Home / Romansa / Gairah Nakal, Sugar Baby / Ke luar dari kamarku.

Share

Ke luar dari kamarku.

Author: Tetesan air
last update Last Updated: 2023-08-02 18:51:36

Halo Kakak semua, maaf di bab sebelumnya ada kesalahan. Saya juga ikut terkejut dan kecewa, kok bisa kacau seperti itu. Saya author meminta maaf, di bab ini kita kasih gratis tanpa koin ya Kakak! Jangan kecewa ya Kak, namanya manusia dan jaringan pasti tak selalu stabil. I love you Kakak.

***************

"Iya sayang, kamu hamil." Kali ini Tania yang membuka mulut.

"Tidak, tidak, ini seharusnya tidak terjadi," ucap Bella dengan wajah yang semakin pucat, matanya membulat dengan tatapan kosong.

"Apa yang kamu katakan Bella? Apa kamu tidak bahagia?" protes Ramel.

"Aku tidak seharusnya hamil," ucap Bella dengan menatap kedua mata Ramel.

"Kenapa Bella? Kenapa?" desak Ramel dengan raut wajah kecewa, "Seharunya kamu bersyukur, di luar sana banyak yang menginginkan anak tetapi Tuhan belum memberikannya," lanjut Ramel.

Bella refleks melepaskan jarum infus dari punggung tangannya, bangkit dari tempat tidur lalu turun.

"Bella," panggil Ramel sambil memeluk wanita cantik itu agar tidak pergi, "Aku tahu kamu tidak menginginkan keturunan dariku, tapi aku mohon! Biarkan dia hadir di dunia ini, dia suci dan tidak tahu apa-apa," lanjutnya.

Bella hanya diam, ia menegakkan kepala untuk menahan butiran bening yang akan jatuh dari kedua mata indahnya. Tak ada sedikitpun niatnya untuk melakukan hal buruk pada kandungannya, Bella bicara seperti itu agar tetap berpisah dengan Ramel karena sudah terikat janji dengan Hendrawan ayah Sarah.

Bella melepaskan kedua tangan Ramel dari tubuhnya lalu berputar menghadap pria tampan itu.

"Bukan aku tidak menginginkannya, hanya saja waktunya tidak tepat," ucap Bella dengan tegas, "Maaf perceraian kita harus tetap dilaksanakan, setelah anak ini lahir aku pasti memberitahumu," lanjutnya.

"Tidak." Tiba-tiba terdengar suara dari pintu.

Ramel, Bella dan Tania refleks memutar kepala ke arah datangnya suara.

"Seorang suami tidak boleh menceraikan istrinya dalam keadaan hamil, jika kamu tetap ingin berpisah dari Ramel! Tunggu sampai anak itu lahir." Hendrawan bicara sambil melangkah menghampiri Ramel dan Bella.

"Papah, apa-apa ini?" protes Sarah yang baru muncul dari pintu.

Wanita berambut pendek itu tidak terima dengan keputusan ayahnya. Sarah menginginkan Bella dan Ramel tetap melanjutkan sidang perceraian mereka.

"Maaf Sarah, kamu tidak perlu ikut campur dalam masalah Ramel dan Bella." Kali ini Tania yang membuka mulut. 

Ia geram melihat wanita yang tidak tahu diri itu. Ingin rasanya Tania berteriak mengatakan kebohongan Bella di depan umum, tetapi ia harus bisa menahan keinginannya itu karena Bella dan Hendrawan sudah membuat perjanjian di atas kertas tertulis.

"Kenapa tidak boleh," sahut Sarah menantang Tania.

"Cukup Sarah, tolong jangan memperkeruh suasana. Aku harap kamu bisa bersifat lebih dewasa dan tidak ikut campur dalam urusan orang lain," ucap Ramel dengan tegas.

"Iya sayang, Ramel benar," timpal Hendrawan dengan lembut, yang membuat Sarah menutup mulut.

"Bisakah aku bicara dengan Bella?" lanjut Hendrawan.

Semuanya ke luar, hanya tinggal Bella dan Hendrawan yang ada di ruangan itu.

"Om tenang saja, aku pasti meninggalkan Ramel." Bella membuka mulut terlebih dahulu.

"Tidak, sebaiknya kamu bertahan sampai anak itu lahir," bantah Hendrawan.

"Terus, bagaimana dengan perjanjian itu?" tanya Bella.

"Dalam hukum agama dan negara, suami tidak boleh menceraikan istrinya dalam keadaan hamil," ucap Hendrawan.

