Home / Romansa / Hate You To The Bone / 10. Garis Tipis

Share

10. Garis Tipis

Author: Rainina
last update Last Updated: 2025-05-07 15:13:33

Silvi tidak pulang malam itu.

Ia tidak melawan saat Julian menarik tangannya, tidak berkata apa pun ketika pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Hujan yang turun sejak sore hanya menyisakan pakaian yang basah dan udara dingin yang menempel di kulit.

Silvi duduk diam di kursi penumpang, membiarkan suara mesin dan klakson dari kendaraan lain mengisi keheningan. Tidak ada pertanyaan tentang ke mana mereka akan pergi atau apa yang akan terjadi. Ia hanya mengikuti Julian seperti bayangan, tidak peduli akan dibawa ke mana.

Saat pintu apartemen Julian terbuka dan cahaya menyambut, Silvi tetap melangkah pelan di belakangnya.

Julian duduk di sofa dan menepuk tempat di sebelahnya. Tapi Silvi tidak langsung duduk. Ia hanya berdiri, memandangi seluruh ruangan hingga Julian menariknya perlahan membuat tubuhnya jatuh di samping pria itu. Kepalanya bersandar di pangkuan Julian dan tangannya menggenggam lutut pria itu dengan lemah. Ia tidak menangis. Tapi matanya kosong, penuh kelelahan yang ti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hate You To The Bone   11. Pilihan

    Silvi tidak hadir ke kantor keesokan harinya. Tidak ada kabar, tidak ada pesan. Tidak ada satupun orang yang tahu kenapa. Bahkan HRD pun tidak tahu. Seolah keberadaannya sengaja disembunyikan oleh seseorang.Samuel mencoba menunggu, berdiri di depan meja Silvi sambil mencoba menghubunginya berulang kali, tapi ponselnya tidak bisa dihubungi. Apa Silvi marah karena kemarin ia pergi begitu saja? padahal Samuel sendiri yang memintanya menunggu.Samuel tahu dirinya salah, tapi Silvi bukan tipe yang menghilang seperti ini. Dia selalu rasional. Jika ada yang mengganggunya, dia akan bertanya. Langsung dan tanpa basa-basi, bukan dengan diam dan menghilang.Tapi jika ia mencoba melihat kembali, akhir-akhir ini Silvi memang sedikit berubah sejak Julian hadir.Dan seolah menjawab pikirannya, Julian muncul dari ujung lorong. Rapi seperti biasa dengan langkah percaya diri sambil memasang ekspresi yang tidak bisa diartikan.Julian bahkan tidak melirik sedikit pun ke arah meja Silvi yang kosong. Tid

    Last Updated : 2025-05-08
  • Hate You To The Bone   1. Pertemuan Kembali

    “Kamu nggak mendengarkan kata sambutanku sampai akhir.” Suara itu tenang dan ramah, terlalu ramah hingga membuat Silvi terlalu takut untuk mengangkat wajahnya. Sambutan, arti dari kata itu sudah melebur jika dia yang menyebutkannya. Itu bukan lagi omong kosong atau kata yang sebenarnya tak berarti yang diucapkan di atas panggung. Kata sambutan dari pria itu tidak pernah berarti ucapan selamat datang atau perkenalan. Tapi pengingat yang terus mengatakan bahwa ia tidak akan bisa lari dari dirinya. Sama seperti hari ini, ketika ia kira sekarang masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Hari-hari di mana ia bisa lepas dari kendali pria itu. Tapi dia kembali, naik ke atas panggung lengkap dengan sambutan kepadanya, sebagai anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan semua orang bertepuk tangan, seolah mereka saling bekerja sama, mengejek ilusi kebebasan yang telah Silvi bangun selama ini. Tidak ada yang berubah, semua masih sama dengan saat itu, saat Silvi hanya seorang siswa yang

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hate You To The Bone   2. Permintaan

