Share

Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku
Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku
Penulis: Langit Parama

CHAPTER 01 | CINTA DAN LUKA

Penulis: Langit Parama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 08:36:35

“Bu, saya mau beli tomatnya sepuluh ribu, ya?”

“Iya, sebentar ya, Mbak.”

Yessa lantas merogoh saku celananya untuk mengambil uang dari dompet, bersamaan dengan itu ponsel di dalam sakunya berdering panggilan masuk dari sang suami—Kaveer.

Ia cepat-cepat meraih ponselnya dan menggeser ikon hijau dilayar, lalu menempelkan benda pipih itu ke samping telinga. Suara keras sang suami terdengar di seberang sana.

“KEMEJA PUTIH AKU MANA GOBLOK?!”

Yessa refleks menjauhkan ponselnya dari telinganya, lalu mengusap telinganya pelan sebelum kembali menempelkan ponselnya lagi ke telinga.

“Mas, ada apa?” tanya Yessa dengan suara lembutnya yang berbisik pelan, sambil perlahan menjauh dari kedai tomat yang dia singgah tadi.

“Ada apa? ADA APA KAMU BILANG?!” bentak Kaveer lagi membuat jantung Yessa berpacu cepat. “Kan kamu yang nyuruh aku kerja terus. Sekarang giliran aku mau cari kerja, kamu gak siapin kemeja putihnya. Emang istri kurang ajar ya kamu!” hardiknya dengan tajam.

“Mas, aku udah siapin. Udah aku gantung di lemari, dan udah disetrika juga. Coba kamu cari dulu, jangan langsung marah-marah kayak gini,” suaranya terdengar getir meski dia mencoba tetap tenang.

“Gak ada sialan, gak ada! Pulang kamu sekarang, cari kemejanya.”

Yessa memejamkan matanya sejenak, mencoba tetap tenang dan tak terpancing. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak, lalu menghela napas panjang.

“Mas, coba kamu cari pelan-pelan di lemari ada udah aku simp—“

“AKU BILANG PULANG SEKARANG!” bentak Kaveer lagi, kali ini nadanya lebih tinggi dari sebelumnya membuat Yessa hampir menjatuhkan ponselnya. “Kalau kamu gak pulang sekarang, aku acak-acak seisi rumah.”

“Mas, jangan!” seru Yessa. Nada bicaranya naik, menahan amarah. “Oke, aku pulang sekarang.”

“Jangan lama-lama! Atau aku akan kasih tahu ke Mama kamu, kalau kamu gak becus jadi istri!”

Panggilan diputus secara sepihak. Yessa segera berlari meninggalkan pasar. Padahal dia baru saja tiba, bahkan tomat yang sudah disiapkan penjual tadi dia biarkan karena ingin segera sampai ke rumahnya.

Langkahnya begitu tergesa sampai dia memilih melewati jalan pintas—yakni melewati bangunan proyek dimana sudah banyak tukang yang mulai bekerja. Sampai ada salah satu tukang yang meneriakinya.

“Hei, jangan lewat di sini, banyak orang kerja.”

“Jangan lari, pelan-pelan nanti nabrak orang!”

Namun Yessa seolah tuli, tak mendengarkan ucapan para tukang tersebut. Dia terus berlari agar lebih cepat sampai ke rumahnya ketimbang melewati jalan yang biasanya dia lewati. Sampai ...

“Awas, ada paku!”

“AKH!”

Terlambat sudah, Yessa yang tak memperhatikan jalan di hadapannya tak sengaja menginjak paku yang sudah agak karatan. Ia menutup mulutnya menahan rasa sakit dan perih yang menjalar ke pembuluh nadinya.

“Nah, kan, apa saya bilang ... jangan lari. Lihat sekarang, nginjek paku, kan!” ujar salah satu tukang yang segera menghampirinya untuk membantu.

Namun Yessa seperti wonder woman, meski darah bercucuran mengalir dari telapak kakinya—dia tak menangis ataupun mengeluh sakit. Bukan karena malu, namun rasa sakit ini tak sebanding dengan perlakuan dingin suaminya.

“Biar saya bantu, neng.”

“Gak usah, Pak. Makasih,” sahut Yessa sambil mengangkat kakinya dan melepaskan paku yang menancap di telapak kakinya itu.

