Share

Bab 2

Penulis: Angelyn Huang
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-06 07:19:32

Antara sadar dan tidak, aku merasa sedang bermimpi aneh. Dalam mimpi itu, udara di sekitarku terasa berat dan hangat.

Aku menggeliat pelan di balik selimut.

Tiba-tiba, aku merasakan pergerakan di sisi tempat tidur. Kasur di sebelahku melesak ke bawah, seolah menahan beban berat seseorang.

Apa ini masih mimpi?

Rasa kantuk yang luar biasa membuat mataku sulit terbuka. Namun, sensasi di kulitku terasa begitu nyata. Sebuah tangan yang besar dan hangat menyusup ke dalam selimut, mendarat di betisku.

Sentuhan itu perlahan naik. Jari-jari kasar itu menelusuri kulit pahaku yang mulus, mengirimkan sengatan listrik yang aneh. Bukan rasa takut yang pertama kali muncul, melainkan rasa geli yang menjalar hingga ke perut bawah.

Tangan itu terus naik, semakin berani. Dengan gerakan terampil, jari itu mengait tali lingerie hitamku yang tipis, menurunkannya hingga sebatas pinggang.

Udara dingin pendingin ruangan menerpa kulit dadaku yang kini terekspos, membuat kedua puncaknya menegang seketika.

Belum sempat aku memproses apa yang terjadi, sebuah telapak tangan yang lebar meraup salah satu gundukan dadaku. Dia meremasnya, tidak terlalu lembut, namun cukup kuat untuk membuatku tersentak.

"Ah..." desahan tertahan lolos dari bibirku.

Detik berikutnya, aku merasakan kehangatan yang basah dan lembut melingkupi puncak dadaku yang satunya. Mulutnya. Dia mengisapnya dengan kuat, lidahnya bermain-main di sana dengan liar.

Sensasi nyeri bercampur nikmat itu seketika menarikku paksa dari alam mimpi.

Mataku terbuka lebar. Gelap. Tapi aku tahu ada seseorang di atasku.

"Si-siapa?!" pekikku tertahan.

Aku berusaha mendorong bahu kokoh yang menindihku. Namun, dia tidak bergeming sedikit pun. Bibirnya masih sibuk menyesap dan menggigiti kulit sensitif di dadaku, membuat pinggangku melenting tanpa sadar.

Tangan kanannya, yang tadi sibuk meremas, kini bergerak cepat menutup mulutku.

"Diam."

Satu kata. Suara itu berat, serak, dan penuh dominasi.

Mataku terbelalak. Aku mengenali suara itu. Aroma musk ini... Leo.

Abang tiriku?!

Tubuhku membeku. Rasa syok melumpuhkan akal sehatku. Leo menatapku dalam kegelapan, matanya berkilat memantulkan sedikit cahaya bulan dari celah jendela.

Dia melonggarkan bekapannya sedikit setelah melihat aku mengangguk ketakutan.

"L-lepaskan aku... Apa yang Kakak lakukan?" tanyaku dengan suara bergetar hebat. Jantungku rasanya mau meledak.

Dia tidak menjawab. Dia malah menyeringai.

Tangannya yang bebas bergerak ke bawah, menyingkap sisa kain lingerie yang menutupi area pribadiku. Dia menyentuh bagian sensitifku yang ternyata... sudah basah.

Ya Tuhan, tubuhku bereaksi terhadap pelecehan ini?

"Lihat, tubuhmu lebih jujur daripada mulutmu," bisiknya di telingaku.

Tanpa aba-aba, satu jarinya menyusup masuk ke dalam celah intiku.

"Akh!" Aku memekik tertahan. Sensasi asing itu terasa mengagetkan.

"Sempit sekali," gumamnya. Dia menambahkan satu jari lagi, memaksa masuk ke dalam ruang sempit yang belum pernah terjamah itu.

Dia mulai menggerakkan jarinya, maju mundur dengan tempo yang semakin cepat. Sensasi gesekan kasar namun nikmat itu membuat pertahananku runtuh. Perut bagian bawahku terasa panas, seperti ada api yang membakar dari dalam.

"Mmmm... Hentikan... Jangaann..." Aku mencoba memohon, tapi suaraku terdengar lemah, lebih mirip desahan putus asa.

"Sshhh... Nikmati saja," desisnya.

Gerakan jarinya semakin gila. Dia tahu persis titik mana yang harus ditekan. Tubuhku menggeliat, pinggulku tanpa sadar bergerak mengikuti ritme tangannya.

"Ahhh... Ahhh..."

Tekanan itu semakin kuat. Rasanya seperti ada bendungan yang mau pecah.

"Kak... berhenti... ada yang mau keluar..." rintihku panik.

Dia tidak peduli. Dia justru mempercepat temponya.

"AHHHHH!"

Tubuhku kejang seketika. Cairan hangat membanjiri jari-jarinya. Aku terengah-engah, napas memburu, air mata menggenang di sudut mata. Kenikmatan macam apa ini?