"Aku tahu itu, tapi...."

"Luapkan masalah perjanjian itu, nanti kita bahas lagi setelah kamu melahirkan." Setelah mengatakan itu Hendrawan langsung ke luar.

Bella hanya diam, ia menatap punggung Hendrawan hingga menghilang di balik pintu, sambil kedua matanya meneteskan butiran bening.

"Terima kasih Om, aku tahu kamu ayah yang baik. Sebenarnya kamu terpaksa melakukannya, semua itu hanya karena kasih sayangmu kepada Sarah," ucap dalam hati Bella.

................

Tepat pukul 4 sore Bella sudah tiba di kediaman Wijaya, wanita cantik itu terpaksa kembali dan tinggal di sana sampai ia melahirkan. Sebab pengadilan agama pun sudah membatalkan sidangnya.

"Bi, tolong siapkan kamar tamu untukku," ucap Bella kepada Bibi Mina.

"Enggak usia Bi," sela Ramel.

"Maksud kamu apa?" Bella menatap sinis Ramel.

"Kita akan tetap satu kamar," tegas Ramel.

Sarah seketika menghentak kaki melangkah menaiki tangga. Ia kesal karena Ramel mengajak Bella tinggal satu kamar.

"Aku tidak mau," bantah Bella yang langsung memalingkan wajah.

Tanpa menjawab, Ramel langsung mengangkat tubuh mungil Bella dengan gaya bridal style. Pria tampan itu membawanya ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur.

"Kamu sudah gila,' geram Bella.

"Iya, aku memang gila, benar-benar gila mencintaimu. Aku pun tak tahu sejak kapan rasa cinta itu muncul di hatiku," jawab Ramel yang melangkah ke kamar mandi.

Raungan itupun kembali hening, Bella menarik selimut untuk menutup tubuhnya lalu memejamkan mata berpura-pura tidur.

Tidak lama kemudian Ramel ke luar dari kamar mandi, pria tampan itu hanya melilitkan handuk di pinggang untuk menutup kemaluannya. Kakinya melangkah menuju ruang ganti tetapi matanya tertuju ke arah Bella.

Setelah 10 menit Bella Ramel pun ke luar dari ruang ganti, ia sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi.

"Sayang, aku ke luar  sebentar ya?" pamit Ramel sambil mengecup kening Bella.

"Hum," jawab singkat Bella tanpa membuka mata dan mulut.

Ramel baru saja pergi, pintu tiba-tiba terbuka dengan kasar yang membuat Bella refleks membuka mata.

"Bella, kita harus bicara." Sarah berdiri di bibir pintu dengan posisi kedua tangan terletak di pinggang.

"Aku lelah, jadi aku mau istirahat," jawab Bella. Ia kembali membaringkan tubuhnya.

Tentu hal itu membuat Sarah kesal, ia melangkah menghampiri Bella. Dengan sigap tangannya membuka selimut lalu menarik tangan Bella.

"Kita harus bicara," ucap Sarah dengan tegas.

Bella melepaskan tangannya dengan kasar, "Jangan coba-coba untuk menyentuhku." Bella bicara tidak kalah tegas dari Sarah.

"Ow, kamu menanrangku," ucap Sarah sambil tersenyum seribu arti.

"Kalau iya, kenapa?" tantang Bella.

Sarah mengangkat tangan, satu jarinya ia arahkan ke wajah Bella, "Ingat  perjanjian yang sudah kamu tanda tangani Bella," ucapnya mengancam.

Bella yang tidak mau ditindas oleh Sarah! Segera menepis jari tangan Sarah dengan kasar.

"Aku memiliki janji dengan Om Hendrawan, bukan denganmu. Selagi Om Hendrawan yang memberikanku kebebasan! Kamu tidak berhak untuk mengaturku," tegas Bella sambil menatap Sarah dengan tatapan tajam. 

"Ke luar dari kamarku," lanjutnya mengusir Sarah.

"Wanita licik, aku akan menghubungi papah," ucap Sarah.

"Ke luar," sentak Bella dengan nada tinggi, bahkan sampai terdengar ke lantai satu.

Sarah langsung pergi dan kembali ke kamarnya, ia meraih ponsel dari atas meja kecil lalu menghubungi ayahnya. Namun jawaban Hendrawan tidak sesuai keinginan Sarah, pria paruh baya itu tidak setuju Bella ke luar dari kamarnya, lalu digantikan oleh Sarah.

