Malam Pertama dengan Tetangga

Malam Pertama dengan Tetangga

Oleh:  Bintang Senja  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
25Bab
38.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rania terpaksa menikah dengan Reza gara-gara calon suaminya kabur. Awalnya Rania menolak karena keduanya bersahabat sudah lama, dan pernah berjanji untuk tidak saling mencintai. Namun karena keadaan yang memaksa mereka untuk menikah. Hari-hari mereka lalui bersama bagaikan kucing dengan tikus yang tak pernah akur. Namun saat rasa cinta mulai tumbuh, di antara mereka berdua, tiba-tiba Evan datang kembali dan meminta Reza untuk melepaskan Rania. Akankah Rania memilih Evan dan kembali padanya. Atau justru tetap bertahan dan membuka hati untuk Reza?

Lihat lebih banyak
Malam Pertama dengan Tetangga Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
b_lily04
Ringan untuk dibaca. Ga menguras emosi karena bibit pelakor udah terhempas duluan. Konfliknya juga ga berat. Happy ending .... Sukses buat author.
2022-09-20 17:36:29
1
user avatar
Eka Handayani
Cerita ny ringan g trll bnyk konflik
2022-09-15 07:43:50
2
user avatar
Anis Marlina
bagus ceritanya
2022-08-18 14:14:31
1
25 Bab
Drama Malam Pertama
"Za pelan-pelan dong nyabutnya, sakit tahu." Rania meringis menahan sakit dan juga perih. "Iya, ini juga udah pelan. Kamu tahan dong," ujar Reza. Ia, melihat jika wanita yang baru ia nikahi pagi tadi, terus meringis kesakitan. "Ya ampun, Za. Jangan digoyang tambah sakit," kata Rania. Seketika Rania mencengkeram sprei, akibat rasa sakit yang luar biasa. "Biar mudah nyabutnya," sahut Reza. "Tapi sakit banget, Za. Tuh kan darahnya keluar," ujar Rania. "Sepreinya jadi kena darah, gimana dong," lanjutnya. "Enggak apa-apa, nanti kan bisa diganti," sahut Reza. "Tapi kamu yang ganti ya," pinta Rania. "Iya aku yang ganti, udah diam, aku cabut sekarang," ujar Reza. Sementara Rania hanya mengangguk. "Aaaaaaaa. Reza sakit!" teriak Rania. Sontak Reza terkejut mendengar teriakan istrinya itu, bukan hanya Reza orang yang ada di luar pun demikian. "Rania kamu kenapa? Reza kamu pelan-pelan dong, ingat itu anak orang." Hesti ibu mertua Rania menggedor pintu kamar putranya itu. "Iya, Ma. Mama
Baca selengkapnya
Gara-Gara Kecoa
Rania menutup matanya dengan kedua telapak tangan miliknya, sesekali ia mengintip dari sela-sela jarinya untuk melihat apakah Reza sudah memakai handuk itu kembali atau tidak. Sementara Reza yang panik langsung mengambil handuknya dan segera memakainya kembali. "Udah, buka matanya," titah Reza. Sebelum Rania benar-benar membuka matanya, ia mengintip terlebih dahulu melalui sela-sela jemarinya. "Atau mau lihat lagi," godanya. Detik itu juga mata Rania melotot. "Dasar mesum," cebiknya. Rania berusaha untuk bangkit, tetapi cukup kesulitan. "Butuh bantuan nggak." Reza mengulurkan tangan kanannya. Rania masih diam, gara-gara kejadian tadi kini mata sama otaknya telah ternoda. "Buruan, mumpung masih berlaku." Suara Reza mampu membuat Rania terkejut dan sadar dari lamunannya. "Nggak usah mikirin yang tadi, kalau mau lihat lagi juga boleh. Jangankan lihat, dipegang juga nggak apa-apa," ujar Reza. Detik itu juga mata Rania melotot. "Maksud aku fotonya, tuh otak jangan ngeres. Dasar pikt
Baca selengkapnya
Napas Buatan
"Meluknya udah apa belum." Suara Reza mampu membuat Rania membuka mata dan menyadari jika dirinya masih memeluk tubuh kekar lelaki yang kini telah sah menjadi suaminya. Buru-buru Rania bangkit lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah itu, Reza pun bangkit, pria berkemeja hitam itu tersenyum mengingat kejadian tadi. Rasanya seperti mendapatkan durian runtuh, tetapi tidak dengan Rania, wanita itu merasa malu. "Maaf, tadi aku kaget gara-gara ada kecoa," ujar Rania. "Nggak apa-apa, sering-sering aja seperti itu, justru aku yang seneng," sahut Reza, seketika mata Rania melotot. "Udah-udah, sekarang kalian sarapan dulu. Setelah ini Reza bawa Rania ke rumah sakit," titah Hesty. Setelah itu mereka bergegas menarik kursi untuk duduk. "Sebagai istri yang baik itu, mau melayani suaminya, entah itu di meja makan atau di kam .... ""Iya bawel, gini-gini aku juga tahu kok cara melayani suami." Rania memotong ucapan Reza, lalu dengan cekatan mengambil piring dan disisi dengan n