    Silvi berdiri di sudut lift, dengan nafas tidak beraturan, dan jari-jari yang mencengkeram tali tas begitu erat hingga memutih. Pantulan wajahnya di dinding logam memperlihatkan ketegangan dan kelelahan yang terlukis jelas di wajahnya.Ia berkali-kali menatap angka lantai yang naik satu per satu, berharap ada cukup waktu untuk menenangkan diri, padahal semakin tinggi angka itu, semakin kuat tekanan di dadanya.Pertemuan singkat dengan Julian kemarin masih membekas jelas: Nada suara yang lembut, senyuman yang manis, tapi penuh dengan kalimat yang merendahkan.Dan sekarang saat lift berdenting dengan keras, menandakan bahwa dirinya sudah sampai di lantai 12, Julian ada di sana, seolah siap untuk menyambut kedatangannya.Pria itu sedang berbicara dengan Carla -sekretaris ayah Julian- di depan meja resepsionis, dengan tangan terlipat santai di dada dan ekspresi tenang.Silvi mengutuk dirinya dalam hati. Seharusnya ia datang lebih awal, bukannya mengulur-ulur waktu. Namun belum sempat ia be

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hate You To The Bone   3. Tatapan Orang Lain

    “Tidak bisa.” Silvi menjawab singkat, tidak diikuti oleh alasan maupun penjelasan, membuat wajah Julian terlihat tidak puas.“Alasan?” tanyanya singkat, menuntut Jawaban.Silvi menarik tangannya dari genggaman Julian yang melonggar. “Saya akan segera menikah dan berhenti bekerja.” Jawaban itu singkat, tapi cukup untuk membuat Julian terlihat seperti ingin meledak.“Dengan siapa?” tangannya menggenggam bahu Silvi kuat, membuat Silvi meringis pelan. “Apa dengan pria yang ada di lorong tadi?”“Bukan urusanmu.” Silvi mencoba memberanikan dirinya untuk menjawab, walau sebenarnya ia takut akan reaksi yang diberikan oleh Julian.“URUSANKU!!” Julian mengguncang bahu Silvi dengan kasar. Sentakan itu membuat tubuhnya hampir terjatuh ke belakang. Detak jantung Silvi melonjak kuat, membuat telinganya dapat menangkap suara tersebut. Suara Julian memenuhi ruangan, membuat Silvi tak sempat bereaksi bahkan untuk menarik napas pun terasa sulit.Lalu, seolah tidak terjadi apa-apa, ekspresi Julian meluna

    Last Updated : 2025-02-10
  • Hate You To The Bone   4. Ancaman

    “Aku ga punya hubungan apapun dengan Pak Julian.” Hal pertama yang Silvi lakukan setelah jam bekerja berakhir adalah mendatangi Samuel ke mejanya. Pria itu masih tidak mengatakan apapun. Padahal biasanya ia akan langsung menghampiri Silvi ketika jam makan siang dan mengajaknya untuk makan. Samuel marah dan Silvi tahu bahwa dia harus segera menyelesaikan ini.Samuel menghentikan pekerjaannya dan menatap Silvi. Ada helaan nafas panjang yang tidak disembunyikan oleh Samuel. Ia jelas merasa bingung dengan apa yang terjadi hari ini. “Kalian kelihatan kaya punya masa lalu yang belum selesai, Silvi.”Silvi ingin mengatakan bahwa tidak pernah ada hubungan apapun di antara dirinya dan Julian, tapi ia mengurungkan niatnya. Kebohongan tidak akan membawanya kemanapun kali ini. Tapi Silvi tahu dia juga tidak bisa berkata jujur sepenuhnya.“Dia pernah menyukaiku dulu, tapi itu semua di masa lalu. Aku sudah mengatakan kalau hubungan kita serius.” Silvi berkata tegas, seolah itu adalah final dari pe

