Share

HASRAT TAK BERNAMA
HASRAT TAK BERNAMA
Author: Yurami

PROLOG

Author: Yurami
last update Last Updated: 2025-07-06 08:58:52

30 tahun lalu

Hujan turun rintik-rintik, membasahi halaman belakang rumah sakit bersalin tempat dua sahabat duduk berdampingan. Di pangkuan mereka, dua bayi mungil yang baru saja membuka mata pada dunia.

“Aku ingin... kelak saat mereka dewasa, kita jodohkan mereka,” ucap Caitlin pelan, mengusap pipi bayinya dengan penuh kasih.

Bella tersenyum, menggenggam tangan sahabatnya. “Kalau begitu, janji. Kita jodohkan mereka.”

Dua tangan terikat.

Dua hati sepakat.

Namun takdir jarang berjalan lurus.

Sepuluh bulan kemudian, Caitlin pergi ke Amerika mengikuti suaminya.

Janji itu tertinggal dalam hening. Terkubur waktu dan jarak.

Kini

Lagu klasik mengalun dari jari jemari seorang wanita berselendang merah darah. Panggung megah dipenuhi hadirin kelas atas, tapi hanya satu pria yang terpaku.

Zayn.

Mata elangnya tak beranjak dari punggung sang pianis.

Ia tak tahu siapa wanita itu—wajahnya tersembunyi.

Tapi cara dia menyentuh tuts piano…

membuat hatinya bergetar untuk pertama kalinya. Zayn tidak tahu bahwa ia tengah jatuh cinta.

Dan lebih dari itu...

ia jatuh cinta pada wanita yang salah. Atau justru—pada takdir yang belum ia kenal.

Alunan musik berhenti perlahan.

Tepuk tangan membahana memenuhi aula megah.

Namun Zayn masih terpaku.

Ada sesuatu dalam dirinya yang bergeser,

perasaan yang tak bisa ia beri nama.

Ia berdiri, hendak mendekat. Tapi wanita itu telah lebih dulu menghilang, menelan dirinya di balik tirai merah panggung.

Yang tertinggal hanyalah aroma samar parfum bunga. dan siluet punggung berselendang merah darah yang kini menghantui pikirannya.

“Siapa dia?” tanyanya pelan pada seorang kolega.

Pria di sebelahnya menjawab santai, “Itu... putri Tuan Yuan Aditama.”

Zayn mengangguk perlahan. Nama itu tidak asing.

Ia tahu Tuan Yuan memiliki dua putri. Tapi tak seorang pun benar-benar tahu siapa mereka.

Terlalu misterius. Terlalu mahal untuk dikenali.

Namun Zayn hanya mengenal satu nama: Dona.

Gadis yang pernah ia temui sekilas di acara formal.

Sejak malam itu, Zayn mulai mencari.

Tanpa sadar, ia memburu sosok berselendang merah

yang memainkan piano seolah sedang membisikkan rahasia ke dalam hatinya.

Ia yakin... itu Dona.

Ia yakin, cinta itu sudah memiliki wajah.

Tapi Zayn salah.

Sangat salah.

Karena wanita yang membuat jantungnya berdetak tak karuan malam itu...

adalah Vreya.

Wanita yang telah dijanjikan untuknya sejak lahir.

Tapi kini.. menjadi teka-teki paling berbahaya dalam hidupnya.

**

“Cari tahu siapa sebenarnya putri Tuan Yuan Aditama,” perintah Zayn malam itu, setibanya di penthouse tempat ia menginap sementara di Jakarta.

Beberapa pria bersetelan gelap langsung menyebar. Tak ada satu pun yang berani membantah perintahnya. Zayn bukan hanya seorang CEO muda, tapi juga pewaris bisnis lintas negara. Jika dia menginginkan sesuatu, dia akan mendapatkannya.

Keesokan paginya, salah satu anak buahnya kembali membawa kabar.

“Ada dua putri, Tuan,” lapor pria itu sambil menyerahkan berkas. “Yang pertama, Nona Vreya. Seorang artis papan atas, dan musisi. Tapi publik tak banyak tahu kalau dia adalah putri kandung Tuan Yuan. Identitasnya disembunyikan sejak kecil.”

Zayn mengangkat alis, matanya menyipit.

“Dan yang kedua Dona?” tanyanya pelan.

