Share

(122) Cerita permintaan Fafa

Penulis: SyasaRanni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 22:48:34
"Fafa mau diajak tes DNA." Terbuka lebar mata Rana terkejut kala mendengar suara itu berucap.

"Tapi ada syaratnya yang gila," lanjut suara lain yang tidak kalah familiar, hanya dari suara-suara itupun Rana tahu, di luar sana ada tiga pria yang sudah ia kenal.

Ditarik napas panjang lalu diembuskan kasar, lagi dan lagi semua berjalan lebih cepat dari dugaan. Denandra yang konon kata Kalil cukup ahli dalam membuat rencana hanya dengan melamun, Kalil yang konon katanya pula sangat kenal dengan Fafa, dan dirinya pun konon banyak yang bilang sangat cuek pada apapun. Kenyataan berkata bahwa semua tidak sesuai dugaan, dan berakhir membingungkan.

Beranjak Rana dari kursinya sambil membawa ponsel dan ransel kerja, bergegas membuka pintu, bukan karena dikunci atau melarang siapapun untuk masuk ruangan, tapi untuk menghindari gosip dari siapapun yang masih ada di kantor atau mengambil lembur. Kalil, Arhan, dan Denandra terlihat tepat di dekat depan pintu, menatap Rana lekat sementara netra cok
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (137) Menghabiskan malam

    "Ran," panggil Kalil menguji kesadaran dan ketenangan istrinya, walau ia juga tahu bahwa sang istri sudah berkata ingin tidur."Hm?" deham Rana menyahut, sahutan yang jelas juga menandakan bahwa Rana belum terlelap."Buat besok mau gimana? Kita ke kantor polisi buat tanya proses atau tunggu tiga hari dulu sesuai aturan berlaku.""Besok gimana apanya?" sahut Rana mendongak dan bibir mengerucut, bibir mungil merah muda yang menggemaskan, mata sendu sang pemilik bibir dengan hidung memerah samar di antara temaramnya ruang tidur ini, benar-benar memancing jiwa Kalil sebagaimana laki-laki normal."Sudahlah besok saja bahasnya, ayo tidur," tukas pria itu memegang kepala sang istri dan membuatnya agar menunduk lg, gerakan yang cepat dipatuhi Rana seraya berdeham pelan dan sedikit menggeliat nyaman, "selamat malam," lanjutnya mengusap rambut Rana dengan lembut, meski tangan lainnya harus mengepal kuat dan memainkan kuku di buku-buku ibu jari, menahan hasrat liar yang timbul hanya karena bertu

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (136) Celotehan Kalil

    Napas tersengal-sengal menggetarkan badan yang berusaha tenang, duka yang disembunyikan dengan wajah datar tanpa ekspresi, dan kebingungan yang terpendam dalam diam untuk menghindar, mengundang rasa sesak yang pada akhirnya tidak bisa lagi ditahan, yang pada akhirnya tidak bisa lagi dipendam, dan yang pada akhirnya menjadi tangis tak terbendung.Bibir dipaksa untuk tetap terkatup rapat semakin menyesakkan napas yang kian terasa sulit, tangan terkepal kuat dan badan yang meringkuk, jelas menggambarkan kesesakan dari wanita yang bersembunyi di dalam selimut. Bersembunyi dalam gelapnya ruang tidur dan masih juga dalam hangatnya selimut yang justru terasa dingin dan hampa, mengabaikan desis dan segala ucapan dalam gumam yang terus berbisik tepat di samping telinga, dan tetap mengabaikan segala usapan lembut di lengan dan bahu yang jelas bertujuan untuk menenangkan.Nyatanya, semua terlalu sulit walau hanya untuk tenang, ini semua sudah terlanjur dipendam sejak lama, dan meledak dalam tang