    Last Updated : 2025-03-04
  • Hate You To The Bone   5. Hilang Arah

    Silvi terus menggigit jarinya, ia gelisah. Sudah lebih dari sepuluh menit berlalu sejak ia mengejar Samuel yang dipanggil ke ruang HRD tapi sampai saat ini pria itu belum juga keluar.Sejak tadi Silvi sudah berniat menceritakan soal mutasinya ke Samuel sebelum ia mendengar dari HRD bahwa salah satu anggotanya akan dipindahkan ke posisi lain. Tapi Samuel baru datang ketika ruangan sudah padat oleh karyawan yang lain.Tapi Silvi juga tahu mengirimkan pesan saja tidak cukup. Tapi bagaimana jika ia tak sempat bicara sama sekali? Bagaimana jika Julian mendahuluinya dan memutarbalikkan segalanya? Atau lebih buruk, bagaimana jika Julian mengatakan alasan dia menerima?Di tengah ketegangan pikirannya, pintu yang berada di hadapan Silvi terbuka. Samuel melangkah keluar. Wajahnya awalnya datar, tak terbaca. Tapi begitu matanya menangkap Silvi berdiri menunggunya, ekspresinya berubah dingin dan jelas tidak suka.Samuel memegang pergelangan tangan Silvi, lalu menariknya untuk ikut. Mereka baru ber

    Last Updated : 2025-03-07
  • Hate You To The Bone   6. Hadiah

    Hal pertama yang membuat Silvi berhenti melangkah saat melihat meja barunya adalah kenyataan bahwa meja itu terasa... terlalu akrab.Bukan karena pernah ditempati orang lain, melainkan karena seseorang telah menatanya khusus untuk dirinya dengan sengaja.Ada parfum dengan botol berwarna pastel yang ramping, beberapa botol nail polish, dan gantungan kunci berbentuk kelinci kecil yang menggantung di laci, semuanya benda kecil yang dulu sering ia gunakan dengan warna dan bahkan merk yang benar.Tapi yang berhasil membuatnya menggenggam erat kotak yang ia gunakan untuk menampung barang dari ruang lamanya adalah selembar sticky note merah muda yang menempel manis di atas meja, bertuliskan:“Have a good day :)”Dengan tulisan tangan yang terlalu ia kenal, bahkan ketika ia berharap bisa melupakannya.Silvi membeku sejenak. Bukan karena terharu, tapi karena merasa terperangkap. Meja ini bukan lagi sekedar tempat kerja, tapi panggung baru bagi Julian. Jantungnya berdegup cepat, seolah tubuhnya

    Last Updated : 2025-03-08
  • Hate You To The Bone   7. Panggung

    Samuel menemukan Silvi di ujung ruang arsip ketika jam kerja hampir berakhir. Tangannya bergerak memegang beberapa dokumen, tapi kemudian meletakkannya kembali di tempat yang sama. Seolah itu hanyalah caranya agar tidak ada yang mengusiknya.Matanya merah, menahan air mata yang terus ia tolak keluar. Silvi tidak bisa berbohong, gosip itu mempengaruhinya. Ia menghabiskan bertahun-tahun untuk membersihkan namanya dan memastikan tidak ada masalah yang menempel, bahkan membuang nama belakangnya, hanya untuk Julian dengan sengaja menyematkan kalimat ‘wanita simpanan’ di sana. Ia membencinya, dan jauh lebih membenci dirinya yang tidak berdaya.Samuel berhenti di ambang pintu, tidak mengetuk, tidak memanggil. Hanya memandang Silvi dari kejauhan.Ia tahu bahwa seharusnya ia pergi, karena Silvi yang ia kenal benci ketika ia terlihat rapuh di mata orang lain. Tapi Samuel menahan dirinya di sini, mencoba memanggil Silvi pelan.“Silvi…”Suara itu pelan, nyaris tenggelam di antara suara folder yan