Belum sempat aku mengatur napas, Leo bangkit sedikit. Dia menurunkan celana boxer-nya. Dalam remang-remang, aku melihat sesuatu yang besar dan menegang di antara kakinya. Ukurannya... tidak masuk akal.

Dia memosisikan dirinya di antara kedua pahaku yang masih lemas. Ujung miliknya yang tumpul dan hangat menyentuh pintu masukku yang masih berkedut.

"Kak... hentikan... itu tidak akan muat..." Aku menggeleng kuat, rasa takut kembali menyergap.

Dia tidak mendengarkan. Dia menahan pinggulku dengan tangan besarnya, lalu menekan miliknya masuk.

"Arghhh! Sakit!" Teriakku tertahan.

Rasa perih yang luar biasa merobek kewarasanku. Air mataku menetes. Benda itu terlalu besar, membelah pertahanan diriku yang selama ini kujaga.

Leo berhenti sejenak saat menyadari hambatannya. Dia melihat darah segar mengalir, bercampur dengan cairan alamiku. Seringaian di wajahnya makin lebar, penuh kemenangan.

"Milikku..." bisiknya posesif.

Dia mencium keningku, mengecup air mataku dengan lembut—kontras dengan apa yang dia lakukan di bawah sana. "Sabar, Bella. Sakitnya cuma sebentar. Setelah ini... kamu akan melayang."

Saat tangisanku mereda menjadi isakan kecil, dia mulai bergerak lagi. Perlahan. Menarik, lalu menghunjam.

"Sakit... sakit..." rintihku.

Namun, perlahan, rasa sakit itu mulai memudar, digantikan oleh rasa penuh yang anehnya... memuaskan. Setiap gesekan dinding miliknya dengan milikku menciptakan percikan api di saraf-sarafku.

Geraman Leo terdengar di telingaku, napasnya yang panas menerpa leherku. Dia mulai menikmati ekspresi kesakitan bercampur nikmat di wajahku.

Tempo gerakannya semakin cepat. Hentakan demi hentakan membuat tempat tidurku berderit pelan.

Aku terbuai. Logikaku mati. Yang ada hanya hasrat purba yang menuntut pemuasan.

"Bella, kamu masih bangun?"

Ibu?!

Suara ketukan pintu dan panggilan Ibu dari luar membuat darahku berdesir hebat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Liar di Bawah Satu Atap   Bab 7

    Waktu seakan berhenti. Aku membeku di atas tubuh Arthur, keringat dingin langsung membasahi punggungku. Pintu itu terbuka lebar, namun sosok yang berdiri di sana kemudian menutupnya kembali dengan cepat dan menguncinya.Aku menoleh patah-patah ke arah pintu."K-Kak Leo?!" pekikku tertahan.Sosok itu berjalan mendekat. Leo. Dia berdiri di sana dengan wajah datar, namun matanya berkilat gelap menatap pemandangan di depannya: adik tirinya yang sedang menunggangi ayah tirinya tanpa busana."Aku join dong Ayah!" seru Leo tiba-tiba.Aku melotot. Apa? Bukannya marah atau jijik, dia malah ingin berpartisipasi?Leo menekan sakelar lampu. Cahaya terang benderang membanjiri kamar, menghilangkan segala bentuk privasi dan keremangan yang melindungiku tadi.Sekarang, semuanya terlihat jelas. Kulitku yang memerah, keringat yang mengkilap di tubuh Arthur, dan posisi kami yang sangat intim. Pipiku memerah hebat, rasa malu ini tak tertahankan.Belum sempat aku berpikir waras atau turun dari tubuh Arthu

  • Hasrat Liar di Bawah Satu Atap   Bab 6

    Hari itu adalah hari yang sangat panjang. Dosen yang memberikan tugas mendadak, rapat organisasi yang berlarut-larut, hingga kemacetan kota yang menguras emosi. Tulang-tulangku rasanya mau lepas dari persendiannya saat aku akhirnya menginjakkan kaki di rumah.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Rumah sepi. Mungkin Ibu dan Om Arthur sudah tidur, atau mungkin Leo sedang keluyuran. Aku tidak peduli. Pikiranku hanya tertuju pada satu hal: air dingin dan kasur empuk.Di bawah guyuran shower, aku membiarkan air meluruhkan keringat dan debu jalanan, berharap juga bisa meluruhkan memori sentuhan-sentuhan liar yang kuterima beberapa hari terakhir ini.Selesai mandi, aku memilih lingerie sutra berwarna putih gading. Warnanya senada dengan kulitku, memberikan ilusi seolah aku tidak mengenakan apa-apa. Potongannya sederhana namun elegan, membungkus tubuhku dengan lembut. Tanpa berpikir panjang, aku mematikan lampu utama, menyisakan cahaya remang-remang dari lampu jalan yang menembus tira

