“Suatu hari nanti, aku pasti akan membunuh Kendrick.” Ucapan pria itu membuat darah Lily naik sampai kepala. Wajahnya juga tampak memerah. “Apa maksudmu bilang begitu?” “Memang dia salah apa? Dia itu sebenarnya pria baik. Kendrick melakukan semua itu untuk balas dendam karena kematian ibunya!” Dahi pria itu sedikit mengerut, langkahnya mendekat pada Lily. Berhenti dengan jarak satu meter dari gadis itu. Dia menatap Lily dengan senyum tipisnya. Pria itu mencondongkan tubuhnya hingga seperti rukuk. “Hipnotis apa yang Kendrick lakukan padamu? Hm?” Tangannya mencubit hidung Lily dengan gemas. Dia menegakkan tubuhnya kembali. “Bagaimana pun juga Rosby adalah ibumu. Ibu yang membesarkanmu. Seburuk apa pun dia, dia tetaplah ibumu.” “Berpikirlah secara jernih. Rosby telah membesarkanmu dengan jerih payahnya, tapi setelah seseorang membunuhnya. Kau malah membela pembunuh itu.” “Jadi sekarang, di mana belas kasihan dan rasa terima kasihmu pada wanita yang telah mengasuhmu?” Karena emo
“Sadar, Bro!” teriak Bobby saat melihat temannya menganga menatap gadis berambut jahe yang terikat di tiang itu. Kecantikan gadis itu memang sangat memukau. Mereka pun tersenyum bahkan tertawa karena Bobby. Tadi mereka benar-benar tak bisa fokus karena gadis itu. Mereka pun kembali melakukan pekerjaan mereka, meletakkan ranjang itu di samping Lily sesuai dengan permintaan tuan mafia. Dendy menepukan kedua tangannya agar bersih. “Akhirnya selesai juga.” “Cari buah-buahan ayo, Bos!” “Kenapa? Apa kau sudah kelaparan, hm?” tanya Bobby padanya. “Enggak, Bos. Cuman pengen aja,” ucap Dendy meringis dengan kedua tangannya di pinggang. Di lain itu, Doni melangkah dengan meletakkan kedua tangannya di belakang. Sorot matanya memerhatikan ke seluruh ruangan dengan penuh teliti. Dia tak paham, mengapa tak ada CCTV satu pun di luar ruangan dan di dalam ruangan. Tapi sepertinya dia tetap harus berhati-hati karena dia tidak akan tahu perangkap apa yang sedang menjaga gadis itu. Langkahnya berhe
Terus memotong tali tersebut, itu benar-benar tinggal sedikit lagi. Dan akhirnya tali itu terputus, gadis itu begitu merasa lega. Dengan mudah dia melepaskan tali itu.Lily memerhatikan tangannya yang memilukan. Pergelangannya begitu merah karena ikatan tali itu. Dia tak mau merenunginya. Dengan mudahnya dia berdiri walau ada tali yang mengikat perutnya, perut gadis itu memang sangat ramping.Dia berlari kecil ke arah jendela dengan kaki berjinjit, sehingga tak menimbulkan suara. Mengintip ke luar jendela, suasana memang sangat sepi. Tapi, dia melihat mobil hitam pria itu yang telah menyala. Sepertinya dia akan berangkat sekarang.Suaranya mulai menggeram, perlahan mobil itu beranjak pergi. Senyum gadis itu mulai terangkat sesuai dengan jauhnya dia pergi. Dia hanya menunggunya sampai tak tampak oleh mata.Gadis itu melangkah pada pintu. Perlahan membukanya dengan sedikit mengendap-ngendap. Sorot matanya ke sana ke mari memeriksa keadaan. Dia tak melihat apa pun di sana, kecuali ru
Jam telah menunjukkan pukul 19.07. Itu adalah waktu yang pas untuk menikmati secangkir kopi, apalagi malam ini adalah waktunya begadang.Pak Sutarno dan Pak Budi sedang berada di dalam pos security. Mereka sedang menikmati kopinya sebelum malam semakin larut. Biasanya saat suasana semakin sepi, mereka harus berdiri di belakang gerbang hingga pagi. Tapi terkadang mereka juga mengambil kursi untuk duduk.Perhatian Pak Sutarno teralihkan pada sesuatu yang tampak menyeramkan. Dia meletakkan kopinya, pupilnya mengecil dengan mata yang membelalak. Dia melihat gadis cantik berambut merah dan bergaun putih sedang mendekatinya. Gadis Itu tampak sangat cantik tapi juga menyeramkan. Bisa saja itu bukan manusia, melainkan sebangsa makhluk halus.“Apaan itu?!” ucap Pak Sutarno dengan perasaan panik sekaligus takut.Pak Budi memicingkan matanya. Perlahan kedua matanya membesar saat melihat gadis berambut merah sedang berjalan ke arah mereka.“Ayo, Pak! Cabut! Sebelum dia benar-benar ke sini!
