Herakles, Musai dan Teresa terkejut dengan munculnya tangan merah membara berukuran raksasa. Bahkan telapak tangan itu memiliki lebar yang setara dengan halaman istana Kerajaan besar."Apa ini!?" seru Musai dengan mata terbelalak.Herakles mendengus keras kemudian mengangkat tangan kirinya. Dari dalam telapak tangannya keluar cahaya emas terang yang kemudian membentuk kubah emas raksasa.Dang!Tangan merah raksasa itu menghantam kubah yang baru saja dibuat oleh Herakles. Teresa tak tinggal diam begitu saja. Dia menyadari, kegelisahan yang sejak tadi dia rasakan berhubungan dengan tangan merah raksasa tersebut."Aku akan menggunakan kekuatan milikku. Jadi, kalian lindungi diriku." kata Teresa. Herakles mengangguk sambil menahan hantaman tangan merah raksasa tersebut. Dia menduga-duga, siapa yang memiliki kemampuan sehebat itu hingga berani-beraninya menyerang tiga Dewa Kahyangan Barat seorang diri.Telapak tangan merah itu berusaha meremas kubah emas milik Herakles. Meski kubah itu kua
Dewa Bumi Ruka membelah pasir di bawah kakinya dengan kekuatan miliknya yang sudah dia rapal beberapa saat yang lalu. Pasir terbelah menjadi dua secara perlahan diiringi guncangan yang dahsyat. Dewa Laut Araka yang menciptakan perisai raksasa terlihat tegang saat melihat aura merah keluar dari celah raksasa yang tengah dipaksa untuk terbuka.Sung Wukong dan Jia Li pun sama-sama menatap tak berkedip menanti apa yang akan terjadi. Setelah celah terbuka dengan lebar hingga beberapa tombak, terlihat satu pemandangan yang luar biasa mencengangkan. Ternyata, di bawah pasir tersebut, ada satu dunia kecil dengan suasana yang sangat jauh berbeda dengan gurun pasir yang mereka pijak saat ini."Apa ini...? Pemandangan yang luar biasa!" seru Sun Wukong sambil celingukan kesana kemari. Tabiat binatang nya muncul seketika itu juga saat melihat alam yang hijau nan indah. Dia terlihat sangat bahagia. Itu terlihat dari wajahnya yang tak bisa tenang dan sangat ingin segera melompat ke bawah sana.Jia L
Area Lubang Neraka semakin menyempit menggiring para peserta untuk segera pergi menuju ke tempat yang aman. Namun bersamaan dengan itu, mereka bisa berhadapan dengan musuh atau bertemu dengan Binatang Iblis yang kuat.Sepeninggal Herakles, Musai dan Teresa, Bara kembali melanjutkan perjalanan menuju ke arah pusat yang berlawanan dengan badai hitam. Itu adalah arah yang juga ditempuh oleh Herakles dan kelompoknya.Setelah berjalan selama beberapa saat akhirnya Bara dan Manguntur tiba di gurun pasir yang sangat luas. Bara berhenti sejenak sambil menatap sekeliling. Hingga akhirnya mata pemuda itu tertuju pada satu titik. Dari jarak ribuan tombak dia melihat beberapa sosok melangkah di tengah gurun pasir yang tandus itu."Dia..." Bara menatap sosok-sosok tersebut. Salah satu dari sosok itu dia cukup mengenalnya. Itu adalah si cantik Dewi Angin Jia Li.Wanita yang pernah diselamatkan oleh Bara Sena beberapa waktu yang lalu itu kini bersama dengan beberapa orang. Salah satunya adalah Sun W
Badai hitam memaksa para peserta yang tersisa untuk pergi menuju ke area tengah yang masih aman. Badai tersebut akan berhenti di titik tertentu dan akan datang kembali setelah beberapa waktu kemudian.Selama jeda badai tersebut, para peserta akan terus berjalan menuju ke titik pusat yang masih acak. Dan selama perjalanan tersebut, mereka bisa mencari harta Karun untuk bertahan hidup atau membunuh peserta lain demi mendapat nilai.Bara Sena bersama Gandi yang tengah terluka parah menghentikan perjalanan di sebuah goa yang lumayan besar. Di dalam goa tersebut Bara menurunkan Gandi dan menyandarkannya di batu besar. Manguntur yang saat itu masih menjadi kuda berjaga di pintu masuk dan siap memberi kabar kepada Bara jika ada orang lain yang datang kesana."Untuk sementara kita aman..." kata Bara."Aku sudah tak bisa bertahan lagi...Sepertinya aku akan mati," sahut Gandi lemah.Keadaannya memang sudah tak memungkinkan untuk dipulihkan. Sebagia
Blaarrr!!!Ledakan besar mengguncang tanah di area pertarungan. Asap hitam disertai api merah membubung tinggi ke langit. Gelombang ledakan menyapu bebatuan di sekitar hingga beterbangan bersama tanah dan pasir merah.Tubuh Herakles terpental sejauh puluhan tombak lalu menghantam gundukan tanah hingga hancur. Tubuhnya terkubur di dalam tanah yang longsor akibat dirinya. Sementara Bara Sena masih berdiri tegap dengan Golok Iblis mengacung ke depan.Para Dewa yang menyaksikan itu benar-benar tak menyangka, melihat Herakles dikalahkan oleh Bara Sena Sang Dewa Cahaya. Begitu juga dengan Zeus yang mengepalkan tinjunya melihat anaknya dijatuhkan oleh pemuda tersebut."Bara Sena...Asal usulnya masih misterius...Konon katanya dia adalah putra Bima...Tapi berdasarkan apa yang aku dapatkan, dia lahir di Zhuo Guo dari keluarga Xiao...Bocah ini, lebih berbahaya dibanding peserta lainnya...Apakah dia sudah berada di atas Herakles putraku?" batin Zeus.Batara Geni yang masih terlihat tenang bangkit
Herakles masih tertunduk dan berdiri di tempatnya. Matanya terbuka namun menatap ke arah kedua kakinya."Memalukan...sangat memalukan..." ucapnya lirih.Dengan perlahan dia mengangkat wajahnya. Menatap kearah depan sana dimana lubang raksasa menganga. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat Gandi yang ada dibawah sana tergeletak tak bergerak sedikit pun."Bahkan dia masih hidup setelah ledakan mengerikan itu...Naga Air ini, dia memang sosok yang hebat...Aku kagum padanya...Sedangkan aku, jika bukan karena pil pemberian ayah...mungkin aku sudah tak bisa bertahan..." batin Herakles lalu dia bangkit berdiri.Matanya menatap tajam kearah Gandi."Tetapi, sandiwara ini harus tetap di pertahankan...Aku tak ingin para dewa diluar sana menduga yang tidak-tidak karena tubuhku yang baik-baik saja. Ayah pasti sudah memberikan alasan kepada mereka," batinnya lalu tangannya terangkat ke atas.Sring!Pedang Pemecah Bulan menghampiri tangannya. Setelah menggenggam pedang tersebut, Herakles mengerahk