/ Urban / Godaan Penghuni Kos Puteri / Godaan Siang Wulan x Sesuatu di depan Kamar Anita

공유

Godaan Siang Wulan x Sesuatu di depan Kamar Anita

작가: NomNom69
last update 최신 업데이트: 2025-12-12 14:57:21

Pagi, pukul 9:30. Matahari perlahan mulai naik dan Raga masih tertidur di kamarnya. Sementara di ruang tengah, Tante Maya dan Laura sedang sibuk untuk bersiap pergi.

"Kamu bangunin Raga dulu gih." Ucap Tante Maya, sambil menggunakan make upnya.

Laura berjalan menuju kamar Raga, dan membuka pintu kamarnya.

"Gaa, bangun.. Udah jam sembilan lewat."

Raga sontak membuka matanya, ia menatap ke ara Laura. Lalu perlahan bangkit dan bersandar di ranjang sambil sesekali mengusap kedua matanya.

"Kamu rapih banget, mau kemana?" Ucap Raga sambil menyipitkan kedua matanya.

"Aku ama Kak Maya mau pergi.." Kata Laura sambil berbalik dan meninggalkan kamar Raga.

Raga pun beranjak dari tempat tidurnya, lalu berjalan pelan dengan langkah sedikit terhuyung.

"Ga, kamu standby di kosan dulu ya, Tante mau pergi sama Laura." Ucap Tante Maya sesaat melirik ke arah Raga.

Raga menggaruk-garuk kepalanya sambil mengangguk pelan. Raga tidak menanyakan kemana Tante Maya dan Laura akan pergi. Rag
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Anita keluar Malam x Malam Berkeringat

    Malam itu saung kosan terasa lebih dingin biasanya. Lampu kuning yang tergantung di sudut atap memancarkan cahaya temaram, cukup untuk menerangi wajah Raga yang sedang duduk sendirian. Di tangannya ada secangkir kopi hitam yang uapnya masih naik tipis, sementara sebatang rokok menyala pelan, apinya sesekali meredup tertiup angin malam. Raga menyandarkan punggungnya ke tiang kayu saung. Suara jangkrik terdengar jelas, bercampur dengan sesekali bunyi kendaraan dari luar gerbang. Pikirannya melayang, masih berputar pada hal yang saat ini sedang di selidiki, terutama soal Anita. Ia menghela napas pelan, lalu menyesap kopinya. Langkah kaki terdengar dari arah tangga. Raga menoleh. Ningsih muncul dari lantai dua, menuruni tangga dengan langkah santai. Ia mengenakan daster sederhana yang dibalut sweater, kedua tangannya sesekali mengusap lengannya, menahan dingin. Rambutnya tergerai rapi, wajahnya terlihat tenang. “Seneng banget ngopi sendirian sih, Mas?” suara Ningsih memecah sepi.

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Jeblosin Lagi?

    Menjelang sore, mobil yang mereka tumpangi melaju tenang meninggalkan kawasan rumah Sulis. Cahaya matahari mulai condong ke barat, memantul di kaca depan. Sejak beberapa menit lalu, Raga lebih banyak diam, fokus ke jalan, sementara Laura bersandar sambil sesekali menoleh ke arah kaca. Laura menoleh lebih dulu. “Jadi gimana?” tanyanya hati-hati. “Kita langsung infoin ke Martin, atau nunggu dulu?” Raga tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, matanya tetap lurus ke depan. “Aku masih mikir, Ra. Info dari Sulis itu masih mentah banget. Dia sendiri bilang itu yang dia tahu sekitar setahun lalu.” Laura mengangguk pelan. “Iya sih. Belum tentu sekarang titiknya masih sama." “Makanya,” lanjut Raga. “Aku mikir gini. Kalau nanti ada waktu dan Anita keluar kosan lagi, aku pengin ngikutin dia. Siapa tau dia transaksi. Kalau titik temu sesuai sama yang Sulis ceritain, baru kita bisa gerak. Mungkin baru masuk akal buat minta bantuan Martin.” Laura memandang Raga cukup lama, lal