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (135) Malam yang canggung

    "Memang masih ada yang mau memaafkan kesalahan berulang selama lebih dari dua puluh tahun," celetuk Angelica sambil beranjak dari kursi makan dan menghela napasnya yang terasa berat, tingkat stres yang tiba-tiba meninggi memancing ketidaknyamanan dalam diri."Ada."Menoleh cepat wanita paruh baya itu kala mendengar jawaban singkat yang sangat jelas, ada sedikit harapan bahwa suara itu sebuah keinginan yang bersuara tapi hanya dalam pikiran. Namun, bukan kenyataan namanya jika mudah terwujud dari sebuah harapan, keinginan, atau ekspektasi.Terbuka lebar mata wanita paruh baya bernama Angelica Audreylia itu kala melihat putri bungsunya berdiri di batas antara dapur dan ruang makan, terkatup rapat bibirnya saat keadaan seolah memaksa untuk bertukar tatap dengan sang putri, "bunda sudah sadar kesalahan selama ini?" tanya si putri bungsu berjalan memasuki ruang makan seraya membawa segelas air.Duduk dengan santainya ia di salah satu kursi dan menandaskan isi dari gelas kaca itu, sesekali

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (134) Kedua orangtua Rana

    "Aku lagi main ke rumah Kak Jess buat pendekatan hubungan saudara, ternyata Tomi tahu aku ke tempat Kak Jess, dia ajak beberapa temannya buat penyerangan dan pelecehan ke aku sama Kak Jess. Tapi digagalkan sama Kalil karena dia lihat Tomi pas mau pulang setelah antar aku ke rumah Kak Jess," tutur Rana lagi tidak berharap banyak pada respon orang tuanya yang tidak pernah bisa diharapkan."Terus sekarang Tomi gimana?" kata Angelica mempertanyakan keadaan menantu pertamanya, menantu yang ia percaya dan banggakan dibanding menantu kedua yang kini berada di hadapannya."Masih khawatir sama penipu, Bu?" sahut Kalil santai tanpa rasa khawatir, dirinya hanya ingin menjaga perasaan sang istri dari celotehan wanita yang rasanya tak pantas disebut ibu. Tidak ada belas kasih, tidak ada pengertian, dan tidak ada cinta yang bisa dirasa. Yang bisa dirasa hanyalah kebencian, rasa tidak suka, ego, dan emosi tak stabil.Sifat-sifat yang akan aneh jika dimiliki seorang ibu, tidak bisa melindungi atau me

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (133) Rana dan Orang tua

    "Kakakmu kenapa?" tanya pria itu setelah beberapa saat bertukar tatap dengan Rana, dua kata yang sebenarnya secara jelas sudah mengungkapkan bahwa Rana tetap atau mungkin sudah dianggap lagi sebagai putri mereka."Kak Jess mau bercerai," jawab Rana singkat mengubah posisi duduknya jadi tegak, menatap serius dua insan yang berstatus sebagai orang tuanya, dua insan yang melahirkannya dengan harapan, dua insan yang membesarkannya dengan sejuta impian tak manusiawi, dan dua insan yang kerap kali menjadi musuh Rana sepanjang hidupnya."Hah!" seru wanita yang berada di seberang Rana itu terkejut, "kenapa? Jessica itu lagi hamil, mana mungkin mereka bercerai. Kamu fitnah apalagi rumah tangga mereka?" tukasnya turut duduk tegak tapi jelas tidak dengan ketenangan dan keseriusan seperti yang Rana lakukan.Terdiam Rana mendengarnya, membisu pula ia melihat amarah sang ibunda yang siap meledak lagi. Terkadang, Rana merasa bingung dengan dirinya yang kini menjadi sosok penuh rasa percaya diri, ket

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (132) Ke rumah orang tua

    Dua klakson pelan terdengar bergantian, bentuk pamit yang tidak terucap menjadi tanda dari dua mobil berbeda yang bergegas melaju lurus, melewati belokan yang diambil mobil lain bersama mereka di awal. Kepergian dua mobil yang cukup menandakan bahwa hari yang baru beranjak sore ini sudah usai, bukan tentang waktu tapi momen menakutkan untuk sesaat dianggap telah selesai. Setidaknya, dalam harapan meski logika berkata bisa saja ini hanya sementara.Melaju cepat kendaraan roda empat dengan dua wanita dan seorang pria di dalamnya, dua wanita kakak-beradik yang kini saling berpelukan dengan tujuan masing-masing. Menenangkan dan butuh penenang, perasaan gundah tentu tidak semudah itu untuk hilang hanya dengan perkataan yang terdengar.Percaya saja padaku, aku yakin semua akan baik-baik saja, mau sampai kapan disiksa terus? Dan ucapan lainnya yang memang terdengar sesuai logika dan kenyataan."Silakan," ucap petugas keamanan dari gapura ketiga yang dilewati, gapura terakhir setelah serangka

