Share

Cinta Yang Terlalu Bersemi (Flash Back Off)

Awan sore mengintip dari jendela yang terbuat dari kaca. Tangan Jonathan menyeret tirai untuk menutup sinar orange dari langit yang berhasil menembus jendela kaca tersebut.

Semuanya terlihat remang-remang, kecuali wajah Karina yang meski tidak ada jingga tapi tetap bisa bersemu merah.

“Karin! Aku janji akan selamanya sama kamu!” Jonathan menahan tangan Karina yang sepertinya akan pergi. Ia menatap penuh iba. Dengan sengaja hembus nafasnya dibuat semakin menabrak kulit wajah Karina. Membuat gadis itu juga menderita untuk kuat menahan nafsu.

Karina tahu apa yang dimau sang kekasih. Ia menatap sayang. Manik mata hitamnya merekam semua raut wajah Jonathan yang indah tanpa cela. Ujung bibir yang mungil menambah sempurna pahatan wajah Jonathan, laki-laki itu memang terlahir sangat tampan. Sekali lagi Karina ingin meyakinkan hatinya. Jangan lakukan apapun yang bisa membuat masa depannya bisa hancur. Meski dengan janji manis.

Sayangnya, Jonathan tidak ingin menyerah. Dia memang merasa cinta sekali dengan Karina. Juga yakin, kalau Kirana yang terbaik, untuk jadi ibu dari anak-anaknya nanti. "Aku mau tanggung jawab. Kamu percaya aja sama aku. Janji juga buat ngenalin kamu sama mama, besok!"

Karina menggeleng. "Nggak Jo! Aku takut. Kamu bohong!"

"Karin, love you so much. Nggak akan pernah, aku ninggalin kamu." Jonathan melepas ikatan dasinya. Rasanya lehernya tercekik dan ingin bebas. Ia juga masih menatap tajam pada wajah kekasihnya.

Karina berharap, ia tidak akan tertarik sedikitpun pada ajakan Jonathan. Ajakan yang sudah dua minggu ini mereka berdua tahan.

Sayangnya, belai lembut Jonathan pada pipi Karina seakan memberi tegangan kecil yang menyenangkan dan menyentuh hati Karina muda.

Kulit leher Jonathan yang putih bersih, membuat Karina penasaran dan ingin menyentuhnya. Akan tetapi, sebelum lentik jari jemari Karina berhasil meraba, leher bersih itu. Jonathan lebih dulu memegang tangan sang kekasih. Ia seperti tahu apa yang akan dilakukan oleh Karina terhadapnya. "Kamu mau apa?"

"Aku …!" Karina malu mengakui kalau hatinya tergoda. Ia segera ingin mengelak, wajahnya menoleh menolak bertatap pandang dengan Jonathan.

“Karin! Aku tau kamu sayang sama aku. Jadi, kita lakukan pelan-pelan, seperti teman-teman!”

“Tapi, Jo! Mereka ada yang dikeluarkan dari sekolah. Aku, aku takut.”

“Tenang saja, kalau sama aku. Nggak akan terjadi apa-apa.” Jonathan berusaha meyakinkan. Ia mulai menggerakkan tangannya mencari harta karun milik Karina. Mulai tidak peduli meski Karina enggan menatapnya. “Aku akan terus sayang sama kamu Karin. Selamanya!”

Sudah tidak bisa menahan diri lagi. Hasrat itu muncul menyeruak memenuhi pikiran dan hati Jonathan. Ia khilaf dengan segala sisi liar sebagai laki-laki. Tangannya mencari sinyal pemancar pemenuhan nafsu. Bahkan ia bisa melihat netra haus dari Karina yang tampaknya menginginkan hal yang sama.

“Sayang sama aku selamanya?” tanya Karina. Wajahnya sudah saling berbanding lurus dengan Jonathan. Netranya menatap dan mendominasi penglihatan Jonathan.

