Beranda / Romansa / Gairah Cinta Yang Berdosa / Bab 4. Dia Charles Langston

Share

Bab 4. Dia Charles Langston

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-30 03:55:17

Otak Cecilia menjadi blank di kala melihat sosok pria yang harusnya tak dia temui lagi, tapi ternyata ada di dekatnya. Matanya sampai melebar menunjukkan keterkejutan. Lidahnya mendada kelu, tak mampu merangkai kata sedikit pun. Apalagi di kala pria itu menyapanya, tidak ada yang bisa dia katakan. Semua di pikirannya seakan kacau.

Cecilia tampak duduk dengan gelisah, bercampur dengan rasa ketakutan. Matanya sampai berkedip beberapa kali, guna memastikan bahwa semua yang dia lihat ini adalah ilusi semata, tetapi sialnya ketika mata kembali terbuka setelah beberapa kali berkedip, ternyata ini semua adalah nyata, bukan ilusi.

What the fuck? Kenapa pria itu di sini!  Cecilia menjerit dalam hati, merutuki nasibnya yang sial.

Ya, kemunculan pria yang menghabiskan malam panas dengannya kemarin benar-benar membuat tubuhnya panas dingin. Panas saat ingat setiap sentuhan pria itu yang memabukkan. Dingin karena rasa gugup yang kian pekat serta rasa takut yang terus merayap.

Cecilia ingin beranjak meninggalkan ruang rapat itu, tetapi dia sadar bahwa dia tak bisa melakukan itu. Ancaman sialan Evan, membuatnya tak berkutik. Dia bagaikan terkurung di dalam jeruji besi yang pintunya bahkan bisa terbuka. Hanya saja, dia belum bisa melarikan diri untuk sekarang ini. Entah, bagaimana dengan selanjutnya, karena kontrak kerja sialan yang dia tanda tangani adalah dia harus mengabdi di perusahaan mantan tunangannya minimal lima tahun. Ini memang sudah gila.

“Sebelumnya, aku ingin memperkenalkan seorang penting kepada kalian.” Evan berdiri, menatap tamu yang dia nantikan. Tampak aura wibawa begitu kental di wajahnya.

Semua orang menatap sopan Evan, menunggu Evan melanjutkan ucapan.

“Sosok yang baru datang adalah sosok yang penting. Beliau merupakan salah satu pemegang saham yang baru sekarang ini dapat mengikuti rapat. Beliau cukup lama meninggalkan London, menetap tinggal di Tuscany. Tentu momen kedatanganya sangat dinantikan.  Merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya karena hari ini beliau dapat muncul di tengah-tengah kita,” kata Evan dengan senyuman lebar di akhir. Tutur katanya penuh oleh kesan bahagia. Membuat banyak orang mulai merasa tertarik pada sosok yang dimaksud.

Kemudian, Evan mengarahkan telapak tangan kanannya untuk menunjuk sebuah arah. Tampak jelas Cecilia terkejut begitu dirinya menjadi pusat perhatian. Namun, tidak, bukan dia. Sebab, pria yang duduk di sampingnya tiba-tiba berdiri.

“Paman Charles Langston, salah satu pemegang saham sekaligus pamanku. Beliau adalah adik kandung ayahku yang sudah lama meninggalkan Londin,” ujar Evan mengumumkan. Dia terang-terangan mengumumkan ikatan saudara dengan pria yang berdiri itu.

Cecilia sontak mengangkat pandangan dengan jantung serasa berhenti berdetak. P–paman ...? Apa aku salah dengar? batinnya, tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.

“Paman Charles, terima kasih telah menghadiri rapat, padahal aku mendapatkan informasi bahwa Paman baru saja kembali dari Tuscany.” Evan berbicara dengan nada ramah. Hanya ditanggapi senyuman lebar dan anggukan singkat oleh Charles. “Paman Charles, mungkin ada tambahan untuk perkenalan dirimu?” tanyanya penuh rasa hormat, dan sopan.