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (131) Kegelisahan Jessica

    Bangunan berwarna cokelat dengan logo dan slogan khas menyambut lima insan yang baru saja turun dari dua mobil berbeda, saling bertukar pandang sesaat sebelum melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Memantapkan pikiran dan perasaan untuk mengambil keputusan yang terbilang berat, tidak saling menguatkan hanya untuk menjaga kestabilan diri satu sama lain, agar tak ada canggung dan salah paham dalam proses.Cukup yakin dan percaya bahwa berada dalam tujuan yang sama, cukup kuat dan tegar bahwa takdir sudah memiliki jalan terbaik meski harus melewati jalan rusak berbatu, cukup meredam ego dan menjauhkan pikiran buruk pada siapapun demi mencapai segala yang diharapkan dalam kebaikan. Sapaan diterima lima insan itu dari petugas yang membukakan pintu, "ada yang bisa dibantu?" tanyanya pada Kalil yang berjalan di depan."Mau buat laporan resmi untuk penyusup dan penyerang dari salah satu perumahan beberapa saat lalu," jawab Kalil kemudian menyebutkan nama perumahan yang menjadi tempat kejadian

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (130) Tomi ditangkap

    "Diam di tempat!" Dor! Satu tembakan terdengar melayang, disusul bunyi kerusakan properti lain yang memantul. Tembakan yang tentu membuat dua petugas dekat lima insan muda itu berdiri dan memasang posisi siaga, mengokang senjata dalam pegangan dengan kaki posisi kuda-kuda dan mata tertuju fokus ke area pusat datangnya suara. Sementara Rana dan Jessica hanya saling berpelukan dan menunduk, sedangkan tiga pria muda di sofa panjang lain juga hanya bisa menunduk dan terdiam dalam kegelisahan tak tergambarkan dengan kata. Sampai terdengar langkah dan perintah tegas mendekat, membuat Rana perlahan mengangkat kepalanya dan melihat Tomi bersama beberapa orang berada di belakang polisi, "Jess," panggil Tomi pelan dan menyentuh, ada harapan besar juga dalam panggilannya. Panggilan yang ternyata cukup membuat Jessica hendak perlahan mengangkat kepalanya, panggilan yang seolah tentu mendapat respon dari pasangan, panggilan dan tanggapan normal yang biasa terjadi antara suami-istri. Namun, buka

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (129) Petugas Berwenang

    "Hm ...," deham polisi itu mengangguk-anggukkan kepalanya, melihat Jessica lekat meski sosok yang dilihat hanya menunduk gelisah, terlihat jemari dari kedua tangan yang dimainkan dengan kasar, "kenapa kamu ke kamar atas dan ajak dia buat cepat pergi?" lanjutnya bertanya membuat Jessica sontak mengangkat kepalanya."Aku kurang suka untuk tutup rapat pintu kamar tidur, karena menurutku jika terjadi sesuatu itu akan membahayakan dan merepotkan," ujar wanita hamil itu menjawab, awal jawaban yang mendapat anggukan kecil dari petugas, "terus tadi aku habis dari toilet yang ada di kamar, pas baru keluar itu aku lihat ada siluet di ruang tengah," lanjutnya terhenti sejenak lalu menatap Rana dan Kalil bergantian, berhentinya ucapan yang sudah pasti menarik perhatian petugas."Iya ruang tengah sini," sambung Jessica beralih menatap petugas, menegaskan posisi atau titik ia melihat siluet, "bayangan beberapa cowok gitu, ada yang kayak bawa senjata tajam panjang di pundaknya."Terhenti lagi Jessic

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status