“Iya, I am promise!” ucap Jonathan. “Boleh kan?” tanyanya lagi sambil mengangkat satu tangannya membuat batas untuk mengurangi pergerakan wajah Karina agar selalu menatap ke arahnya.

Sesuai harapan, Karina ternyata mengangguk. Perlahan, Jonathan semakin mendekat, memangkas setiap inci jarak yang ada. Sudah tidak ada ruang lagi bagi keduanya. Bahkan hanya untuk lalu lalang udara yang berhembus dari hidung masing-masing.

Mereka saling menghirup udara yang sama. Saling bertukar rasa meski hambar dikecap oleh lidah. Ada nafas yang mulai terhenti seiring tautan yang terjadi. Bibir yang sudah bersatu, merasakan sensasi adrenalin yang baru pertama kali mereka berdua rasakan.

Ini bahkan lebih kuat memacu jantung untuk berdetak lebih cepat, lebih cepat ketimbang naik rooler cooster sekalipun. Keduanya telah melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan. bagi mereka berdua, ini adalah waktu yang terlalu dini untuk melakukan kesalahan fatal.

Wajah yang mulai mengeluarkan peluh sambil saling bertatapan dengan bahasa yang hanya hati yang bisa mengartikan. Karina mengalungkan tangannya pada leher Jonathan. Bibirnya akhirnya bebas. “Kamu janji kan, semuanya akan indah!”

“Iya, janji!” Jonathan semakin tidak bisa mengendalikan diri. Ia pun menyempurnakan harapannya sebagai laki-laki hingga titik akhir. Ia tahu ini salah, tapi, sudah terlanjur. Karina telah kehilangan harta berharganya sebagai wanita. “Aku akan tanggung jawab sama kamu Karina. Aku sayang kamu, cuma aku yang berhak milikin kamu!”

Hari yang berlalu, enam bulan menjelang kelulusan dari tingkat Sekolah Menengah Atas. Sejak insiden manis yang pada akhirnya terjadi berulang-ulang. Karina merasa hari-harinya sangat indah, hingga petaka datang dan mengancam masa depannya.

Karina hamil, Jonathan memang bersedia bertanggung jawab. namun, jalan itu tidak mulus. Semuanya dirancang lewat skenario kejam oleh keluarga Jonathan yang menginginkan Karina menghilang.

“Enggak Pak, tolong ampuni anak saya. Saya yang salah, saya tidak bisa mengontrol pergaulan Karina. Begini saja, biar saya dan Karina yang pergi dari kota ini. Karina tidak akan datang ke sekolah lagi. Tapi, tolong jangan bawa anak saya pergi. Cuma dia yang saya miliki sekarang!” Bu Riya berusaha menolong Karina yang akan diculik di tengah jalan sepulang sekolah oleh orang-orang suruhan pak Kayren.

Pak Kayren yang ada di dalam mobil hanya diam menatap dingin pada sosok Riya. Wanita muda yang terlihat kusut, yang sedang memegang kedua kakinya dengan derai air mata.

“Lepaskan tangan kotormu dari kakiku. Orang kelas bawah sepertimu tidak pantas jadi besan keluarga Kayren.”

Bu Riya menggelengkan kepala. “Saya tidak akan lepaskan kaki bapak, kalau bapak tidak melepaskan anak saya. Tolong jangan bawa pergi Kiran. Dia harta saya satu-satunya.”

“Jih, menyebalkan sekali. Kalau begitu, bawa dia juga!” Pak Kayren memberi perintah pada anak buahnya untuk membawa bu Riya sekalian. Ia bisa melihat suruhannya mulai meraih tangan bu Riya dan menyeret paksa untuk bisa masuk ke dalam mobil yang juga membawa Kirana didalamnya. “Singkirkan mereka sejauh mungkin, kasih uang yang sudah aku siapkan supaya mereka bisa membesarkan anaknya Jo.”