“Tidak ada.” Charles menjawab singkat.

Suaranya yang berat dan bernada tegas itu seketika membuat Cecilia membeku kaku. Jantungnya berdentam-dentam hebat.

A–aku ... aku sudah bercinta dengan paman mantan tunanganku sendiri?

Keterkejutan itu tidak bisa ditutupi lagi di wajahnya. Cecilia terlalu terkejut sampai tidak bisa cepat-cepat menguasai diri. Sekarang dia sibuk mengembalikan fungsi tubuhnya yang sempat membeku saat mendengar fakta mengejutkan itu.

Ti–tidak mungkin .... Bagaimana bisa?

Cecilia mencoba menelan ludah, tetapi rasanya teramat susah. Kedua matanya yang membola bahkan sulit untuk mengedip. Tubuhnya sudah gemetar kecil di kursinya. Mendadak dia seperti duduk di atas gunung berapi aktif yang sewaktu-waktu bisa meledak dengan dahsyat. Menghancurkannya.

Charles menyadari kegugupan hebat yang dialami Cecilia. Ekor matanya bisa melihat bagaimana wanita itu seperti akan mati sekarat. Sejak tadi, pria tampan itu bahkan diam-diam terus mengamati gerak-gerik wanita yang duduk di sampingnya. Sebuah pemandangan yang menarik.

Setelah perkenalan singkat itu, Evan kemudian menyuruh Charles untuk duduk kembali. Charles duduk tanpa banyak kata. Dia sedikit merapikan jas, berdeham pelan. Namun, jelas itu untuk menegur Cecilia dan menyadarkan wanita tersebut dari keterkejutan.

Di depan, Evan lanjut berbicara beberapa patah kata. Sementara Cecilia tak terlalu mendengar karena sekarang dia benar-benar sangat ketakutan. Bahkan, untuk menarik satu helaan napas pun rasanya sulit.

Charles, pria yang sejak tadi menguarkan aura intimidasi, sekarang benar-benar seperti akan membunuhnya. Membunuhnya dengan fakta memalukan yang terjadi di antara mereka.

“Untuk mendukung rencana itu, saya secara resmi menunjuk direktur marketing kita, Cecilia Moreau, sebagai penanggung jawab utama atas strategy marketing kita yang baru untuk brand fashion yang sekarang kita fokuskan. Tentu kredibilitas dan kinerja Nona Moreau menjadi pertimbangan terkuat sehingga saya mengambil keputusan ini. Kemudian, saya menunjuk Berta Stone sebagai asisten untuk membantu Cecilia.”

Pengumuman Evan berikutnya membuat Cecilia nyaris serangan jantung. Keterkejutannya akan fakta bahwa Charles adalah paman Evan bahkan belum surut, sekarang dia harus mendengar pernyataan Evan bahwa dirinya harus menjadi penanggung jawab utama, dengan Bertha berperan sebagai asisten.

Oh, astaga. Adakah kejutan hari ini yang lebih buruk dari ini?

Wajah Cecilia merah padam dengan cepat, terlebih saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Bertha. Mantan sahabatnya itu tampak melontarkan tatapan menantang yang membuat Cecilia ingin menggebrak meja.

“Aku sangat menantikan kinerjamu yang maksimal dan memuaskan, Cecilia,” bisik sebuah suara berat tepat di telinga kiri Cecilia. Mengalihkan perhatian wanita itu.

Cecilia setengah membanting wajah dan menatap nyalang pada Charles. Ketakutan, keterkejutan, dan amarah menyatu dalam sepasang matanya. Hal itu justru diperparah saat melihat seringai miring di wajah Charles.

“Aku yakin, kau tahu cara melakukan yang terbaik.” Charles melanjutkan, masih dengan bisikan nakalnya.

