Beranda / Urban / Godaan Penghuni Kos Puteri / Laura Mencurigakan x Kekhawatiran Laura

Share

Laura Mencurigakan x Kekhawatiran Laura

Penulis: NomNom69
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-12 16:07:30

Keesokan harinya.

Pagi hari yang cerah seperti biasanya, namun terasa berbeda dengan pagi yang kemarin ia rasakan beberapa kali saat masih berada di rumah Rahma. Raga sedang menyapu halaman, ia menyisir setiap sudut halaman dan membersihkannya dari dedaunan kering yang berserakan di halaman. Tak lama suara langkah kaki dan sapaan menyapa Raga pagi itu.

"Pagi Kak, udah semangat aja nih pagi-pagi." Sapa Anita yang baru saja turun dari lantai dua hendak keluar kosan.

"Eh, Nita. Mau kemana?" Kata Raga sambil bertanya.

"Aku mau keluar bentar beli sarapan, Kak." Ucap Anita sambil menunjuk kearah depan gerbang.

"Oh gitu, okedeh.." Ucap Raga sambil mengangguk.

Lalu Anita berjalan santai menuju gerbang yang sudah sedikit terbuka itu, lalu ia berjalan belok ke kanan. Raga terus menatapnya, mengingat apa yang ia lihat semalam di depan kamar kos Anita. Lalu dengan rasa penasaran, spontan Raga berjalan pelan mengikuti langkah Anita sambil membawa sapunya.

Saat di depan gerbang, Raga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Anita keluar Malam x Malam Berkeringat

    Malam itu saung kosan terasa lebih dingin biasanya. Lampu kuning yang tergantung di sudut atap memancarkan cahaya temaram, cukup untuk menerangi wajah Raga yang sedang duduk sendirian. Di tangannya ada secangkir kopi hitam yang uapnya masih naik tipis, sementara sebatang rokok menyala pelan, apinya sesekali meredup tertiup angin malam. Raga menyandarkan punggungnya ke tiang kayu saung. Suara jangkrik terdengar jelas, bercampur dengan sesekali bunyi kendaraan dari luar gerbang. Pikirannya melayang, masih berputar pada hal yang saat ini sedang di selidiki, terutama soal Anita. Ia menghela napas pelan, lalu menyesap kopinya. Langkah kaki terdengar dari arah tangga. Raga menoleh. Ningsih muncul dari lantai dua, menuruni tangga dengan langkah santai. Ia mengenakan daster sederhana yang dibalut sweater, kedua tangannya sesekali mengusap lengannya, menahan dingin. Rambutnya tergerai rapi, wajahnya terlihat tenang. “Seneng banget ngopi sendirian sih, Mas?” suara Ningsih memecah sepi.

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Jeblosin Lagi?

    Menjelang sore, mobil yang mereka tumpangi melaju tenang meninggalkan kawasan rumah Sulis. Cahaya matahari mulai condong ke barat, memantul di kaca depan. Sejak beberapa menit lalu, Raga lebih banyak diam, fokus ke jalan, sementara Laura bersandar sambil sesekali menoleh ke arah kaca. Laura menoleh lebih dulu. “Jadi gimana?” tanyanya hati-hati. “Kita langsung infoin ke Martin, atau nunggu dulu?” Raga tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, matanya tetap lurus ke depan. “Aku masih mikir, Ra. Info dari Sulis itu masih mentah banget. Dia sendiri bilang itu yang dia tahu sekitar setahun lalu.” Laura mengangguk pelan. “Iya sih. Belum tentu sekarang titiknya masih sama." “Makanya,” lanjut Raga. “Aku mikir gini. Kalau nanti ada waktu dan Anita keluar kosan lagi, aku pengin ngikutin dia. Siapa tau dia transaksi. Kalau titik temu sesuai sama yang Sulis ceritain, baru kita bisa gerak. Mungkin baru masuk akal buat minta bantuan Martin.” Laura memandang Raga cukup lama, lal

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Informasi x Sulis

    Minggu siang itu, Raga dan Laura lebih dulu berpamitan pada Tante Maya. Raga dan Laura beralasan mau keluar sebentar ke rumah teman karena ada perlu. Tante Maya mengangguk saja, "Sore udah balik ke kosan ya." "Siap." Ucap Raga dan Laura. Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana di pinggir jalan kampung. Dari luar sudah terlihat Sulis duduk santai di teras, mengenakan sarung dan baju koko. Secangkir kopi mengepul di tangannya, rokok terselip di antara jari-jarinya. Wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibandingkan terakhir kali Raga bertemu dengannya. Begitu melihat Raga dan Laura turun dari mobil, Sulis langsung bangkit berdiri. Senyumnya mengembang lebar, langkahnya cepat menghampiri. “Raga? Makin kece aje gue liat,” ucapnya sambil menepuk bahu Raga, lalu menariknya ke dalam pelukan singkat. “Bisa aja lu, Lis. Sehat lu?” jawab Raga sambil membalas pelukan itu. Sulis lalu menoleh ke Laura. “Halo, Ra. Tambah cantik aje,” katanya sambil tersenyum sopan. Laura membal