“Akhirnya kau kembali.”Lily menelan salivanya, tubuhnya mulai gemetar. Dia sangat takut Tuan Kendrick akan bertanya perihal tas kulit buaya itu. Perlahan wajahnya menunduk lesu, gadis itu seketika tampak sangat risau.Kendrick sedikit bingung melihat ekspresinya. Pria itu khawatir jika seseorang yang menculik Lily telah memanipulasi pikiran gadis polos itu. Sama seperti yang dia lakukan pada beberapa kerabatnya, hingga sekarang mereka membenci Kendrick.“Lily. Tataplah mataku.”Dengan ragu-ragu, perlahan gadis itu mengangkat wajahnya. Matanya yang besar dan berbinar-binar itu menatap sendu. Kendrick terus memerhatikan mata gadis itu dengan dalam. Dia tak mengerti mengapa ada ketakutan di wajahnya.“Kenapa kau seperti takut padaku? Katakanlah dengan jujur.”Perlahan tatapan gadis itu turun. Kendrick tak mengerti mengaap gadis itu tampak bingung.“Anu ....”“Aku meninggalkan tasku di restoran hotel.”Sorot mata Kendrick langsung mendatar. Padahal dia sudah mengira hal yang t
Kendrick menopang kepalanya dengan tangan kiri sambil memerhatikan Lily. Dia sedang membaca psikologi gadis yang makan dengan lahap itu. Gadis itu sepertinya benar-benar tak diberi makan oleh penculiknya. “Lily,” panggil Kendrick. Gadis polos itu langsung menoleh saat dia melahap makanannya. Dengan mulutnya yang masih penuh, Lily mengangkat alis untuk meresponsnya. Dia menelan makanannya yang berada di mulut. “Kenapa?” Kemudian dia lanjut makan. Pria itu tersenyum karena tingkahnya itu. Sekarang dia menegakkan kepala dengan kedua tangan berada di atas meja. “Kapan terakhir kau makan?” tanya Kendrick dengan nada lembutnya. Dengan mulut yang telah penuh kembali dan sedang mengunyah makanan, Lily menatapnya dengan sinis. Alisnya tampak berkerut, jadi Kendrick meniru ekspresinya itu dengan raut yang lucu. “Kenapa? Apa Tuan melihatku makan seperti tarzan?” Pria itu tak bisa menahan tawanya lagi. Namun, dia mengalihkan wajahnya ke samping dan menutupinya dengan tangan kiri. Menegak
Keluar dari kamar mandi dengan memakai kimono dan handuk di kepalanya. Tubuhnya terasa sangat segar dan bersih, karena dia juga memakai scrub yang tersedia di kamar mandi. Jadi sepertinya Lily telah mandi cukup lama.Menoleh ke jam dinding, ternyata jam telah menunjukkan pukul 20.11. Itu artinya dia mandi hampir satu jam, karena saat dia masuk ke kamar mandi itu masih pukul 19.22. Sekarang dia takut Kendrick akan marah karena telah menunggunya sangat lama.Lily sangat panik, dia memegang kepalanya yang pusing. Dengan cepat dia melangkah ke lemari. Melemparkan kimono dan handuk di kepalanya ke ranjang, dia tak peduli jika mungkin ada seseorang yang tiba-tiba masuk. Dia memakai dalamannya dengan cepat, gadis itu memilih pakaian tidur yang tampak nyaman.Setelah selesai berpakaian, dia pergi ke tempat make up hanya untuk menyisir rambut. Dia tak menyisir terlalu rapi dan langsung pergi begitu saja. Gadis itu melangkah dengan terburu-buru.Saat telah berada di depan kamar Kendrick, pe
“Kau tahu alasan mengapa aku mengunci pintu?” Lily menggeleng, gadis itu melangkah mundur dengan perlahan sesuai dengan langkah Kendrick yang semakin mendekat. “Alasan yang pertama karena aku ingin tahu apa yang kau takutkan dariku.” “Sekarang hentikanlah langkahmu agar aku bisa mendekat.” Mata gadis berambut merah itu mulai berkaca-kaca. Dia menggeleng kembali pada Kendrick. Di belakangnya terasa seperti ada yang menahan hingga dia tak bisa mundur lagi. Menoleh ke belakang, ternyata itu meja kerja Kendrick. Tanpa berbasa-basi lagi, Kendrick meraih tangan gadis itu. “Akh!” “Lepaskan! Lepaskan!” teriak Lily sambil memukul-mukul tangan Kendrick. Bahkan teriakannya itu terdengar sampai ke luar ruangan. Saat itu di luar ruangan ada Liza yang tak sengaja melewati kamar itu. Langkahnya langsung berhenti di depan pintu ketika dia mendengar teriakan itu. “Itu suaranya Lily?” Saat menyadarinya, Liza menutup mulutnya yang ternganga dan matanya sedikit membelalak. “Ngapain mereka di d