    Last Updated : 2025-03-09

Latest chapter

  • Hate You To The Bone   11. Pilihan

    Silvi tidak hadir ke kantor keesokan harinya. Tidak ada kabar, tidak ada pesan. Tidak ada satupun orang yang tahu kenapa. Bahkan HRD pun tidak tahu. Seolah keberadaannya sengaja disembunyikan oleh seseorang.Samuel mencoba menunggu, berdiri di depan meja Silvi sambil mencoba menghubunginya berulang kali, tapi ponselnya tidak bisa dihubungi. Apa Silvi marah karena kemarin ia pergi begitu saja? padahal Samuel sendiri yang memintanya menunggu.Samuel tahu dirinya salah, tapi Silvi bukan tipe yang menghilang seperti ini. Dia selalu rasional. Jika ada yang mengganggunya, dia akan bertanya. Langsung dan tanpa basa-basi, bukan dengan diam dan menghilang.Tapi jika ia mencoba melihat kembali, akhir-akhir ini Silvi memang sedikit berubah sejak Julian hadir.Dan seolah menjawab pikirannya, Julian muncul dari ujung lorong. Rapi seperti biasa dengan langkah percaya diri sambil memasang ekspresi yang tidak bisa diartikan.Julian bahkan tidak melirik sedikit pun ke arah meja Silvi yang kosong. Tid

  • Hate You To The Bone   10. Garis Tipis

    Silvi tidak pulang malam itu.Ia tidak melawan saat Julian menarik tangannya, tidak berkata apa pun ketika pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Hujan yang turun sejak sore hanya menyisakan pakaian yang basah dan udara dingin yang menempel di kulit. Silvi duduk diam di kursi penumpang, membiarkan suara mesin dan klakson dari kendaraan lain mengisi keheningan. Tidak ada pertanyaan tentang ke mana mereka akan pergi atau apa yang akan terjadi. Ia hanya mengikuti Julian seperti bayangan, tidak peduli akan dibawa ke mana.Saat pintu apartemen Julian terbuka dan cahaya menyambut, Silvi tetap melangkah pelan di belakangnya. Julian duduk di sofa dan menepuk tempat di sebelahnya. Tapi Silvi tidak langsung duduk. Ia hanya berdiri, memandangi seluruh ruangan hingga Julian menariknya perlahan membuat tubuhnya jatuh di samping pria itu. Kepalanya bersandar di pangkuan Julian dan tangannya menggenggam lutut pria itu dengan lemah. Ia tidak menangis. Tapi matanya kosong, penuh kelelahan yang ti

  • Hate You To The Bone   9. Kekalahan

    Silvi berdiri mematung saat pelukan itu dilepaskan. Anehnya, yang paling menyakitkan bukan pelukannya, tapi kehampaan yang ditinggalkan setelahnya. Seperti ruang kosong yang tiba-tiba terbuka di dalam dadanya, membesar perlahan hingga nyaris menelannya hidup-hidup. Ia menunduk, menyembunyikan wajah yang mulai basah oleh air mata yang masih tertahan. Ia membenci dirinya sendiri, karena sempat merasakan harapan di dalam pelukan Julian. Harapan kecil yang bodoh, bahwa mungkin di balik semua ini ada cinta yang tulus.Silvi mundur perlahan. Nafasnya berat, dada terasa sesak. “Saya harus pergi.” suaranya nyaris tak terdengar, seperti bisikan yang enggan keluar.Julian tidak menghentikannya. Ia hanya menatap diam, dengan tatapan milik seseorang yang percaya bahwa pada akhirnya semua akan kembali padanya.Silvi berjalan keluar, melewati lorong kantor yang dingin dan sunyi. Lampu di langit-langit terasa terlalu terang, menyilaukan penglihatannya yang mulai buram. Langkahnya tidak punya arah, h

  • Hate You To The Bone   8. Karena Cinta

    “Aku tidak mencintainya.” Itu adalah hal pertama yang Silvi dengar setelah ia masuk ke ruangan Julian. Silvi mendengus, untuk pertama kalinya, rasa takut yang biasanya menguasai digantikan oleh perasaan lain yang jauh lebih kuat. Ia merasa… muak. Muak dengan Julian yang terus-menerus memasukkan tokoh baru hanya demi menyakitinya.“Anda tidak perlu repot-repot menjelaskan hal seperti itu pada saya,” Silvi berkata pelan, mencoba menahan diri. Ia menurunkan dokumen-dokumen di atas meja Julian, lalu menatap kotak bekal kecil yang terletak rapi di sudut meja, lengkap dengan sticky note berwarna merah muda menempel di atasnya.Silvi tahu bahwa itu diberikan oleh Celine dan ia sama sekali tidak berniat membaca pesan di sana. Ia tidak ingin tahu apa yang ditulis oleh wanita itu, karena jika ia melakukannya, itu hanya akan membuatnya merasa seperti penyusup dalam kehidupan orang lain.“Aku akan segera melepaskannya,” Julian kembali berbicara, suaranya rendah dan penuh penekanan, “Kalau kamu jug

