohon," isak Camilla lagi.

Namun sepertinya rasa cinta di hati Max sudah benar-benar menguap dan hilang. Dia menyentak kakinya dan masuk ke kamar yang sudah disiapkan oleh Camilla dan melepaskan semua dekorasi merah muda yang sudah menempel di dinding kamar itu.

Tak puas dengan dinding, seluruh perabotan yang ada di dalam kamar itu diacak-acak dan dirusak olehnya. "Persetan dengan ini semua, Milla! Kalau kamu tetap ingin anak itu hidup, keluar dari rumahku!"

"Max! Jangan lakukan itu, kumohon, hentikan, Max!" Begitu melihat apa yang dilakukan oleh suaminya, Camilla bergegas berlari dan memegangi kedua tangan Max yang menyambar tak tentu arah.

Bagai kesetanan, Max menghentakkan tangan Camilla dan mendorong wanita itu hingga Camilla terjatuh terantuk lantai cukup keras. "Aku tidak peduli!"

Camilla meringis kesakitan. "Ouch! Max, k-, kamu, ...,"

"Pikirkan tawaranku atau angkat kaki dari rumahku!" tukas Max terengah-engah. Pria itu sudah tertutup hatinya sehingga dia tidak membantu Camilla yang terjatuh ataupun meminta maaf kepadanya.

Tiba-tiba, keringat dingin membasahi kening Camilla. Perutnya terasa seperti dicengkeram hebat dan sangat sakit. Tak beberapa lama, darah segar mulai mengalir dari kedua pangkal pahanya. "M-, Max! Max! Max, tolong, Max!"

Beberapa kali Camilla berteriak, akan tetapi pria itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Putus asa, Camilla mulai menangis dan memanggil siapa saja yang ada di rumah itu. "Tolong! Tolong aku!"

Entah sudah berapa lama dia berteriak, sampai akhirnya dia merasa lelah, dan tak lama kegelapan turun seakan menelannya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Kesayangan Suamiku    Bab 54. Umpan Dan Rencana

    "Fix, kamu masih mencintai mantan suamimu, Milla!" Aaron mengetuk bolpoin bermerk ternama miliknya di atas meja. Wajahnya berkerut-kerut dan sedikit menegang. "Apa yang membuatmu masih mencintainya, Milla? Aku tak habis pikir denganmu, ckckck."Aaron menggelengkan kepala untuk kesekian kalinya di hari itu. "ckckck! Apalagi saat kamu menyerang gadis bernama Allora itu, mantanmu membela dia alih-alih kamu."Wanita cantik yang sedang membaringkan kepala di atas lengannya itu berdecih pelan. Sesekali dia mengelap air mata yang hendak turun dari sudut matanya. Tadi malam, setelah Camilla menyerang Allora, Miller justru membela Allora habis-habisan. "Turun dari tubuh suamiku sekarang juga, Jalang!" Camilla menarik rambut Allora saat itu. Gadis itu pun memekik kesakitan dan terguling dari atas kasur. "Sialan kamu, Wanita Tua! Dia bukan suamimu lagi! Lepaskan rambutku!"Tangan Allora menggapai-gapai liar sampai akhirnya dia sanggup membalas Camilla dengan menarik rambut wanita itu juga.

  • Gadis Kesayangan Suamiku    Bab 53. Sekali Jalang, Tetap Jalang!

    "Aku rasa dia gila!" ucap Camilla berbicara dengan ponselnya. Setelah momen perkenalan dengan Emilly, mantan istri dokter pribadinya, Camilla mendapatkan kabar kalau ayahnya telah mendengar desas-desus yang sedang hangat diperbincangkan beberapa hari terakhir ini. Yang membuat wanita itu kesal adalah mengapa ayahnya tidak bertanya langsung padanya? Mengapa harus bertanya kepada Miller?"Aarrgghh! Kepalaku pecah rasanya!" tukas Camilla sembari menarik rambutnya sendiri. Wanita itu merubuhkan kepalanya di atas meja dan terisak-isak. Lalu, terlintas kenangan tentang Emilly dan dirinya malam itu. Setelah berkenalan dengan Emilly yang ramah, Camilla memutuskan untuk menjadikan wanita itu sebagai mentor sekaligus sahabatnya. "Aku mau, Milla! Aku justru merasa terhormat karena kamu memilihku untuk menjadi sahabatmu." Emilly memeluk sahabat barunya itu sebagai tanda kasih untuknya. Begitulah pada akhirnya, persahabatan yang cukup aneh itu pun terjalin. Namun, tak ada yang lebih aneh se