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Bukti di kamar Anita

    Siang itu, Raga baru saja selesai mandi. Ia belum sempat duduk, pintu depan sudah terbuka lebih dulu, dan Laura masuk sambil melepas sandal. “Ga,” kata Laura sambil mengangkat ponselnya, “aku udah dapet kontaknya si Sulis.” Raga menoleh, sedikit kaget. “Dapet dari mana?” tanyanya sambil duduk di sofa. “Minta sama Intan,” jawab Laura santai sambil ikut duduk. “Ternyata dia nyimpen.” Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, “Cuma… aku belum berani nelpon.” Raga mengangkat alis. “Oh iya, Intan ya. Aku gak ngeh kalo Intan nyimpen. Terus kenapa gak berani nelpon?” Laura menghela napas kecil. Ia memutar ponsel di tangannya, tampak ragu. “Takut salah ngomong. Lagian aku gak terlalu deket sama dia.” Raga berpikir sebentar, lalu berkata pelan, “Biar aku aja yang nelpon.” Laura langsung menoleh. “Kamu?” “Iya,” jawab Raga ringan. “Lebih aman. Kalo kamu yang nelpon terus yang ngangkat istrinya, ribet. Bisa dikira kamu selingkuhannya Sulis lagi.” Laura tertawa kecil, menggeleng. “N

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Mengumpulkan Informasi x Sulis

    Malam itu saung terasa tenang seperti biasanya. Udara dingin pelan-pelan menyusup, bikin uap kopi terlihat jelas saat Raga menghembuskan napas. Laura memecah diam. “Ga,” panggilnya pelan. Raga menoleh. “Hm?” “Kamu masih inget Sulis?” Nada Laura berubah lebih serius, bikin Raga refleks duduk sedikit lebih tegak. “Sulis?” Raga mengernyit sebentar. “Iya… inget,” jawabnya akhirnya. “Kenapa emangnya, Ra?” Laura menurunkan cangkirnya ke meja kecil. “Kamu inget kan, dia pernah masuk penjara gara-gara narkoba?” Raga mengangguk pelan. “Inget.” Ia menyesap kopinya sekali lagi. “Terus hubungannya sama Anita apa?” Laura menarik napas, seolah sedang memilih kata. “Sulis pernah cerita ke aku,” katanya hati-hati, “dulu jaringannya lumayan gede.” “Dan kebanyakan main di kos-kosan.” Raga terdiam. Tatapannya lurus kedepan. “Oh…” “Iya juga,” gumamnya. “Tapi kan sekarang dia udah tobat, Ra.” “Udah berkeluarga malah.” “Justru itu,” sahut Laura cepat. “

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Persiapan Menyusun Rencana

    "Yaudah, ku simpen dulu ini barang." Ucap Raga sambil mengambil barang itu dan mengantonginya lagi. "Oke, Ga. Terus perlu ku bilang ke Martin gak nih?" Ucap Lqura. "Nanti dulu, Ra. Mending internal kita aja dulu, paling kita infoin ke Tante Maya aja buat antisipasi." Ucap Raga. "Yaudah, Ga. Kamu aja yang ngomong ke Kak Maya ya." Kata Laura yang sudah berdiri di ambang pintu. "Oke." Singkat Raga sambil mengangkat tangannya melambai dan melangkah menuju gerbang. **** Suasana siang ini di kosan terasa penuh dengan kecurigaan dan kekhawatiran yang menyelimuti Raga dan Laura. Raga berjalan dengan langkah pelan sambil terus memikirkan barang haram ini. "Kak, mau kemana?" Sapaan itu membuat lamunan Raga seketika buyar, Raga mengangkat wajahnya yang semula menunduk, lalu mengarah ke sosok Anita yang baru saja masuk dari gerbang. "Eh, Anita? Ini mau ke rumah Tante Maya dulu, mau makan." Ucap Raga berusaha tenang. "Oh gitu.." Singkat Anita, sempat terhenti seperti ada yang ing

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status