"Ahhhhh.." Sarah melemparkan ponselnya ke tempat tidur dengan kasar.

"Papah benar-benar membuatku kesal, untuk apa dia mengeluarkan uang sebanyak itu jika Ramel tetap menganggap aku orang asing," lanjut Sarah bicara kepada dirinya sendiri.

Tapi bukan Sarah namanya jika tidak melakukan sesuatu demi mewujudkan keinginannya. Wanita hamil itu tidak mau makan, pelayan sudah beberapa kali menjemputnya ke kamar untuk makan malam.

"Aku tidak mau makan jika bukan Ramel yang datang kemari."

Tentu pelayan menyampaikan ucapan Sarah kepada Ramel. Awalnya pria tampan itu tidak peduli dan tak berniat sedikitpun untuk menjemput Sarah ke kamarnya. Tetapi karena ucapan Bella, Ramel terpaksa.

"Jemput saja Mas, kasihan kandungannya kalau Sarah tidak teratur makan," ucap Bella dengan datar.

Ramel menghela napas kasar, "Baiklah."

Ramel bangkit dari kursi, melangkah menaiki tangga untuk menjemput Sarah ke kamarnya. Setibanya di pintu, bibir wanita hamil itu terangkat karena tersenyum.

=============

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
dasar cabo embun hhhh pelakor belagu
goodnovel comment avatar
Mikayla Almaira
tambah seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Pahmi Larikke Windi UP
dr kmrn irit banget update bab nya.. yuuuk.min.. update lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku hanya merasa tidak asing dengan kamar ini.

    Ramel tidak membuka mulut, rasa terharu sekaligus sedih membuat bibirnya kaku."Jadi untuk sementara waktu...." Melisa belum selesai bicara, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari lantai dua. Sontak membuat keduanya refleks meninggalkan ruang tamu menuju arah datangnya suara."Tidak, tidak, tidak." Teriakan itu menyambut Ramel dan Melisa."Ibu, ibu, ada apa ibu?" Melisa merangkul ibunya, wajahnya terlihat khawatir.Begitu juga dengan Ramel, pria tampan itu menarik Bella lalu memeluknya dengan erat. Menungkupkan wajah wanita cantik itu di dada bidangnya, sambil mengecup ujung kepala Bella dengan penuh kasih sayang.Setelah Bella sedikit tenang, Ramel mengajaknya duduk di sisi ranjang. Memberinya air mineral sambil berbicara dengan lembut."Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, aku merasakan sesuatu saat memasuki kamar ini," ucap Bella dengan wajah bingung.Ramel tersenyum tipis, "Apa kamu mengingat sesuatu?"Bella menggeleng, "Aku hanya merasa tidak asing dengan kamar ini, padahal

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Suruh mereka pergi.

    Dua hari telah berlalu, Ramel dan Tania sedang bersiap-siap untuk menemui wanita itu. Selama ini ayah satu anak itu benar-benar sibuk karena kliennya datang dari Singapura. "Kenan, kamu gak jadi ikut?" tanya Ramel saat tiba di meja makan.Dua hari yang lalu pria tampan berusia 17 tahun itu berjanji untuk ikut. Namun pagi ini ia masih terlihat mengenakan baju santai."Enggak Pah," jawab Kenan."Kenapa?" Tentu Ramel bertanya, apa alasan putranya tidak ikut!"Kenan merasa tidak enak badan Pah, kepalaku sedikit pusing.""Yasudah, kamu istirahat aja di rumah." Kali ini Tania yang membuka mulut.Ruangan itupun seketika hening, semua sibuk menikmati sarapannya masing-masing. Setelah itu Ramel dan Tania meninggalkan kediaman Wijaya bersama Lukas sopir kepercayaan keluarga Wijaya.Setelah menempuh perjalanan selama 7 jam, akhirnya mereka tiba. Tania memperhatikan rumah sederhana yang berdiri kokok di hadapannya. "Ayo Oma," ajak Ramel.Keduanya melangkah secara bersamaan, Ramel mengangkat sat

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Dia istriku Oma.