  • Hasrat Liar di Bawah Satu Atap   Bab 5

    "Akhh...!" Pekikan kaget dan sakit meluncur dari bibirku.Tanpa menoleh pun, aku tahu siapa pelakunya. Leo. Hanya dia yang berani melakukan hal gila seperti ini di rumah yang penuh orang.Belum sempat aku memarahinya, tangan kekarnya sudah meremas bokongku dengan kasar melalui lapisan jeans. Cengkeramannya kuat, posesif, seolah menandai bahwa bagian tubuh ini adalah miliknya.Napas Leo terdengar memburu di belakang leherku. Dengan gerakan cepat, tangannya menyusup ke balik blouse-ku, jemarinya dengan cekatan membuka pengait bra yang menahan dadaku."Kak! Jangan gila!" bisikku panik, suaraku bergetar hebat. "Kalau Mama atau Ayah ke sini gimana? Kita masih di dapur!"Leo seolah tuli. Satu tangannya menyelinap ke depan, meremas salah satu buah dadaku yang kini bebas, memilin ujungnya yang langsung menegang kaku."Malah lebih seru, kan?" bisiknya serak.Tangan lainnya kembali beraksi di celanaku. Kancing dan resleting yang baru saja kurapikan, kembali ia buka paksa. Dia memelorotkan celan

  • Hasrat Liar di Bawah Satu Atap   Bab 4

    Cahaya matahari pagi yang menembus celah gorden terasa menyilaukan, namun tidak sebanding dengan rasa nyeri yang menjalar di sekujur tubuhku. Terutama di area antara kedua pahaku. Setiap langkah yang kuambil untuk menuruni tangga terasa menyiksa, mengingatkanku pada kejadian gila semalam. Kegadisan yang kucintai telah direnggut, dan pelakunya kini duduk santai di meja makan seolah tak terjadi apa-apa.Di ruang makan, aroma nasi goreng dan kopi menyambutku. Ibu, Om Arthur atau yang seharusnya kupanggil Ayah dan Leo sudah berkumpul.Satu-satunya kursi kosong berada tepat di samping Leo. Dengan langkah tertatih, aku menyeret kakiku menuju kursi itu. Aku berusaha duduk perlahan, namun rasa perih itu tetap menyengat."Kamu kenapa jalan seperti itu, Bella?" tanya Ibu tiba-tiba, matanya menatapku dengan heran.Jantungku mencelos. Aku buru-buru menunduk, menghindari tatapan mata elang Leo yang duduk di sebelahku. "J-jatuh, Ma. Tadi di kamar mandi," jawabku gugup, asal bicara.Ibu menggelengka

  • Hasrat Liar di Bawah Satu Atap   Bab 3

    Tubuhku menegang kaku. Mataku membelalak menatap pintu yang terkunci, lalu beralih menatap Leo yang berada di atasku."I-iya, Bu... Ada apa?" jawabku dengan suara yang kubuat senormal mungkin, meski nafasku tersengal.Bukannya berhenti, Leo justru menyeringai jahat. Dia menarik pinggulnya ke belakang, lalu menghempaskannya kembali ke dalam diriku dengan kuat."Ahhh!" Aku membekap mulutku sendiri.Sialan! Dia sengaja!"Jangan lupa ya, besok kamu kuliah pagi. Barang-barangmu sudah siap?" tanya Ibu dari balik pintu. Suaranya terdengar begitu dekat, namun juga terasa begitu jauh karena kabut gairah yang menyelimuti otakku.Leo terus bergerak. Pinggulnya menghantam bokongku dengan ritme yang stabil dan kuat. Plak. Plak. Suara kulit bersentuhan terdengar begitu nyaring di telingaku.Aku mencengkeram sprei, berusaha menahan desahan agar tidak terdengar Ibu. Keringat dingin bercucuran di pelipisku. Sensasi melakukan hal terlarang ini, dengan Ibu yang berdiri tepat di balik pintu, memicu adren

  • Hasrat Liar di Bawah Satu Atap   Bab 2

    Antara sadar dan tidak, aku merasa sedang bermimpi aneh. Dalam mimpi itu, udara di sekitarku terasa berat dan hangat.Aku menggeliat pelan di balik selimut.Tiba-tiba, aku merasakan pergerakan di sisi tempat tidur. Kasur di sebelahku melesak ke bawah, seolah menahan beban berat seseorang.Apa ini masih mimpi?Rasa kantuk yang luar biasa membuat mataku sulit terbuka. Namun, sensasi di kulitku terasa begitu nyata. Sebuah tangan yang besar dan hangat menyusup ke dalam selimut, mendarat di betisku.Sentuhan itu perlahan naik. Jari-jari kasar itu menelusuri kulit pahaku yang mulus, mengirimkan sengatan listrik yang aneh. Bukan rasa takut yang pertama kali muncul, melainkan rasa geli yang menjalar hingga ke perut bawah.Tangan itu terus naik, semakin berani. Dengan gerakan terampil, jari itu mengait tali lingerie hitamku yang tipis, menurunkannya hingga sebatas pinggang.Udara dingin pendingin ruangan menerpa kulit dadaku yang kini terekspos, membuat kedua puncaknya menegang seketika.Belum

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status