Share

GLPM10

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 15:40:27

"Om Rey, apa keterlaluan jika aku menginginkan sebuah hubungan yang normal?" tanya Aura, "seperti layaknya sepasang kekasih. Bukan sekedar menghabiskan waktu di atas ranjang, tapi juga melakukan hal lain yang menyenangkan bersama."

Rey mengangguk-anggukkan kepalanya. Wajahnya terlihat serius menanggapi permintaan gadisnya.

"Baiklah, aku bisa menambahkan permintaanmu ke dalam surat perjanjian kita," sahutnya, "kita bisa nonton berdua, makan malam atau sekedar berkuda untuk saling mengenal. Aku akan menyisihkan waktuku untuk itu. Apa kamu menyukainya?"

Aura menarik sudut bibirnya, memamerkan seuĺas senyumannya yang indah, walau dalam otaknya masih tidak bisa memahami apa yang membuat lelaki yang nyaris sempurna seperti Rey Damarta tidak bisa mempercayai suatu hubungan dengan nama cinta.

"Sekarang tidurlah, ada banyak hal yang ingin aku tunjukkan padamu," perintahnya, "sementara orang kepercayaanku menambahkan permintaanmu pada poin tambahan dalam perjanjian itu, kita bisa mulai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
pikiran aura parno deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM77

    Aroma tumisan bawang putih dan kaldu ayam memenuhi dapur ketika langkah kecil terdengar mendekat. Aura tengah mengaduk sop jagung dalam panci ketika suara ceria gadis kecil memecah keheningan.“Tante Auraaa!”Aura menoleh cepat dan mendapati Vina berdiri di ambang pintu, mengenakan piyama bergambar kelinci, rambutnya masih acak-acakan, dan boneka Teddy setia di pelukannya.“Eh, Vina. Belum gosok gigi udah ke dapur?” Aura tersenyum.Vina mendekat, lalu memeluk kaki Aura dari samping. “Aku kira Tante Aura udah nggak di sini ... aku takut Tante Aura beneran pulang ke apartemen.”Aura mengelus kepala bocah itu dengan lembut. “Kemarin Tante cuma pulang sebentar, sayang. Sekarang Tante masak buat Vina, tuh. Mau bantu?”Vina menggeleng. “Aku nggak bisa masak. Aku cuma bisa makan.”Aura tertawa kecil. “Ya udah, duduk di kursi situ, ya. Jadi asisten masak juga penting.”Vina memanjat kursi kayu tinggi di sudut dapur. Lalu, dengan suara yang agak pelan tapi jelas, ia bertanya, “Tante Aura ... b

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM76

    Langkah Aura terhenti di lorong sempit antara dapur dan ruang ganti staf. Ia bersandar di dinding dingin, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih tak beraturan. Tangannya masih hangat karena baru saja memegang gelas susu untuk Vina, namun hatinya terasa dingin, seperti diguyur hujan tanpa peringatan.Ia mendengar semuanya. Kalimat jujur dari mulut Vina, pengakuan polos yang menyakitkan. Dan tanggapan Rey yang entah kenapa, justru membuatnya semakin sesak.Rey tahu ia mungkin bukan ayah kandung anak itu. Tapi ia tetap menerima. Tanpa drama. Tanpa marah. Tanpa memaksa siapa pun percaya padanya.Aura menunduk. Ia tahu betul bahwa dirinya telah terlalu banyak menghakimi, terlalu cepat menarik kesimpulan. Ia takut. Dan dalam ketakutan itu, ia memilih menjauh.Padahal, Rey tetap tinggal. Meski dibohongi. Meski tak tahu pasti. Meski ditinggalkan.Aura menatap tangannya yang kosong. Ia merasa kehilangan, entah apa. Mungkin kehilangan rasa marah yang biasa ia pegang kuat-kuat. Atau mun

