Share

Rendra Bahagia

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-12-11 21:15:15

“Sinta kamu sudah pulang?” tanya Rendra saat masuk ke dalam kamarnya.

Sinta yang sedang menelpon seseorang hanya melirik sekilas kemudian berjalan menuju balkon.

Entah apa yang wanita itu bicarakan lalu beberapa saat kemudian dia kembali lagi masuk ke dalam kamar.

“Ada apa?” tanyanya dengan datar.

Meskipun kurang nyaman dengan sikap Sinta tapi Rendra mencoba untuk tetap tersenyum.

“Aku ingin mengajakmu berbelanja, hari ini aku mendapatkan bonus yang banyak,” kata Sang suami.

“Aku tidak terbiasa dibelanjakan oleh seorang pria,” sahut Sinta masih dengan ekspresi datarnya.

“Aku ini suamimu jadi berkewajiban membelanjakan kamu,” ujar Rendra.

“Tapi aku tak butuh!” Masih dengan ekspresi yang sama.

Pria itu memberanikan diri memeluk istrinya.

Mendapatkan pelukan dari Rendra, Sinta meronta namun Rendra tak mau melepaskan pelukannya.

“Dengarkan aku Sinta, aku tahu kamu lebih berkuasa, lebih kaya, lebih segala-galanya dariku tapi aku tetaplah suamimu jadi tolong jangan rendahkan harga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
CitraAurora
nanti ka kebayang pas dia hamil
goodnovel comment avatar
CitraAurora
Iya betul kak
goodnovel comment avatar
Sari Aldia
selamat rendra meski dingin tp kan baik istri nya..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Aku Tak Sanggup!

    Acara pertunangan masih berlangsung meriah di ballroom. Tamu-tamu bercengkrama dengan riang, tertawa, bersulang. Musik mengalun dengan ceria. Semua orang terlihat bahagia.Tapi tidak dengan Dara.Gadis itu menyelinap keluar dari keramaian tanpa ada yang menyadari. Kakinya melangkah gontai menuju lift, naik ke lantai kamarnya. Begitu sampai di kamar, dia langsung berjalan menuju balkon.Balkon hotel itu menghadap ke kota yang penuh dengan lampu berkelip. Angin malam berhembus sejuk, tapi tidak bisa menenangkan badai di hati Dara. Langit terlihat kelabu, awan tebal menutupi bintang dan bulan.Dara berdiri di tepi balkon, tangannya berpegangan pada pagar pembatas. Matanya menatap kosong ke kota di bawah sana. Tapi pikirannya melayang jauh.Cincin pertunangan di jari manisnya terasa sangat berat. Seolah ada beban berton-ton yang mengikatnya. Dia mengangkat tangannya, menatap cincin itu dengan tatapan penuh kebencian.Ini bukan cincin yang dia inginkan. Ini bukan pria yang dia cintai. Semu

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Tunangan

    Malam itu langit terlihat begitu kelam. Tidak ada bintang, tidak ada bulan. Seolah langit ikut merasakan kesedihan yang menyelimuti dua hati yang saling mencintai tapi tidak bisa bersatu.Ponsel Dara bergetar di atas meja. Layarnya menyala, menampilkan sebuah pesan masuk. Dara yang sedang duduk melamun di tepi ranjang langsung meraih ponsel-nya dengan cepat.Satu pesan dari Raymond.Jantung Dara langsung berdegup kencang. Tangannya bergetar ketika membuka pesan itu."Temui aku di taman kota. Sekarang. Aku tunggu."Singkat. Tegas. Tapi cukup membuat Dara panik.Dia melirik jam dinding. Pukul sepuluh malam. Terlalu malam untuk keluar. Tapi bagaimana dia bisa menolak? Ini mungkin kesempatan terakhir mereka bertemu sebelum pertunangan.Dara dengan cepat mengganti pakaiannya. Dia memakai hoodie hitam dan celana jeans. Rambutnya diikat asal. Tanpa makeup, tanpa perhiasan. Dia tidak peduli penampilannya. Yang penting dia bisa bertemu Raymond.Dengan langkah hati-hati, Dara menuruni tangga. R