“Dona, putri dari istri kedua Tuan Yuan. Nama belakangnya jelas Aditama. Dia sering muncul di publik. Lembut, aktif di yayasan, dan terkenal sebagai calon istri idaman.”

Zayn menatap foto dalam berkas itu. Satu-satunya nama yang ia kenal selama ini hanyalah Dona. Tapi wanita berselendang merah itu... apakah dia?

Zayn menutup map, matanya menggelap, penuh tekad.

“Jadikan aku pengawal pribadi Vreya.”

Pria di hadapannya tampak ragu. “Maaf, Tuan... Anda yakin? Dia tak pernah keluar dengan pengawal."

Zayn tersenyum miring. Senyum yang berbahaya.

“Aku akan mendekati adiknya… melalui sang kakak.”

Ia tidak tahu bahwa langkah itu... akan menjerumuskannya dalam lingkar rahasia keluarga. dan cinta... yang ternyata telah dijanjikan sebelum mereka belajar berjalan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 10 Saat Kau Masuk Terlalu Dekat

    Angin malam menghantam wajah Zayn saat motornya melaju cepat menerobos jalanan kota. Cahaya lampu jalan memantul di visor helmnya, sementara pikirannya penuh oleh satu gambar yang terus berputar di kepala. Tangan Zayn menggenggam setang begitu kuat hingga terasa kaku. Ia memaksa napasnya tetap stabil, tapi amarah yang tadi hanya bara, kini menjelma badai yang mengoyak dadanya. Di tengah fokus itu, ponselnya bergetar di saku jaket. Dona. Zayn mendiamkannya. Namun panggilan itu masuk lagi—dan lagi. Akhirnya, di persimpangan lampu merah, ia menghentikan motor dan menggeser helmnya sedikit untuk menjawab. “Kenapa?” suaranya datar dan dingin. Dona terdengar manis di seberang, terlalu manis untuk jam segini. “Zayn… kamu lagi di mana? Bisa lihat video yang aku kirim barusan?” Zayn melirik layarnya. Sebuah video berdurasi tiga menit. “Aku lagi di jalan,” jawabnya pendek. “Nanti saja.” “Tapi… tolong lihat sekarang,” ucap Dona, suaranya lembut tapi mendesak. “Video itu… aku b

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 9 Reaksi Tersembunyi

    Mobil hitam yang membawa Zayn berhenti bukan di depan rumah, melainkan di ujung jalan besar menuju kediaman Vreya. Ia memang menjaga agar kehadirannya tidak mencolok—tak seorang pun boleh tahu siapa dirinya sebenarnya. “Turunkan di sini,” ucap Zayn datar. “Siap, Tuan,” jawab anak buahnya sebelum melajukan mobil menjauh. Zayn berdiri di pinggir jalan, merasakan malam yang lembap menyentuh kulitnya. Ia menarik napas pelan lalu merapikan kembali pakaian pengawal yang ia kenakan—menyembunyikan identitas, menyembunyikan segala hal yang tidak boleh terlihat. Ia lalu berjalan masuk ke gang besar itu. Tanpa ia sadari… sepasang mata mengikutinya dari jauh. Bimo. Ia berdiri di balik motor yang terparkir miring, helm masih menutupi sebagian wajahnya. Mata gelap itu mengikuti langkah Zayn tanpa berkedip. “Dia diantar mobil…?” gumamnya pelan. Bimo mengeluarkan ponselnya, jari-jarinya siap mengabadikan apa pun yang bisa jadi bukti, apa pun yang bisa ia laporkan pada Dona. ** Di depan

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 8 Yang Tak Pernah Terucap

    Vreya melangkah melewati Zayn tanpa bicara, lalu duduk di ujung sofa—menyisakan jarak. Zayn menatap, mencoba membaca ekspresi yang Vreya sembunyikan. “Iya, saya khawatir.” sahut Zayn akhirnya. Vreya menegakkan bahu. "Apa yang harus kamu khawatirkan? Kamu bukan pengawalku lagi. “Saya masih pengawal kamu." Vreya terkekeh, "Kamu tidak punya malu sama sekali. Masih beranggapan kamu adalah pengawalku? Maaf Zayn, tapi aku tidak mau berbagi dengannya, sekalipun itu pengawal!" Zayn menahan napas. Kalimat itu menusuk lebih dalam daripada yang ingin ia akui. “Berbagi?” ia mengulang pelan. “Saya tidak—” “Tidak apa? Jelas-jelas semalam kamu lebih memilih menjaga dia dibanding saya!" Vreya memotong cepat. Nada itu terdengar dingin. “Vreya, bukan seperti itu—” “Tidak perlu ada penjelasan apapun Zayn, saat ini saya ingin sendiri. Dan kembalilah kesana. Karena dari awal saya tidak pernah butuh pengawalan!" Zayn mengepalkan tangan. Ia ingin menyangkal, tapi kata-katanya terasa terlalu