Cecilia berjengit tanpa suara. Tangannya menjadi gemetar ketakutan. Namun, dia berusaha untuk sekuat mungkin tetap tenang. Tampak dia secara otomatis melemparkan tatapan peringatan pada Charles, sedangkan pria itu hanya membalas dengan tatapan menunjukkan seolah penuh kemenangan.  

Charles Langston sepertinya tidak punya niat untuk menyimak lebih dalam pada apa yang diucapkan keponakannya. Sepanjang waktu sisa rapat, pria tampan itu hanya terus menatap Cecilia yang tampak panik. Wajah panik wanita itu membuatnya benar-benar gemas. Namun, justrudia senang melihat Cecilia panik dan ketakutan setengah mati.

Rapat akhirnya selesai dan Cecilia merasa tubuhnya masih terlalu tegang untuk bergerak. Padahal dia ingin cepat-cepat meninggalkan ruangan, membebaskan diri dengan menghirup udara segar sebanyak yang paru-parunya bisa. Sebab, sejak tadi dia banyak menahan napas.

Terpaksa mengikuti rapat dan mendapatkan mandat dadakan dari Evan yang membuatnya mau tidak mau harus bekerja sama dengan Bertha. Kemudian, Charles yang tidak berhenti menatapnya benar-benar membuatnya ingin menangis kencang saking emosi.

Ruangan mulai lengang setelah satu per satu peserta rapat keluar sambil berbincang santai. Ada yang hanya basa-basi, ada juga yang lanjut membahas salah satu topik di dalam rapat. Evan juga pergi dengan Bertha. Mereka terlihat berbincang membahas rapat karena Bertha terdengar meminta saran. Padahal Cecilia paham bahwa wanita ular itu sedang memancing Evan untuk mendapatkan sedikit kemesraan terselubung.

Ketika benar-benar hanya tersisa dirinya sendiri di dalam ruangan, satu tarikan napas panjang mengawali runtuhnya pertahanan diri Cecilia. Tubuhnya gemetar pelan di kursi yang masih diduduki. Terlalu tegang karena sejak tadi mati-matian menahan gejolak emosi yang kian bertumpuk-tumpuk. Beragam ketakutan mulai melingkupi, membatasi ruang geraknya.

Jangan sampai kejadian malam itu bocor ..., batin Cecilia sambil mencoba berpegangan ke kursi, berusaha untuk bangkit berdiri. Dadanya masih teramat sesak, dia kesulitan mengambil napas karena semua gejolak itu belum juga redam.

Setelah berhasil berdiri dengan imbang, Cecilia mengambil langkah pertama untuk segera meninggalkan ruangan. Langkahnya tertatih-tatih. Dia ingin pergi ke tempat terbuka, untuk membebaskan paru-parunya dan melepaskan beban di dadanya.

Setelah berjalan terseok-seok, Cecilia akhirnya berhenti di sebuah lorong yang sepi. Tubuhnya segera merapat ke ceruk dinding yang cukup baik untuk menyembunyikan dirinya dari tatapan orang-orang lewat.

Cecilia luruh untuk kedua kali. Paru-parunya mengambil napas dengan rakus. Tubuhnya masih gemetar hebat.

Ini gila. Ini sungguh neraka! Cecilia membatin dengan kalap. Bagaimana bisa aku berada di satu ruangan dengan orang-orang berengsek itu? Dia mengatur napas yang berembus keras. Paru-parunya belum berfungsi dengan baik. Takut. Gugup. Marah. Semua perasaan itu membuat tubuhnya panas dingin.

 Fakta bahwa aku bercinta dengan paman mantan tunanganku sendiri benar-benar membuatku nyaris gila detik ini juga! Cecilia tidak ketinggalan mengumpati dirinya sendiri yang sudah bertindak bodoh dan ceroboh. Oh, astaga. Aku memang sudah gila.

Dia mengusap kasar wajahnya berkali-kali, sampai rambutnya nyaris kusut. Rasa putus asa kesal dan emosi pada dirinya sendiri, membuatnya benar-benar tak bisa terkendalikan.