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Informasi x Sulis

    Minggu siang itu, Raga dan Laura lebih dulu berpamitan pada Tante Maya. Raga dan Laura beralasan mau keluar sebentar ke rumah teman karena ada perlu. Tante Maya mengangguk saja, "Sore udah balik ke kosan ya." "Siap." Ucap Raga dan Laura. Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana di pinggir jalan kampung. Dari luar sudah terlihat Sulis duduk santai di teras, mengenakan sarung dan baju koko. Secangkir kopi mengepul di tangannya, rokok terselip di antara jari-jarinya. Wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibandingkan terakhir kali Raga bertemu dengannya. Begitu melihat Raga dan Laura turun dari mobil, Sulis langsung bangkit berdiri. Senyumnya mengembang lebar, langkahnya cepat menghampiri. “Raga? Makin kece aje gue liat,” ucapnya sambil menepuk bahu Raga, lalu menariknya ke dalam pelukan singkat. “Bisa aja lu, Lis. Sehat lu?” jawab Raga sambil membalas pelukan itu. Sulis lalu menoleh ke Laura. “Halo, Ra. Tambah cantik aje,” katanya sambil tersenyum sopan. Laura membal

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Bukti di kamar Anita

    Siang itu, Raga baru saja selesai mandi. Ia belum sempat duduk, pintu depan sudah terbuka lebih dulu, dan Laura masuk sambil melepas sandal. “Ga,” kata Laura sambil mengangkat ponselnya, “aku udah dapet kontaknya si Sulis.” Raga menoleh, sedikit kaget. “Dapet dari mana?” tanyanya sambil duduk di sofa. “Minta sama Intan,” jawab Laura santai sambil ikut duduk. “Ternyata dia nyimpen.” Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, “Cuma… aku belum berani nelpon.” Raga mengangkat alis. “Oh iya, Intan ya. Aku gak ngeh kalo Intan nyimpen. Terus kenapa gak berani nelpon?” Laura menghela napas kecil. Ia memutar ponsel di tangannya, tampak ragu. “Takut salah ngomong. Lagian aku gak terlalu deket sama dia.” Raga berpikir sebentar, lalu berkata pelan, “Biar aku aja yang nelpon.” Laura langsung menoleh. “Kamu?” “Iya,” jawab Raga ringan. “Lebih aman. Kalo kamu yang nelpon terus yang ngangkat istrinya, ribet. Bisa dikira kamu selingkuhannya Sulis lagi.” Laura tertawa kecil, menggeleng. “N

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Mengumpulkan Informasi x Sulis

    Malam itu saung terasa tenang seperti biasanya. Udara dingin pelan-pelan menyusup, bikin uap kopi terlihat jelas saat Raga menghembuskan napas. Laura memecah diam. “Ga,” panggilnya pelan. Raga menoleh. “Hm?” “Kamu masih inget Sulis?” Nada Laura berubah lebih serius, bikin Raga refleks duduk sedikit lebih tegak. “Sulis?” Raga mengernyit sebentar. “Iya… inget,” jawabnya akhirnya. “Kenapa emangnya, Ra?” Laura menurunkan cangkirnya ke meja kecil. “Kamu inget kan, dia pernah masuk penjara gara-gara narkoba?” Raga mengangguk pelan. “Inget.” Ia menyesap kopinya sekali lagi. “Terus hubungannya sama Anita apa?” Laura menarik napas, seolah sedang memilih kata. “Sulis pernah cerita ke aku,” katanya hati-hati, “dulu jaringannya lumayan gede.” “Dan kebanyakan main di kos-kosan.” Raga terdiam. Tatapannya lurus kedepan. “Oh…” “Iya juga,” gumamnya. “Tapi kan sekarang dia udah tobat, Ra.” “Udah berkeluarga malah.” “Justru itu,” sahut Laura cepat. “

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Persiapan Menyusun Rencana

    "Yaudah, ku simpen dulu ini barang." Ucap Raga sambil mengambil barang itu dan mengantonginya lagi. "Oke, Ga. Terus perlu ku bilang ke Martin gak nih?" Ucap Lqura. "Nanti dulu, Ra. Mending internal kita aja dulu, paling kita infoin ke Tante Maya aja buat antisipasi." Ucap Raga. "Yaudah, Ga. Kamu aja yang ngomong ke Kak Maya ya." Kata Laura yang sudah berdiri di ambang pintu. "Oke." Singkat Raga sambil mengangkat tangannya melambai dan melangkah menuju gerbang. **** Suasana siang ini di kosan terasa penuh dengan kecurigaan dan kekhawatiran yang menyelimuti Raga dan Laura. Raga berjalan dengan langkah pelan sambil terus memikirkan barang haram ini. "Kak, mau kemana?" Sapaan itu membuat lamunan Raga seketika buyar, Raga mengangkat wajahnya yang semula menunduk, lalu mengarah ke sosok Anita yang baru saja masuk dari gerbang. "Eh, Anita? Ini mau ke rumah Tante Maya dulu, mau makan." Ucap Raga berusaha tenang. "Oh gitu.." Singkat Anita, sempat terhenti seperti ada yang ing

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status