GAIRAH CINTA ROOSJE
Penulis : David Khanz
Bagian 40
—---- o0o —----
"Ternyata benar adanya dugaan saya sebelumnya, Mang," kata Hanan selagi berada di perjalanan menuju rumah dari kediaman Kang Juna tadi. "Tuan Guus melakukan serangkaian tindakan licik untuk menghancurkan usaha perkebunan Ayah, dulu."
Mang Dirman terdiam sembari fokus menjalankan sado. Tanpa diungkapkan pun, lelaki tua itu sebenarnya sudah tahu mengenai itu jauh-jauh hari. Tanpa sepengetahuan Hanan, lelaki tua ini sering meringis sambil memegangi dada.
"Tapi … entah apa maksudnya dia harus
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 41—---- o0o —----Mang Dirman ditemukan di area istal dalam keadaan pingsan. Lekas Hanan memeriksa begitu melihatnya tergeletak, meraba denyut nadi serta pernapasan. 'Ah, rupanya … hanya tidak sadarkan diri,' gumam anak muda tersebut. 'Tapi … apa ini akibat perkelahiannya tadi siang dengan Ki Praja? Ya, Allah! Aku harus memeriksanya dengan lebih cermat."Perlahan-lahan tubuh Mang Dirman dipindahkan ke tempat yang lebih bersih
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 42—---- o0o —----"Waar ben je geweest, Papa?" tanya Roosje begitu ayahnya, Tuan Guus, tiba kembali di rumah bersama Ki Praja. "Aku mencari-cari Papa dari tadi."(Dari mana saja, Papa?)Lelaki bertubuh tinggi besar itu baru saja menuruni sado dan langsung disambut anak gadisnya. Dia melirik sejenak pada Ki Praja, seperti meminta agar kusir tua tersebut tidak ikut berkata-kata. Lantas dia menjawab dengan suara datar, "Papa ada se
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 43—---- o0o —----Setengah jam lebih, Koen berjaga-jaga di depan pintu ruangan kerja Tuan Guus. Lelaki muda berambut kemerahan itu —sebentar-sebentar— mondar-mandir di sana sambil sesekali melihat-lihat ke arah dimana Dasimah dan majikannya saat itu sedang berada.Sampai suatu ketika, Koen berniat hendak mengambil minuman ke ruangan lain, tiba-tiba terdengar derit daun pintu dari arah belakang."Nyai …." desis laki-laki itu seraya berbalik arah, memburu sosok Dasimah yang baru keluar dari ruanga
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 44—---- o0o —----Sementara itu di kediaman Bunga dan Ki Sendang Waruk, sepeninggal Hanan dan Mang Dirman kembali pulang pada jelang di waktu akhir petang tersebut, kedua uwak dan keponakan itu bergegas masuk dan menutup pintu rumah rapat-rapat. Kemudian gadis cantik itu duduk di kursi kayu tua berbantalkan anyaman akar rotan. Sesekali terdengar dengkus napas yang menandakan bahwa dia tengah memendam rasa gundah gulana."Ada apalagi, Nèng?" tanya Ki Sendang Waruk begitu memperhatikan raut wajah keponakannya. "Jangan terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak. Tenangka
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 45—---- o0o —----Wuusshhh!Tiba-tiba seperti ada tiupan angin melewati Bunga dengan cepat. Disusul suara menggeprak beberapa kali, laksana hantaman rotan kering pada sebuah dahan kayu.Set! Prak! Prak!"Ciiaakkk! Ciiaakkk! Ciiaakkk!"Pekik itu kembali menggema hebat. Hanya saja, kali ini terdengar berbeda dari sebelumnya."Hiaaatt
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 46—---- o0o —----Keesokannya, seperempat jam sebelum tiba masa di tengah hari, sebuah sado berhenti di halaman kediaman Juragan Sumiarsih. Tiga sosok segera turun dari atas kendaraan berkuda tersebut, antara lain; Tuan Guus, Roosje, serta Gert. Sementara Ki Praja memilih untuk tetap menunggu.Hanan dan Juragan Sumiarsih datang menyambut begitu mendengar suara ringkik kuda di luar rumah."Selamat datang di rumah kami, Tuan-tuan dan Nona," sapa Hanan seraya membungkukkan badan diikuti oleh ibunya.Tuan Guus tersenyum-senyum. Apalagi begitu melihat sosok Juragan Sumiarsih yang berdiri —persis— di samping anaknya, Hanan."Terima kasih, Anak Muda," balas laki-laki bertubuh tinggi besar tersebut ramah. Tidak seperti biasanya. "Terima kasih juga pada kamu orang, Sumiarsih, atas kesediaan kamu orang untuk menerima saya en ini Roos anak perempuan saya." Dia menunjuk pada sosok Roosje. "Roos … ini Mama dari itu Hanan anak muda.""Selamat berjum
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 47—---- o0o —----Usai duduk berkumpul di ruangan depan dan berbasa-basi seperti biasa, perbincangan selanjutnya disampaikan oleh Tuan Guus kepada Juragan Sumiarsih dan Hanan, terkait kejadian antara Ki Praja dengan Mang Dirman kemarin siang."Uummhhh, saya orang pikir itu hanya sebuah kesalahpahaman dan urusan pribadi mereka orang berdua," pungkas lelaki Belanda tersebut di akhir penuturan. "Tapi … saya orang, meminta maaf atas kejadian itu siang kemarin. Kami orang berharap, pihak kalian orang bersedia untuk memaafkan kami kesalahan itu orang Ki Praja."Hanan dan ibunya sejenak saling berpandangan, lantas melempar senyum pada Tuan Guus dan Nona Roosje. "Jauh sebelum Tuan Guus datang bertamu pun, kami sudah memaklumi dan memaafkan kejadian itu, Tuan-Nona," kata anak muda tersebut, mewakili dari pihak keluarga dan Mang Dirman sendiri. "Kami juga memohon maaf karenanya. Saya dan Ibu saya, sudah membicarakan tentang hal terkait kejadian
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 48—---- o0o —----Sepeninggal rombongan Tuan Guus dan Nona Roosje, dua sosok yang sedang bersembunyi di balik semak-semak pun keluar. Sebentar mereka memutar kepala ke empat penjuru arah untuk memastikan keamanan, lantas perlahan-lahan bangkit sambil menepuk-nepuk pakaian dari semut-semut yang mengerubungi."Huh, kalau saja bukan karena si Jahanam Belanda itu, kita tidak ingin berada di sini sejak pertama kali datang," rutuk salah satu dari dua sosok tersebut menggerutu. Dia tidak lain adalah Ki Sendang Waruk."Sudahlah, Wak," timpal seorang lagi yang merupakan Bunga, keponakannya. "Ayo, sekarang kita masuk saja ke rumah Juragan Sumiarsih." Dia menyeka keringat dan menatap ke atas sejenak. "Hari sudah siang dan panas sekali di sini."Mulut Ki Sendang Waruk bergerak-gerak. Mengomel sendiri tanpa suara, kecuali decak kesal yang sedari tadi dia tahan."Lama sekali mereka