“Tidak baik menggosok wajahmu dengan sekasar itu. Nanti kau terluka.”

Cecilia memekik tertahan, kontan menegakkan tubuh begitu mendengar suara yang familier itu. Serak dan berat. Mendadak dia ingat bagaimana pria itu mendesahkan namanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 15. Interogasi yang Mengintimidasi

    Pagi menyapa. Cecilia tengah fokus menatap ke layar MacBook, menyelesaikan satu demi satu pekerjaan, saat seseorang tiba-tiba masuk ke ruangannya. Cukup dari aroma yang familier, wanita itu memutuskan tidak mendongak untuk memeriksa siapa yang datang.“Sayang, kemarin kau ke mana? Kenapa kau tiba-tiba memutuskan sambungan teleponku?” Evan muncul dan langsung melayangkan dua kalimat tanya dengan nada sedikit kencang. Dia lalu berhenti di depan meja kerja Cecilia, berdiri sembari memandang penuh pada wanita yang tengah duduk itu.Hari ini Cecilia tampak cantik dengan setelan hitam-hitamnya yang menguarkan kesan misterius tetapi kharismatik. Dia memakai celana kain sepaha, dipadukan dengan dalaman berupa kaus putih polos pendek, dan jas hitam kebesaran yang menutupi tubuh proporsionalnya. Kemudian, dia juga memakai jam tangan berdesain simpel warna hitam, melingkar lembut di tangan kecilnya yang putih. Rambut pirangnya dibiarkan tergerai indah, menelusuri lekuk pundaknya yang kecil tetap

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 14. Gairah Liar yang Terbakar

    Entah apa yang membuat dirinya benar-benar sudah tidak waras. Cecilia perlahan tenggelam dalam lautan hasrat yang mulai menggelegak, mulai pasrah dengan sentuhan-sentuhan panas dari tangan nakal Charles yang tidak bisa diam.Kedua telinganya bahkan terus mendengar bagaimana suara berat pria tampan itu tidak henti membisikkan kata-kata atau hanya embusan napas berat—yang sialnya justru memantik hasrat. Membuat tubuhnya kian memanas dengan gelenyar aneh yang mendesak. Seolah-olah mencari sesuatu untuk melampiaskan.Cecilia nyaris pasrah seutuhnya begitu tiba-tiba saja merasakan tangan Charles meraba ke bokongnya. Gerakan menggoda itu dalam sekejap membekukan tubuhnya.“Damn, bokongmu sangat indah,” bisik Charles dengan suara rendahnya. Dia lalu lanjut membenamkan bibir di sekitar leher Cecilia, memberi sentuhan-sentuhan panas yang kurang memuaskan. Sial sekali. Dia ingin menggigit leher itu dengan panas, meninggalkan banyak jejak yang pasti indah untuk dilihat. Sayangnya, dia tidak bisa

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 13. Sentuhan yang Tak Bisa Ditolak

    Cecilia memandangi lima paper bag yang satu jam lalu diantarkan ke apartemennya oleh beberapa pekerja butik, bersama sebuah gaun yang dikemas khusus. Salah satu dari mereka juga mengantarkan pesan dari orang yang mengirim semua barang ini, bahwa Cecilia harus memakai semua benda tanpa kurang satu pun. Kalau ada yang tertinggal, akan ada konsekuensinya.Oh, jelas itu ulah Charles. Charles yang mengirim semua ini padanya, untuk dikenakannya dalam agenda makan malamnya dengan Cecilia. Ya, ini memang sudah gila. Cecilia terpaksa menerima ajakan makan malam bersama Charles, karena jika tidak, dia khawatir malapetaka akan datang.Cecilia tidak mau ambil risiko. Rahasia besarnya ada di tangan Charles. Sialan memang. Dia membenci ini semua. Namun, apa yang harus dia lakukan? Kejadian malam itu membuatnya seakan-akan telah memiliki ikatan dengan paman dari mantan tunangannya. Ikatan yang tak pernah sama sekali terbayangkan.Sekarang, Cecilia mendadak pening. Dia memijit pelipis sembari mengatu