    Tepat pukul satu siang, Ramel dan teman-temannya sudah bersiap-siap untuk meninggalkan Villa dan kembali ke kota. Sebenarnya mereka masih memiliki satu tujuan lagi, tetapi Ramel tiba-tiba ada urusan mendadak. Kliennya dari Singapura besok pagi sudah tiba di Indonesia."Mel, dari tadi Melisa kok gak kelihatan ya? Apa dia gak kerja?" tanya Alex sambil membantu Ramel memasukkan barang-barang ke dalam mobil."Dia shift malam, jadi udah pulang tadi pagi," jawab Ramel dengan jujur."Oh, pantas itu anak gak kelihatan," sahut Alex, "Oh iya, kamu tahu dari mana?" lanjutnya."Tadi aku yang mengantarnya pulang." Ramel menceritakan semuanya kepada Alex, ia juga mengatakan merasakan sesuatu saat melihat ibunya Melisa berdiri di depan jendela."Kenapa kamu gak singgah dulu?" Tentu Alex bertanya!"Segan sama tetangganya, soalnya di rumah itu gak ada laki-laki," dalih Ramel."Iya juga sih, tapi Melisa dan ibunya kapan ke Jakarta? Bukannya kamu menawarinya untuk jadi asisten rumah tangga di kediaman W

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Bagaimana Om? Mau nikah dengan saya?

    "Kamu baru lulus sekolah ya?" Ramel kembali bertanya."Iya Om," sahut singkat Melisa."Kalau baru lulus sekolah jangan langsung nikah, lanjut kuliah dulu. Pernikahan itu tidak seindah yang dibayangkan." Ramel seketika menjadi seorang ayah yang sedang menasehati putrinya."Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya jadi tukang masak, lebih baik cari laki-laki yang mapan lalu nikah." Jawaban melihat membuat Ramel dan teman-temannya tercengang.Melisa bicara dengan wajah polos tanpa sedikitpun tersenyum. Wanita cantik berusia 18 tahun itu sungguh-sungguh ingin menikah, terlihat dari sorot matanya saat menatap Ramel.Entah apa yang membuatnya ingin segera menikah, padahal usianya masih sangat muda."Gimana Om? Mau nikah dengan saya?" lanjut Melisa sembari bertanya.Ramel tersenyum mengejek, "Anak zaman sekarang selalu bertindak tanpa berpikir dulu. Kamu pikir pernikahan itu mainan? Lagipula aku tak mungkin menikah denganmu.""Kenapa gak mungkin Om? Yang penting kan, suka sama suka," p

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku mau dong jadi istrinya.

    Tujuh belas tahun telah berlalu, selama itu juga Ramel hidup dalam kesendirian, ia membesarkan Kenan bersama Tania yang saat ini sudah menginjak usia 67 tahun. Wanita tua itu sudah sering kali meminta Ramel untuk menikah, tetapi permintaannya selalu ditolak.Tania sudah mencoba menjodohkan beberapa wanita dari golongan atas kepala Ramel, tetapi pria tampan itu sama sekali tidak tertarik. Ia masih berharap Bella hidup dan kembali ke pelukannya."Ken," panggil Ramel yang duduk di ruang tamu bersama Tania.Kenan yang melangkah menuju pintu utama, terpaksa memutar langkah menghampiri ayah dan buyutnya."Iya Pah," sahut Kenan sambil menjatuhkan bokongnya di samping Tania."Besok pagi Papah mau touring ke luar kota, tolong jaga Buyut dan jangan pulang larut malam," pesan Ramel kepada putranya."Baik Pah, Kenan gak diajak Pah?" jawab Kenan sembari balik bertanya."Fokus dengan sekolahmu." Setelah mengatakan itu, Ramel bergegas meninggalkan ruang tamu.Kenan pun berpamitan kepada buyutnya, an

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Mimpi itu benar-benar nyata.

    "Pantas saja ini tempat favorit mas Ramel, selain pemandangannya yang indah, suasananya juga terasa tenang," ucap Bella dengan nada lembut dan nyaris tak terdengar.Wanita satu anak itu memejamkan mata, menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari hidung dengan lembut, sambil menikmati sejuknya hembusan angin."Bella."Bella refleks membuka mata saat mendengar seseorang memanggil namanya, ia baru saja akan memutar kepala untuk melihat orang yang memanggilnya, tetapi dua telapak tangan sudah terlebih dahulu mendorong punggungnya dari belakang."Aaaaaahh...." teriak Bella yang terguling ke jurang hingga jatuh ke aliran air terjun.Saat itu juga Ramel terbangun dari tidurnya, seluruh kening pria tampan itu terlihat mengkilat akibat tetesan keringat, sehingga membuat Tania bingung dan terkejut ketika melihatnya ke luar dari kamar."Ramel, kamu kenapa?" tanya Tania yang sedang memberikan susu formula pada Kenan."Bella di mana Oma?" Bukannya menjawab, Ramel justru balik bertanya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status