Darah mengalir lebih banyak dari sebelumnya, para tukang yang melihat sampai meringis. Tapi Yessa? Dia terlihat biasa saja. Karena pekerjaannya sebagai perawat suatu hal yang biasa baginya melihat darah.

“Mau saya antar pulang, neng?” tawar salah satu tukang.

“Nggak, Pak. Makasih atas tawarannya. Tapi saya masih bisa jalan, kok,” tolak Yessa halus.

“Aduh neng, jangan sok kuat. Biar saya antar ke rumah naik motor, mau?”

Yessa menggeleng pelan, masih enggan menerima bantuan sampai para tukang menyerah. Ia kembali berjalan dengan langkah terseok-seok melewati pasir yang berserakan di sekitar bangunan proyek tersebut.

Begitu tiba di rumahnya, dia segera mengambil kain dari jemuran di depan rumahnya untuk mengikat luka di kakinya agar darahnya tak semakin mengalir—meski sudah cukup telat.

“Mas ....”

Saat masuk ke dalam rumah, dia mendengar suara barang dilempar ke lantai dari arah kamarnya. Buru-buru Yessa membawa kakinya melangkah menuju kamar, dan mendapatkan suaminya sudah mengacak kamar.

“Mas, ya ampun!” seru Yessa melihat kamarnya sudah seperti kapal pecah. “Jelas-jelas kemeja putihnya masih tergantung di sana. Kamu tuh sebenernya nyari apa sih, Mas?”

Kaveer mengalihkan tatapannya pada sang istri, tajam dan menusuk. Ia kemudian melangkah mendekat dan langsung memojokkan tubuh Yessa ke dinding, sementara tangan besarnya mencengkram rahang kecil istrinya.

Yessa menahan tangan sang suami agar tidak sampai mencekiknya, “Lepas, Mas!”

“Aku heran sama kamu, ya? Selalu maksa aku kerja sampe ngadu ke Mama aku. Kenapa? Kamu takut aku numpang hidup sama kamu? Kamu takut aku habisin uang hasil kerja kamu, iya?” seru Kaveer dengan nada tajam.

Yessa tak menjawab, sebaliknya cengkraman di rahangnya semakin kuat membuatnya sampai kesulitan membuka mulut. Sementara tangannya masih mencoba melepaskan tangan sang suami.

“JAWAB YESSA!!!” bentak Kaveer, entah sudah yang keberapa kalinya. “Apa kamu lupa, awal kita menikah semua kebutuhan kamu aku yang tanggung. Setelah dapet pekerjaan, kamu sok jadi dewa begitu? Huh? Sekarang gantian, kamu yang biayain hidup aku.”

“S-sakit, Mas!” lirih Yessa berusaha membuka suara.

Tapi Kaveer tak peduli, ia terus mencengkram kuat sampai pada akhirnya dia melepaskannya tanpa alasan.

“Aku gak mau kerja, gak akan pernah kerja. Cari uang? Itu tugas kamu. Gantian kamu yang harus biayain aku mulai sekarang. Aku bosan kerja, aku capek kerja.”

Setelah mengatakan itu, Kaveer memilih pergi meninggalkan kamar. Meninggalkan Yessa seorang diri dengan luka di kaki, ditambah sakit cengkraman di rahangnya—dan lebih menyakitkan sakit luka di hatinya.

Brak!

Suara gebrakan terdengar dari luar, pintu rumah dibanting dengan sangat keras oleh Kaveer. Yessa tersentak, bersamaan dengan itu—air matanya luruh membasahi kedua buah pipinya.

Tubuhnya melorot ke lantai dingin kamar yang sudah berantakan seperti kapal pecah. Menangis dalam diam, tak bersuara—namun rasa sakitnya tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Yessa ingin menyerah, ingin bercerai—tapi Kaveer sama sekali tidak mengindahkannya dan yang dia dapatkan hanyalah pukulan. KDRT kerap dia dapatkan, dan dia sudah pernah mengadu pada sang ibu.

Tapi jawaban ibunya, “Suami gak akan marah kalau istrinya berguna, kerja yang becus, melayani dia dengan baik. Kalau Kaveer sampai marah segitunya sama kamu, ya wajar Yes—Mama tahu kelakukan kamu dari kecil, kan kamu emang pemales dan keras kepala.”