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Raymond Sedih

    Suara itu membuyarkan lamunannya. Dara menoleh dan mendapati semua orang menatapnya."Maaf, apa ada yang bicara sama aku?" tanya Dara gugup.Laura tersenyum geli. "Iya sayang. Reyhan tadi tanya kamu suka makan apa.""Oh," Dara menoleh ke arah Reyhan yang menatapnya dengan tatapan penuh perhatian. "Aku... aku suka makanan italia.""Wah, sama dong," Reyhan tersenyum lebar. "Aku juga suka. Favoritku carbonara. Kalau kamu?""Aglio olio," jawab Dara pelan."Boleh juga," Reyhan mengangguk setuju. "Simpel tapi enak."Keheningan kembali menyelimuti. Dara kembali menatap ke luar jendela, tidak tertarik melanjutkan obrolan.Reyhan yang melihat Dara yang terlihat tidak nyaman akhirnya berdehem pelan. "Om, Tante," panggilnya sambil menatap David dan Laura. "Boleh aku ngobrol sebentar dengan Dara? Berdua saja?"David dan Laura saling berpandangan. Lalu mereka tersenyum."Tentu boleh," jawab David. "Kalian ke taman belakang saja. Di sana lebih tenang.""Terima kasih Om," Reyhan berdiri lalu menatap

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Pertemuan Dengan Reyhan

    Sore itu matahari mulai condong ke barat, meninggalkan semburat jingga keemasan di langit. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma bunga melati dari taman depan rumah keluarga David. Suasana terasa begitu tenang, seolah tidak ada badai yang akan datang.Di dalam rumah, Laura sibuk bolak-balik dari dapur ke ruang tamu. Tangannya membawa nampan berisi kue-kue kering dan teh hangat. Wajahnya terlihat berseri, penuh kebahagiaan. Hari ini adalah hari penting. Hari di mana putri semata wayangnya akan bertemu dengan calon jodohnya."Dara, kamu sudah siap?" tanya Laura sambil mengetuk pintu kamar putrinya.Di dalam kamar, Dara duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Wajahnya pucat, matanya sembab. Sepertinya dia baru saja menangis. Tangannya meremas-remas ujung dress biru muda yang dipakainya."Dara?" Laura mengetuk lagi, kali ini lebih keras.Dara tersentak dari lamunannya. Dia cepat-cepat menghapus sisa air mata di pipinya lalu berdiri. Kakinya terasa berat ketika melangkah m

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Aku Sakit

    "Sangat serius," David mengangguk. "Dia anak direktur Papa. Sekarang jadi dokter. Umurnya 27 tahun. Orangnya baik. Papa rasa dia cocok untuk kamu.""Tapi Papa..." Dara menggeleng keras. "Aku nggak mau dijodohkan.""Kenapa?" tanya Laura dengan lembut. "Dia seorang dokter, tampan Papa juga kenal keluarganya." Bujuk Laura. "Iya Dara," Erik ikut berkomentar. "Nggak ada salahnya, pilihan orang tua itu yang terbaik?""Bener tuh," tambah Citra. "Lagipula umur kamu kan udah 23 tahun. Saatnya cari pasangan yang serius."Dara menatap sekeliling dengan tatapan panik. Semua orang seolah mendukung ide perjodohan ini. Tidak ada yang membela dia.Matanya refleks melirik ke arah Raymond. Dan dia menemukan pria itu menatapnya dengan tatapan yang sangat dingin. Tatapan yang mengintimidasi. Tatapan yang seolah mengatakan "Terima atau kamu akan menyesal."Dara menelan ludah dengan susah payah. Jantungnya berdegup sangat kencang. Tangannya bergetar. Pikirannya kacau.Kenapa Raymond menatapnya seperti itu

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Ingin Menjodohkan Dara

    Rara menatap mata Dara yang penuh selidik. Jantung Dara berdegup sangat kencang sampai dia yakin Rara bisa mendengarnya. Tangan yang tersembunyi di belakang tubuhnya bergetar hebat. Tapi wajahnya berusaha terlihat tenang."Bohong?" ulang Dara sambil menggelengkan kepala pelan. "Aku tidak bohong padamu, Ra. Kenapa aku harus bohong? Raymond benar tidak disini.” Jelasnya. Rara masih menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Matanya menyipit sedikit, seolah mencoba membaca kebohongan di wajah sahabatnya."Aku tidak tahu," jawab Rara pelan. "Tapi aku merasa kalau Raymond ada disini. Kalian tidak…” Dara menelan ludah dengan susah payah. Kerongkongannya terasa kering. "Aku tidak tahu Raymond dimana. Kamu terlalu overthinking, Ra.""Benarkah?" Rara melipat tangan di dada, masih menatap Dara dengan curiga."Benar," Dara mengangguk mantap, meski hatinya berteriak ketakutan. "Lagipula, kenapa kita berdiri di sini terus? Yuk turun. Pasti semua sudah menunggu kita. Kasihan mereka."Dara de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status