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 12. Berada dalam Pilihan Sulit

    Evan sedang duduk di kursi kerjanya dan fokus memandangi layar MacBook, memeriksa segala laporan pekerjaan. Namun, tiba-tiba saja keheningan ruangannya dipecah oleh teriakan seorang wanita.“Sayang!” Bertha berteriak sembari berjalan cepat untuk menghampiri Evan. Tampilan wanita itu tampak kacau, tidak secantik dan serapi biasanya.Evan membulatkan mata, seketika berdiri, dan buru-buru menutup rapat pintu bahkan menguncinya. “Ssst! Pelankan suaramu, Sayang. Bagaimana kalau ada orang lain yang mendengar?” tegurnya dengan nada panik. Dia segera kembali melangkah untuk menghampiri wanita itu.Namun, Bertha tengah emosi. Dia tidak mau mendengar kalimat apa pun dari Evan, kecuali bujukan manis. Di tangannya sudah ada tas cokelat tua yang dibelikan Evan, yang sudah rusak karena digunting habis-habisan oleh Cecilia.“Lihat, tunanganmu menghancurkan tasku!” adu Bertha sembari setengah melempar tas itu ke meja kerja Evan.Kedua mata Evan membulat melihat tas mahal yang baru kemarin dia pesan l

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 11. Pembalasan

    “Kalian tahu, tas ini limited edition dan diimpor langsung dari Prancis. Kekasihku benar-benar orang yang sangat mengerti dan menyayangiku. Well, aku ini memang wanita sangat beruntung, kan?”Cecilia mempertahankan wajah datarnya begitu lewat di depan kerumunan beberapa karyawan wanita, dengan Bertha sebagai pusatnya. Wanita ular itu baru saja berbicara dengan nada lebih kencang. Seolah-olah memang sengaja agar didengarnya.Untuk meladeni itu, Cecilia berhenti melangkah dan pura-pura menikmati kopi di gelasnya yang masih mengepulkan uap. Matanya memandang penuh pada Bertha. Wanita itu justru tampak kesenangan.“Pesona wanita cantik memang mampu menaklukkan hati pria mana pun,” imbuh Bertha diakhiri senyuman lebar yang terkesan sinis.Cecilia menyeruput kopinya dengan gerakan menikmati. Benar-benar mendapat tontonan seru di pagi hari. Walau sebenarnya percakapan itu sangat memuakan di telinganya.“Asal kalian tahu. Kekasihku itu rela membuang kekasih lamanya untuk mengejarku habis-hab

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 10. Main Api

    Cecilia nyaris tidak bisa mendengar semua ucapan panik Lena yang kini terus berada di sampingnya sembari memegangi tangannya dengan erat. Seolah-olah wanita paruh baya itu begitu takut akan kehilangan.“Mommy, aku sudah tidak apa-apa,” kata Cecilia menenangkan. Lagi pula, kondisinya memang sudah lebih baik sekarang, setelah mendapat penanganan cepat dari para pelayan yang diperintahkan oleh Lena. Lena bahkan memaksanya untuk diperiksa dokter keluarga.Sekarang, Cecilia sudah duduk di ranjang di salah satu kamar tamu yang biasa dia tempati jika berkunjung ke mansion keluarga Langston. Pakaiannya sudah berganti dengan baju baru yang hangat. Evan, Bertha, Lena, dan beberapa pelayan masih ada di sekelilingnya.“Tapi, Mommy khawatir, Sayang. Kau yakin mau pulang? Tidak menginap di sini saja?” Lena menatap penuh harap dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Tangannya meraba lembut Cecilia yang duduk di ranjang itu.Cecilia menggenggam tengan Lena yang menyentuh pipinya. Kedua matanya menata

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status