Bahkan ibu kandungnya sendiri sama sekali tidak membelanya meski dia memperlihatkan luka di tubuhnya. Entah kepada siapa dia minta tolong. Bahkan Tuhan sekalipun tidak pernah mengabulkan doanya.

Padahal dia selalu membuatkan makanan untuk suaminya, mencuci pakaian, membersihkan rumah. Itu dia lakukan sambil bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit. Tapi tetap saja salah dimata Kaveer.

“Apa salah dan dosaku, Tuhan?” suaranya tercekat di tenggorokan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jangan bertanya apa salah kau, goblok!! krn kau tetap bertahan dg alasan yg kau buat2. setia kau mengalahkan anjing
goodnovel comment avatar
Rayhan Rawidh
Kejamnya toxic parent
goodnovel comment avatar
Putri Fashion
kok bs ada seorang ibu kandung kyk gt sm anaknya sndri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 182 | BERHENTI MAKSA

    “Si-siapa, El?” suara Shofia terbata, ingin memastikan kalau dirinya tidak salah dengar. Yessa. Nama itu, bukankah itu nama wanita yang menjadi selingkuhan Isandro? Seorang perawat di rumah sakit milik keluarga suaminya, dan sudah di-blacklist. “Yessa, tante,” ulang Ella lagi. “Intinya, Isandro bilang sama aku buat gak berharap sama hubungan yang ingin tante bangun antara aku sama dia.” “San bilang kalau dia udah punya pengganti Aurora. Dan wanita perawat itu, Yessa—kebetulan dia ada di sana.” “Waktu aku bahas soal aku sama San kedepannya, di hadapan Yessa. Tante tahu ...?” mata Ella kembali berkaca-kaca. Shofia hanya diam, menunggu kelanjutan ucapan Ella. “San marah sama aku, tante. San bilang ke aku, suruh aku jagat mulut—jaga bicara di depan Yessa. Siapa lagi kalau bukan dia?” suaranya bergetar karena kecewa. Kedua tangan Shofia meremat pakaian mahal yang dia kenakan. Jantungnya masih berdetak cepat, karena ternyata selama ini dia sudah bertemu dengan Yessa. Wanita y

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 181 | SHOFIA TAHU

    “Jaga mulut kamu di depan Yessa,” Ella mengerutkan kening, matanya melirik antara Isandro dan sosok perempuan di belakang. “Kenapa dengan perawat itu?” tanyanya sinis. “Apa masalahnya? Sekarang urusannya aku sama kamu, bukan sama dia.” Udara di dalam mobil tiba-tiba terasa menegang. “Kamu harus tahu, kalau Yessa—“ Isandro hendak membuka suara, bibirnya sudah bergerak untuk mengatakan sesuatu yang jelas bukan untuk telinga Ella. Namun sebelum kata itu keluar, Yessa buru-buru menimpali, suaranya sedikit bergetar. “Dok, jangan berantem, ya? Mending mobilnya jalan dulu, nanti kita bisa telat ke klinik.” Isandro menatap Yessa sekilas lewat kaca spion tengah. Tatapan itu seperti sebuah pesan diam, tak ingin Isandro memberitahu hubungan mereka di masa lalu. Ia menarik napas panjang, menahan semua yang ingin diucapkan. Tangan kirinya kembali ke kemudi, dan tanpa kata lagi, mobil itu melaju perlahan di jalanan desa yang berdebu, meninggalkan suasana hening yang menyesakkan di antara

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 180 | JAGA MULUT KAMU

    “Calon istri?” gumam Fika dengan kening mengernyit. Bukannya Isandro sudah punya istri? Dan istrinya melahirkan anak prematur? Tapi wanita di hadapannya ini mengaku sebagai calon istrinya. Apa Isandro sudah bercerai karena kehilangan sang anak, pikirnya. “Iya,” balas Ella cepat, penuh percaya diri. “Di mana kamar Isandro?” Fika langsung membawa pandangannya ke kamar Isandro yang terletak di sebelah kanan kamar Yessa. “Itu dia. Sepertinya dokter Isa lagi sarapan.” Ella mengangguk paham. “Saya ke sana dulu, ya? Terima kasih sudah memberitahu.” “Sama-sama,” balas Fika masih heran, seharusnya sebagai calon istri—Ella tahu di mana letak kamar sang calon suami. Begitu Ella berjalan meninggalkan Fika, dan hendak menuju kamar kos Isandro. Tepat saat itu juga, Isandro keluar dari kamarnya dan terkejut menemukan Ella di sana. “Ngapain kamu ke sini?” suaranya masih terdengar dingin dan menusuk. “Kita berangkat bareng ke klinik.” “Aku udah janjian dengan orang lain,” balas Isandro datar,