  • Gadis Kesayangan Suamiku    Bab 52. Gadis Bermuka Dua

    "Apa maksud ucapanmu itu, Miller? Kamu dan Milla sudah berpisah?" tanya Max menghentikan pukulannya. Miller menyeka sepercik darah yang ada di sudut bibirnya, lalu, dia mengangguk singkat. "Ya!""Melihat perlakuanmu pada Allora, aku dapat mengambil keputusan kalau kamu sudah tidak mencintainya lagi. Apalagi tadi aku sempat mendengar kata selingkuh. Kamu mengkhianatinya?" tanya Miller angkuh. Tiba-tiba saja, Miller bertepuk tangan. "Huh! Hebat sekali kakakku ini! Pria Buaya! Menikah sudah dua kali, masih kurang puas. Apa yang kamu cari, Max?""Bagaimana denganmu? Lagi pula, kamu belum mengenal siapa Gadis Ular yang kamu nikahi selama ini!" Max memandang sengit wajah Allora yang terlihat ketakutan. Jari telunjuknya terulur ke arah gadis itu. "Kamu tau siapa yang menyebabkan hidupku hancur? Kamu tau siapa yang menyebabkan Camilla kehilangan bayinya dua kali? Kamu tau siapa yang menyebabkan Camilla kecelakaan?""Dia! Dia, Miller! Iblis Jalang itu yang melakukannya!" tukas Max menyambun

  • Gadis Kesayangan Suamiku    Bab 51. What A Mess!

    Camilla tertegun menatap anak laki-laki yang memakai kemeja bersuspender itu. "P-papa? Apa om ini papamu, Nak?" tanya Camilla. Dia merendahkan tubuhnya hingga setinggi anak laki-laki tersebut. Pria kecil itu mengangguk. "Ya, ini papaku. Tante siapa?"Sebelum Camilla menjawab, seorang wanita cantik bertubuh langsing dengan rambut cokelat berdiri di belakang anak itu. "Archie! Mama sudah bilang, jangan suka pergi sendiri! Nanti kalau hilang bagaimana!" Wanita itu terlihat cemas dan segera mengangkat Aaron junior ke dalam dekapannya. Kedua matanya bertemu dengan manik Camilla. Dia tersenyum. "Hahaha! Maaf, anakku ini memang suka keluyuran dan mengganggu orang lain. Maaf, ya, Nyonya."Camilla membalas senyuman wanita itu. "Oh, tidak apa-apa, kami sama sekali tidak merasa terganggu, kok."Anak laki-laki itu kembali menunjuk Aaron dengan jari mungilnya. "Mama, itu papa!"Mata wanita itu berlari ke arah pria yang terlihat gugup. "Aaron? Sedang apa kamu di sini? Apakah ini ... Oh, jangan

  • Gadis Kesayangan Suamiku    Bab 50. Papa?

    "Aku ingin kembali!" ucap seorang pria saat menemui seorang wanita yang sedang berjemur di tepi kolam renang sebuah hotel bintang lima. Wanita itu melepaskan kacamata hitamnya dan menatap pria yang berdiri sambil berkacak pinggang. "Why?"Pria itu menghela napas dan menjawab dengan nada gusar, "Oh, come on, Milla! Kita tidak mungkin satu bulan berada di sini hanya untuk sibuk masing-masing, kan?""Lalu? Toh, kita tetap bisa di sini, Miller! Apa alasanmu ingin kembali?" Wanita bernama Camilla itu mendesak supaya sang pria untuk tetap tinggal. Suara riak kolam renang serta cicit burung seakan menenggelamkan mereka berdua ke dalam pikiran masing-masing. Miller memandang kosong pada kolam renang. Tak lama, dia mengembuskan napasnya. "Kenapa kamu menahan kepergianku?""Aku tau ke mana kamu akan pulang dan aku tidak mau kamu pulang padanya." Camilla menjawab pertanyaan itu dengan datar. Dugaan Camilla memang benar. Miller akan kembali pada gadis yang pernah dinikahinya. "Karena kamu mas

  • Gadis Kesayangan Suamiku    Bab 49. Nyaris Saja!

    Di saat hati Camilla carut marut, hati Allora justru sedang merindu. Gadis itu membutuhkan sosok pria yang dapat dia jadikan sebagai tempat bertumpu. Tidak seperti Dominic, yang hanya menjadikannya sebagai pemuas nafsu belaka. "Kapan kamu kembali, Max? Aku ingin bicara padamu. Aku sudah menunggumu di rumah kita." Allora menulis pesan singkat pada suaminya yang tak kunjung membalas. Setelah setengah hari berada di ruangan petugas keamanan, Allora menyerah. Dia kembali ke rumah dan memutuskan untuk menunggu Max di sana. Hatinya melonjak senang, saat dia mendengarkan suara mesin halus dari sebuah kendaraan. "Itu Max! Max! Max!"Gadis itu berlarian menyambut kedatangan suaminya. "Max, akhirnya kamu pulang juga!""Apa kamu tau aku sedang ada rapat penting? Apa kamu tau kalau semua pesan, telepon, dan kedatanganmu sungguh mengganggu dan membuatku tidak nyaman?" tanya Max bertubi-tubi. Allora memberengut. "Hei, ada apa denganmu, Max? Kamu bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk bicar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status