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 7 Dalam Dekat yang Salah

    Pagi menembus jendela kamar Vreya lewat celah tirai. Cahaya tipis menyentuh pipinya yang membengkak, memperjelas garis luka merah yang tertinggal dari pecahan kaca semalam. Ia berdiri di depan cermin, wajahnya tampak lebih pucat dari biasanya. Tanpa riasan, tanpa panggung yang menutupi rapuhnya. Hanya seorang Vreya yang sedang sakit di luar dan di dalam. Acel muncul di ambang pintu tanpa mengetuk. “Gimana? Lo udah enakan?” “Enggak,” jawab Vreya pelan. Acel terdiam. Ia mendekat, mengoleskan salep perlahan. “Untung gue yang anter lo semalam. Padahal Gino udah ngarep banget bisa berduaan sama lo." Vreya tertawa pendek. “Gino langsung balik?" Acel mengangguk. "Yaa, begitu lo nyuruh dia pulang, dia langsung pulang." Vreya mengangguk, tersenyum simpul. Sedangkan Di rumah Dona, Zayn baru saja turun dari kamar tamu. Kepalanya berat, bukan karena minuman, ia tidak minum sama sekali—tapi karena kejadian semalam. Ciuman itu. Ciuman singkat yang dengan tiba-tiba membuat Zayn

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 6 Malam Yang Salah

    Udara malam menyergap dingin ketika Vreya melangkah cepat keluar dari rumah itu. Hak sepatunya beradu dengan lantai marmer hingga menembus halaman yang luas. Ia tak menoleh lagi, hanya ingin segera meninggalkan segala kepalsuan yang menyelimuti meja makan tadi.Namun begitu sampai di area parkir, langkahnya terhenti. Dari belakang, suara sepatu berat terdengar menyusul. Vreya menoleh, dan mendapati Zayn berdiri tak jauh di belakangnya.“Kenapa menyusulku?” suaranya tajam.Zayn menatapnya singkat, wajahnya tetap datar. “Nona Dona memerintah saya untuk mengajak Nona Vreya juga.”Vreya terkekeh hambar, tawanya tipis namun menyayat. “Tidak perlu!”Ia membuka pintu mobil dengan kasar, lalu menatap Zayn dengan sorot penuh amarah. “Kamu tidak perlu balik ke rumahku!”Zayn menahan napas, rahangnya mengeras. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap Vreya yang bergetar menahan emosinya. Pandangan itu seolah ingin mengatakan sesuatu—namun mulutnya terkunci.Tak lama mobil itu melaju dengan kece

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 5 Pertemuan yang Tak Pernah Diinginkan

    Mobil hitam itu berhenti tepat di depan gerbang megah kediaman Yuan Aditama. Vreya menarik napas panjang, menatap rumah yang dulu pernah ia tinggali—tempat yang kini tak lagi menyimpan rasa nyaman baginya. Zayn turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuknya tanpa sepatah kata.Tak ada Riska kali ini. Hanya dia… dan pria asing yang entah mengapa selalu hadir di tiap langkah penting hidupnya.Langkah Vreya memasuki halaman terasa berat. Namun sebelum sempat ia mengetuk, daun pintu sudah terbuka dari dalam. Sosok seorang wanita anggun dengan senyum yang tampak dibuat-buat berdiri di ambang.“Vreya… akhirnya kau datang juga.” nada suara itu terdengar ramah, tapi dingin berbalut kepalsuan. Dialah Citra, istri kedua Yuan Aditama—wanita yang dulu merebut posisinya sebagai ibu rumah tangga sah di rumah ini.Vreya mengangguk datar, tanpa menanggapi basa-basi.“Masuklah, sayang. Ayahmu sudah menunggu di ruang makan.”Tatapan Citra sekilas bergeser pada Zayn yang berdiri tegap di belakang Vrey

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status