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 179 | CALON ISTRI

    “Ah, maaf. Saya ... maksud saya, kalau kamu tidak suka tidak apa-apa. Em, mau saya cari nama lain?” tanya Isandro sedikit kikuk, karena menyarankan namanya mirip dengan nama Yessa. Fika sedikit tercengang, nama ‘Yessy’ yang direkomendasikan oleh Isandro sama sekali tidak buruk. Toh, aslinya kan ini memang anaknya Yessa. Isandro ingin mengumpat dirinya dalam hati, entah kenapa dia keceplosan memberikan nama Yessy karena membayangkan itu anak Yessa dan dirinya. Dia hampir gila rasanya. “Fika, mungkin ... panggil saja namanya Eci? Panggilan saja, kan? Kalau ayahnya suatu saat kembali, kamu bisa menggunakan nama pemberian ayah kandungnya.” Kata Isandro lagi. Fika langsung tersenyum lebar. “Gak, dok. Udah bagus kok. Yessy, terus panggilannya Eci, ya?” “Tapi ...,” Isandro menghela napas ringan, merasa tak enak. “Namanya sedikit mirip nama teman kamu, Yessa.” “Nggak apa-apa, ini kan juga anaknya Yessa. Kami berbagi. Anakku, anak Yessa juga, dan begitu juga sebaliknya,” balas Fika penu

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 178 | BERIKAN NAMA

    “Mas Isa yang undang dokter Ella ke sini?” tanya Yessa sambil menatap wanita itu yang tampak mencari seseorang di klinik. Isandro menggeleng pelan, dia juga tidak tahu Ella datang dalam rangka apa. Tak ada pemberitahuan. Tapi setelah dipikir-pikir, ini pasti ada sangkutannya dengan sang ibu. “Buka kuncinya, Mas. Saya mau turun!” desis Yessa, suaranya dingin dan menusuk. “Mau turun ke mana?” “Saya mau pulang, saya capek dan butuh istirahat,” balas Yessa masih dengan nada dinginnya. Tapi lebih dari itu, dia ingin segera menemui anaknya dan menyusuinya. Tak mungkin dia terus membiarkan anaknya dirawat Fika yang sebenarnya masih butuh bimbingan psikologis. “Tunggu sebentar, biar saya turun dulu untuk menemui Ella,” kata Isandro sambil membuka pintu dan turun dari mobil. Namun dia tak tahu saja Yessa masih sama keras kepalanya. Saat Isandro menghampiri Ella, Yessa mengambil kesempatan untuk kabur. “El,” panggil Isandro pada mantan kekasihnya dulu itu. Ella menoleh ke sumber suara,

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 177 | KEDATANGAN ELLA

    Ruang perawatan siang itu terasa lengang. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar samar di antara aroma antiseptik dan cahaya putih dari lampu. Yessa duduk di kursi dekat meja administrasi, kedua tangannya menggenggam erat pulpen, tapi matanya kosong. Pandangannya tak benar-benar fokus pada berkas-berkas pasien yang tergeletak di hadapannya. Kata-kata Isandro terus bergema di kepalanya—‘Ada syaratnya.’ Nada suaranya terlalu tenang untuk diabaikan, tapi juga terlalu dingin untuk tidak membuat jantungnya berdegup cepat. Syarat? Apa yang dimaksud Isandro dengan, syarat? Yessa menggigit bibir bawahnya. Bayangan wajah pria itu terlintas jelas di benaknya—tatapan tajam, senyum miring yang seolah menyimpan sesuatu. Ia tahu, Isandro tidak akan pernah memberi sesuatu tanpa maksud tersembunyi. Entah kapan pria itu akan memberitahunya. “Yessa?” panggil salah satu perawat lain, membuatnya tersentak kecil. “Eh? Iya?” “Dari tadi kamu melamun. Ada pasien yang minta kamu ba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status