Baca selengkapnya
Rezeki Nomplok
Malam harinya, usai makan malam Rania memilih untuk istirahat di kamar. Tiba-tiba ia teringat kado dari para sahabatnya saat menikah. Ia belum sempat membukanya karena menurut Rania itu tidak penting. "Aku buka nggak ya," ucap Rania seraya melihat tumpukan kado yang tertata di lemari. Rania memang membawa semua kado tersebut ke rumah Reza. "Aku penasaran isi kado dari Lina," gumamnya. Setelah itu Rania mengambil kado yang dari Lina. "Awas aja kalau isinya barang aneh." Rania mulai membuka kertas yang membungkus kado tersebut. Setelah terbuka, Rania terkejut saat melihat isinya. "Astagfirullah, Lina benar-benar ya. Untuk apa sih dia ngasih kaya ginian, kurang .... ""Kurang banyak ngasihnya, tenang saja nanti aku belikan lagi." Suara yang tidak asing bagi Rania, membuat wanita itu menoleh. "Reza, apaan sih." Rania melempar kado yang Lina berikan. Sebuah benda yang biasa digunakan oleh pasangan suami istri. "Kok dibuang sih, mubazir tahu." Reza menjatuhkan bobotnya di sebelah istr
Baca selengkapnya
Cicak Pembawa Berkah
Plak, buk. Rania memukul lengan dan juga hidung Reza. Detik itu juga Reza memegangi hidungnya, beruntung tidak mengeluarkan darah. Entah kenapa Rania selalu seperti itu saat dekat dengan Reza, padahal mereka sudah sah menjadi suami istri. "Kasar banget jadi cewek, aku kutuk jadi istri penurut baru tahu rasa," ujar Reza seraya mengusap hidungnya yang masih terasa sakit. "Salah kamu sendiri, kenapa ... aaa." Rania kembali menjerit saat mendengar petir. Bukan itu saja, Rania juga memeluk tubuh Reza seperti sebelumnya. "Tuh kan, yang meluk dulu siapa," sindirnya. Seketika Rania terdiam, lalu membuka matanya. Detik itu juga Rania melepas pelukannya. "Maaf, itu reflek. Bukan kesengajaan," kata Rania pelan. Raut wajahnya sudah memerah, karena malu. "Nggak apa-apa kok, rezeki nomplok nggak bakal ditolak," sahut Reza. Rania melotot mendengar hal itu, seolah-olah Reza menggunakan kesempatan dalam kesempitan. "Nggak usah melotot kaya gitu, nanti itu biji mata jatuh siapa juga yang repot,"
Baca selengkapnya
Heboh Seisi Rumah
Reza terus merem melek melihat pemandangan tak biasa di depan mata. Susah payah ia mengendalikan diri agar tidak terbawa oleh nafsu. Sementara itu, Rania masih pada posisinya, rasa takut dan geli pada cicak membuat Rania melupakan rasa malunya. "Mau sampai kapan seperti ini terus, Ran? Cicak udah pergi. Aku sih nggak keberatan justru .... " Reza menghentikan ucapannya saat Rania menyentil bibirnya. "Kalau bukan karena cicak aku juga nggak bakal kaya gini." Perlahan Rania turun dari tubuh suaminya."Buruan pakai baju, jangan memancingku, jika tidak ingin aku khilaf," ucap Reza. Tanpa pikir panjang Rania mengambil pakaian dan masuk ke dalam kamar mandi. Dua puluh menit kemudian, keduanya sudah berada di meja makan untuk sarapan pagi bersama. Rania terlihat cantik mengenakan seragam kerjanya, hanya saja Reza sedikit risih dengan rok hitam di atas lutut yang Rania pakai. "Ran, emang nggak ada rok yang lebih panjang gitu. Aku risih lihat kamu pakai rok sependek itu," ungkap Reza sembar
Baca selengkapnya
Rencana Honeymoon
