Share

Gairah Nakal, Sugar Baby
Gairah Nakal, Sugar Baby
Penulis: Tetesan air

Pertemuan pertama.

"Ibumu mengidap kanker otak."

Dug.... jantung Amel berdegup kencang, mendengar ucapan dokter.

Amel tidak tahu harus berbuat apa, padahal besok ia harus berangkat ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikannya.

Seketika Amel memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Tetapi ibunya Marta menolak dan tetap memaksa putrinya untuk pergi.

Air mata tidak berhenti menetes dari kedua matanya, hatinya tidak tega meninggalkan ibu dan adiknya. Tetapi Amel bertekat akan bekerja sambil kuliah, agar ia bisa membantu biaya pengobatan ibunya.

==================

Warning : Bijaklah dalam membaca, karena cerita ini khusus dewasa.

==================

"Pergi dari sini." Wanita paruh baya itu mendorong Amel hingga tersungkur.

"Maaf buk, tolong beri aku waktu. Aku pasti membayarnya." Mohon Amel.

"Enak saja minta tolong, kamu itu sudah 2 bulan gak bayar uang kost. Sanah cari tempat  lain, ini kamar sudah ada orang baru." 

Mau tidak mau, Amel harus pergi karena memang sudah 2 bulan ia tidak membayar uang kost. Padahal saat ini waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. 

"Aku harus ke mana?" Tanya Amel kepada dirinya sendiri.

"Oh, Riska, Riska. Aku ke kost Riska saja," ucapnya.

Amel meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi nomor Riska. Ia baru saja menempelkan benda pintar itu ke telinganya, tetapi tiba-tiba terdengar suara lembut wanita. "Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini."

"Huf..." Amel menghela napas kasar, kakinya melangkah menyusuri jalan umum.

Setelah berjalan sejauh satu kilometer, Amel merasa ada yang mengikutinya. Kepalanya berputar, dan benar saja ada dua orang pria di belakangnya.

Amel mempercepat langkah kakinya, begitu juga dengan kedua pria itu. Bahkan salah satu dari pria itu meminta Amel untuk berhenti.

"Hei, tunggu." Panggil pria itu.

Amel yang ketakutan, langsung berlari dan masuk ke dalam mobil yang berhenti di dekat jembatan.

"Ayo om, ayo om." Desak Amel.

Pria pemilik mobil itu terkejut melihat Amel tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya, namun kakinya refleks menginjak gas dan melaju kencang membelah jalan ibu kota.

"Ngik...." Suara gesekan band mobil.

Pria itu tiba-tiba menginjak rem, setelah matanya tanpa sengaja melihat sendal yang dikenakan Amel penuh dengan lumpur.

"Ow..." Rintih Amel sambil mengelus kening yang sakit akibat terbentur. "Kalau bawa mobil hati-hati dong." Lanjutnya.

"Sekarang turun dari mobilku," ucap pria itu.

"Bukannya minta maaf, malah diusir." Gerutu Amel.

"Sekarang turun dari mobilku," sentak pria itu dengan wajah marah dan kesal.

"I....i...iya." Jawab Amel sambil membuka pintu. "Sombong banget, baru mobil belum pesawat," ucapnya.

"Dasar kecoak," ucap pria itu sebelum pergi dan meninggalkan Amel dipinggir jalan.

Untung saja pangkalan ojek tidak jauh dari sana, sehingga Amel bisa segera tiba di kost sahabatnya Riska. Ia menceritakan semuanya kepada Riska.

"Ya ampun Amel, kamu itu keterlaluan tahu!" Ucap Riska.

"Keterlaluan bagaimana? kan yang buat keningku bengkak seperti ini, dia." 

"Bukan masalah bengkak atau tidak, tapi karena kamu itu masuk ke dalam mobil orang lain dengan sembarangan. Untung dia baik, kalau dia jahat terus kamu dijual! gimana?" 

Amel terdiam sambil berpikir, "Iya juga ya?" Ucapnya.

"Yasudah, sekarang waktunya tidur. Besok kita harus kuliah." 

Keduanya menarik bantalnya masing-masing, memejamkan mata untuk menjemput mimpi indah.

Sementara di tempat lain, pria itu dengan kesal menceritakan tentang Amel kepada temannya.

"Bram, Bram. Kenapa wanita itu tidak kamu bawa kemari?" Ucap Alex.

Ya, nama pria itu adalah Bramantyo William Pratama. Dia seorang pengusaha sukses di ibu kota, bahkan namanya sudah terkenal hingga ke manca negara.

Saat ini Bram berusia 40 tahun, dengan status menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki. Kesuksesannya di dunia bisnis, tidak menjamin kebahagiaan rumah tangganya.

Bram dan istrinya seringkali berdebat hanya karena hal sepele. Bahkan sampai Bram ke luar dari rumah, seperti malam ini.

"Untuk apa aku membawanya?" Tanya Bram.

"Untuk menemanimu happy bro, jika kamu pusing dengan wanitamu! bersenang-senanglah dengan wanita lain." Jawab Alex.

"Aku tidak butuh wanita untuk happy." Jawab Bram dengan angkuh.

"Hahahaha." Alex tertawa terbahak-bahak, "Tapi kamu stres karena wanita, kan? enggak usah bohong, aku sudah tahu kalau kamu ribut lagi dengan istrimu." Todong Alex.

"Sudah, jangan bahas itu. Aku datang kemari  bukan untuk curhat, tapi untuk happy."

Keduanya mulai meneguk wine sambil menikmati musik remix. Seperti ini lah Bram setiap kali bertengkar dengan istrinya. Ia pasti mengajak teman-temannya ke kelab malam.

Tapi ada sesuatu yang berbeda dari Bram, pria tampan itu tidak pernah membayar wanita untuk menemaninya. Ia sangat setia kepada pasangannya, walaupun istrinya sering membuatnya kesal dan kecewa.

....................

Kring......kring..... Suara alarm membangunkan Amel dan Riska di pagi hari. Kedua wanita cantik yang baru berusia 19 tahun itu, bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah.

Setibanya di kampus, Amel menerima telepon dari adiknya. Seketika wajah cantiknya berubah menjadi pucat.

"Wajahmu kenapa pucat Mel? kamu sakit ya?" Tanya Riska.

Amel menggelengkan kepala, "Tidak."

"Terus kamu kenapa?" Desak Riska.

"Ibuku tiba-tiba pingsan, saat ini sedang dirawat di rumah sakit." 

"Ya ampun, terus bagaimana? kamu mau pulang kampung?" Tanya Riska.

Amel menggelengkan kepala sambil mengusap air mata dari kedua pipinya. Hatinya sedih membayangkan kondisi ibunya saat ini. 

Amel sebenarnya tidak ingin meninggalkan ibu dan adiknya di kampung. Tetapi ibunya lah yang memaksa Amel untuk kuliah ke ibu kota, karena Amel mendapat beasiswa kepintaran. 

=============

Komen (10)
goodnovel comment avatar
reski ikki
ok silahkan di next donk
goodnovel comment avatar
Jannah Jannah Tanjung
Bru awal udh sedih...
goodnovel comment avatar
Hendrawati Lelaona
bagus banget ceritax
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status