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM75

    Pintu ruang istirahat setengah terbuka. Dari celahnya, Rey bisa mendengar suara Ega.“Lho, lho, lho ... itu keripik buat Om Ega kenapa lo embat semua, Detektif Vina? Perasaan tadi lo bilang udah kenyang nasi goreng tiga centong!”“Aku lagi lapar lagi,” jawab Vina polos sambil mengunyah.“Waduh! Ini namanya balita berkedok tukang demolisi dapur. Lo ini calon chef atau calon pemakan inventaris?” Ega pura-pura panik.Vina tertawa kecil. “Teddy juga lapar!”“Ya Tuhan ... bonekanya juga? Jangan-jangan dia juga nyolong sambel waktu di dapur tadi.”Vina mengangkat Teddy dan mengangguk mantap.“Fix! Kita perlu detoks sekeluarga. Teddy-nya, Vina-nya, Om Ega-nya,” gumam Ega, lalu menatap serius. “Eh ... tapi ngomong-ngomong ... kamu tadi bikin Chef Fendi hampir berubah jadi Godzilla, loh.”Vina menunduk. “Aku beneran nggak sengaja narik panci besinya, kok Om.”Ega duduk bersila di depan Vina, sambil menepuk-nepuk kepalanya sendiri. “Yah, nggak papa. Yang penting lo nggak narik kulkas. Soalnya k

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM74

    Arga mengangguk. “Bisa jadi itu hanya strategi sainganmu. Atau ... dia memang benar-benar sudah putus asa.”Rey mendengus. “Kalau dia cuma mau kabur, kenapa harus menyeret namaku?”“Karena ... mungkin dia tahu nama kamu cukup kuat buat jadi perisai,” sahut Arga setelah berpikir sekian detik.Rey mengusap wajahnya. Lalu bangkit dan melangkah keluar. “Aku harus bicara dengan anak itu. Langsung.”Dapur Seventy Eight Degrees meledak dalam kesibukan. Matahari yang semakin meninggi tak mampu meredam tekanan pesanan yang datang bertubi-tubi. Waktu menunjuk pukul sembilan lewat dua puluh tujuh menit, dan dalam waktu satu jam, tamu VVIP, kelompok besar undangan dari pesta ulang tahun sebuah perusahaan penerbitan di kota itu mulai berdatangan.Aura bergerak lincah dari satu sisi ke sisi lain dapur, menata piring, mengatur plating, mengecek stok bahan yang datang terlambat, sembari sesekali mengatur napas di tengah rasa panik yang tertahan.Namun segala konsentrasinya buyar ketika suara panci ja

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM73

    Setelah diam cukup lama di ambang kamar dengan tatapan kosong ke kartu nama Dini Agustin, Rey akhirnya meraih ponselnya. Dengan cepat ia mengetik sesuatu dan menekan panggilan.“Arga. Segera ke sini. Bawa laptop. Aku perlu kamu selidiki seseorang. Namanya Dini Agustin. Bukan cuma profil, aku butuh semua jejak digital dan riwayatnya. Siapa dia, apa pekerjaannya, siapa orang-orang di sekitarnya. Dan, kalau bisa, cari tahu siapa ayah dari anaknya.”Suara di ujung telepon terdengar hanya sepersekian detik memberi respons, sebelum Rey memutuskan panggilan dan menatap ke arah ruang makan. Vina masih duduk tenang. Gadis kecil itu terlihat sedang menyuapi potongan roti pada beruang lusuh yang dinamainya Teddy.Rey menarik napas panjang. Ia mendekati Vina perlahan.“Namamu siapa?” tanyanya sambil berjongkok hingga sejajar dengan mata si kecil.“Vina,” jawab gadis kecil itu ceria. “Namaku lengkapnya Lavina Aprilia.”“Lavina, ya. Nama yang cantik,” gumam Rey pelan. “Kamu umur berapa?”“Lima. Tap

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM72

    Pagi itu, sinar matahari belum sepenuhnya menyusup masuk ke balik tirai jendela, namun dapur rumah besar itu sudah terasa hangat oleh aroma tumisan bawang dan roti panggang. Aura berdiri di depan kompor, mengenakan apron bergambar wortel dengan rambut dikuncir asal-asalan. Di hadapannya, meja makan mulai tertata dengan rapi: telur orak-arik, tumis sayur, roti, mentega, jus jeruk, dan segelas susu hangat.Di kursi makan, duduk seorang gadis kecil mengenakan piyama bergambar kelinci. Boneka beruang lusuh digendong erat di pangkuannya. Sesekali ia mengangguk sendiri, berceloteh pelan seolah sedang berbincang dengan sang beruang.“Jadi, Teddy, kamu mau telur satu atau dua? Tapi jangan banyak-banyak ya, nanti perut kamu meletus,” katanya sambil terkikik.Aura menoleh sebentar dari kompor, senyum kecil muncul di wajahnya. Lalu segera kembali ke wajan, membalikkan telur dengan cekatan. Pikirannya masih kacau, tapi tangannya tetap bergerak otomatis seperti tahun-tahun yang ia habiskan di dapu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status