Rania bergegas menuju lemari untuk mengambil pakaian, sementara itu Reza memilih untuk mandi terlebih dahulu. Usai mandi dan berpakaian, kini keduanya segera turun untuk makan malam bersama. "Reza, Rania, kapan kalian pergi honeymoon?" tanya Hesty. Mendengar hal itu membuat Rania tersedak. Uhuk, uhuk, dengan cepat Reza memberinya segelas air putih. Rania langsung menerimanya, lalu meneguknya. Sementara itu Hesty terlihat khawatir melihat menantu kesayangannya itu sampai tersedak. "Rania kamu baik-baik saja kan?" tanya Hesty. "Aku nggak apa-apa kok, Ma." Rania menggelengkan kepalanya. "Mama sih nanyanya aneh-aneh," timpal Irwan. "Ya nggak aneh lah, Pa. Kan biar kita cepat dapat cucu," sahut Hesty seraya memukul lengan suaminya itu. "Apa tidak terlalu cepat, Ma? Umur mereka saja masih muda," kata Irwan. Kemudian Hesty menatap putra dan menantunya secara bergantian. "Rania apa kamu belum siap untuk pergi honeymoon?" tanya Hesty dengan lembut. "Hah, aku ... em, aku .... ""Kami s
Baca selengkapnya
Butuh Tapi Gengsi
"Berhenti, Za. Aku nggak kuat lagi," ucap Rania seraya mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Keduanya berhenti di sebuah jalan yang cukup sepi, Reza menyapu pandangannya ke sekeliling, ia khawatir jika mereka masih mengejar. Entah kenapa Reza merasa ada yang aneh dan juga janggal. "Mereka sudah tidak mengejar kita," kata Reza seraya bernapas lega."Iya, Za." Rania mengangguk. Reza menatap wajah Rania yang basah oleh keringat. "Kamu capek?" tanya Reza. Sementara Rania hanya mengangguk. "Ya udah kita pulang sekarang," kata Reza. "Ish, aku pikir sini aku gendong. Nggak tahunnya cuma ngajak pulang." Rania ngedumel, gara-gara kesal dengan jawaban yang Reza berikan. "Emang mau digendong," tawarnya. Sontak Rania terkejut, ia pikir Reza tidak akan mendengarnya. "Enggak, aku bisa jalan sendiri," kata Rania seraya melangkahkan kakinya mendahului Reza. "Huh dasar, wanita memang selalu begitu, gengsinya kegedean," gerutunya. Reza bergegas mengikuti langkah istrinya itu. Setelah cukup lama
Baca selengkapnya
Akibat Nonton Drama Korea
Reza yang baru selesai mandi bergegas keluar dari kamar mandi. Rania semakin panik saat melihat Reza yang baru saja selesai mandi. Pikiran Rania benar-benar sudah travelling, ia khawatir jika Reza telah merenggut haknya tanpa izin darinya. "Kenapa." Reza berjalan mendekati Rania. "Semalam kamu ngapain, kenapa kamu melakukannya tanpa seizin dariku," tuduh Rania. Rasanya ia ingin menelan hidup-hidup lelaki yang ada di hadapannya itu. Reza mengerutkan keningnya. "Melakukan apa? Aku nggak ngerti maksud kamu apa.""Jangan pura-pura nggak tahu, bajuku lepas itu semua gara-gara kamu kan. Kamu sudah mengambil .... "Reza tertawa. "Oh jadi itu masalahnya, aku pikir ada apa.""Reza kamu harus tanggung jawab," ujar Rania yang masih emosi. "Tanggung jawab apa, wong kita aja udah nikah. Lagian semalam baju kamu basah, kalau nggak dilepas yang ada kamu masuk angin. Yang penting bungkusnya kan masih ada." Reza menjelaskan. Rania melongo saat mendengar penjelasan dari suaminya itu. Kemudian Rani
Baca selengkapnya
Cemburu Berujung Malu
Reza membuka kaca mobil, dan ternyata dua orang polisi berdiri di sebelah mobil. Jujur, Rania merasa takut dan juga panik, sementara Reza berusaha untuk tetap bersikap tenang. Toh mereka tidak melakukan pelanggaran atau kesalahan. "Selamat malam, apa yang sedang kalian lakukan malam-malam di sini?" tanya pak polisi. "Mobil saya mogok, Pak. Itu sebabnya kami berhenti di sini," jawab Reza. Polisi itu terdiam sejenak. "Kalian bukan pasangan mesum kan.""Bukan lah, Pak. Kami pasangan suami istri." Reza merangkul pundak istrinya, hal tersebut membuat Rania sedikit terkejut. "Ita, Pak. Kami pasangan suami istri," tambahnya. Rania khawatir jika nanti pak polisi itu menangkapnya. "Bisa tunjukkan buku nikah kalian," ujar pak polisi. Reza dan Rania saling pandang. "Ran kamu bawa nggak?" tanya Reza. "Kayaknya enggak, aku simpan di rumah," jawab Rania. "Sebentar, Pak. Ini buktinya kalau kita pasangan suami istri." Reza menunjukkan foto pernikahan mereka, saat proses ijab kabul. Beruntung
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status