“Baik Tuan!”

“Tunggu! Satu lagi! Suruh mereka menghilang dari kehidupan Jonathan. Karena antara Jo dan Kiran, sudah jelas beda level. Kalau tetap berusaha menemui Jo, aku nggak akan ragu buat ngelenyapin mereka berdua dari muka bumi ini!”

“Baik Tuan. Akan saya sampaikan sama ibu dan anak itu!”

Setelah itu, Kirana dan ibunya menghilang dari kota tersebut. Tidak ada jejak yang ditinggalkan. Jonathan pun merasa amat sangat kehilangan. Berkali-kali mendatangi kediaman Karina. Namun, hasilnya tetap sama. Rumah itu kosong tidak berpenghuni.

Lima tahun kemudian

Azka tumbuh menjadi anak yang pintar. Ia mendapat kesempatan bersama dengan Kirana untuk mengikuti perlombaan fashion show anak-anak sebagai perwakilan sekolah.

Mengikuti perlombaan itu, membuat Kirana bertemu dengan Jonathan yang sedang pergi ke sebuah pusat perbelanjaan bersama dengan ibunya. Namun, meski saat itu Jonathan berhasil membawa Kirana dan Azka untuk tinggal bersamanya beberapa saat. Sayangnya, itu tidak bertahan lama. Drama kembali terjadi di belakang Jonathan. Hingga tercipta makam palsu atas nama Karina juga Azka.

Jonathan terpukul atas kejadian yang ia tahu itu adalah sebuah kecelakaan. Antara dirinya, istri juga Azka. Kecelakaan yang pada akhirnya membuat Jo tidak sadarkan diri. Selama itu, pak Kayren membuat siasat penghancur untuk kedua kalinya. Ia lakukan lagi pemisahan sepasang manusia yang saling mencintai. Juga anak dari ayahnya dengan cara jahat.

Karina dan Azka diusir dari rumah tanpa belas kasihan. Ada sejumlah nominal yang lagi-lagi diberikan sebagai tutup mulut untuk menantu dan cucu. Sayangnya, Karina menolak. Gadis itu bersumpah tidak akan mau lagi berurusan dengan keluarga Kayren dan Jonathan. Hatinya remuk, seremuk-remuknya.

Tidakkah sang kakek terpesona dengan wajah Azka yang sangat mirip dengan ayahnya. Tidakkah terlintas untuk memikirkan kebahagiaan Azka yang masih kecil dan butuh kasih sayang kedua orangtuanya.

"Saya tidak meminta apa-apa Pa. Hanya saja, izinkan saya bertemu Jo untuk terakhir kali. Biarkan saya bisa menyentuh tangannya. Hanya meraba saja. Setelah itu, saya akan pergi jauh!" Karina menitihkan air mata. Ia meminta sambil bertekuk lutut. Menyentuhkan kedua lututnya di lantai rumah sakit, tempat Jonathan dirawat.

"Hah, kamu terlalu banyak permintaan. Tinggal pergi dan terima uang saja. Tapi, malah ditolak. Kamu malah jadi perempuan munafik. Lakukan cepat. Tapi, aku nggak akan kasih kamu uang."

"Baik! Baik Pa.” Karina menangis dalam sesak. Ia segera berlalu ke dalam ruang rawat suaminya. Memanfaatkan waktu yang tidak lama.

Tatapan mata Pak Kayren penuh dendam. “Andai saja kamu tidak merawat cucuku, sudah aku bunuh kamu! Benci banget denger kamu panggil papa.” Melihat ke arah Karina yang begitu menunjukan dirinya berhati malaikat sedang berlari masuk ke ruang rawat Jonathan yang tengah koma. Padahal sedikitpun pak Kayren tidak berminat pada menantunya itu. Kecuali Azka, memang kadang ada sedikit rasa peduli pada cucu rupawannya tersebut.

Flashback off.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status