  • Hate You To The Bone   7. Panggung

    Samuel menemukan Silvi di ujung ruang arsip ketika jam kerja hampir berakhir. Tangannya bergerak memegang beberapa dokumen, tapi kemudian meletakkannya kembali di tempat yang sama. Seolah itu hanyalah caranya agar tidak ada yang mengusiknya.Matanya merah, menahan air mata yang terus ia tolak keluar. Silvi tidak bisa berbohong, gosip itu mempengaruhinya. Ia menghabiskan bertahun-tahun untuk membersihkan namanya dan memastikan tidak ada masalah yang menempel, bahkan membuang nama belakangnya, hanya untuk Julian dengan sengaja menyematkan kalimat ‘wanita simpanan’ di sana. Ia membencinya, dan jauh lebih membenci dirinya yang tidak berdaya.Samuel berhenti di ambang pintu, tidak mengetuk, tidak memanggil. Hanya memandang Silvi dari kejauhan.Ia tahu bahwa seharusnya ia pergi, karena Silvi yang ia kenal benci ketika ia terlihat rapuh di mata orang lain. Tapi Samuel menahan dirinya di sini, mencoba memanggil Silvi pelan.“Silvi…”Suara itu pelan, nyaris tenggelam di antara suara folder yan

  • Hate You To The Bone   6. Hadiah

    Hal pertama yang membuat Silvi berhenti melangkah saat melihat meja barunya adalah kenyataan bahwa meja itu terasa... terlalu akrab.Bukan karena pernah ditempati orang lain, melainkan karena seseorang telah menatanya khusus untuk dirinya dengan sengaja.Ada parfum dengan botol berwarna pastel yang ramping, beberapa botol nail polish, dan gantungan kunci berbentuk kelinci kecil yang menggantung di laci, semuanya benda kecil yang dulu sering ia gunakan dengan warna dan bahkan merk yang benar.Tapi yang berhasil membuatnya menggenggam erat kotak yang ia gunakan untuk menampung barang dari ruang lamanya adalah selembar sticky note merah muda yang menempel manis di atas meja, bertuliskan:“Have a good day :)”Dengan tulisan tangan yang terlalu ia kenal, bahkan ketika ia berharap bisa melupakannya.Silvi membeku sejenak. Bukan karena terharu, tapi karena merasa terperangkap. Meja ini bukan lagi sekedar tempat kerja, tapi panggung baru bagi Julian. Jantungnya berdegup cepat, seolah tubuhnya

  • Hate You To The Bone   5. Hilang Arah

    Silvi terus menggigit jarinya, ia gelisah. Sudah lebih dari sepuluh menit berlalu sejak ia mengejar Samuel yang dipanggil ke ruang HRD tapi sampai saat ini pria itu belum juga keluar.Sejak tadi Silvi sudah berniat menceritakan soal mutasinya ke Samuel sebelum ia mendengar dari HRD bahwa salah satu anggotanya akan dipindahkan ke posisi lain. Tapi Samuel baru datang ketika ruangan sudah padat oleh karyawan yang lain.Tapi Silvi juga tahu mengirimkan pesan saja tidak cukup. Tapi bagaimana jika ia tak sempat bicara sama sekali? Bagaimana jika Julian mendahuluinya dan memutarbalikkan segalanya? Atau lebih buruk, bagaimana jika Julian mengatakan alasan dia menerima?Di tengah ketegangan pikirannya, pintu yang berada di hadapan Silvi terbuka. Samuel melangkah keluar. Wajahnya awalnya datar, tak terbaca. Tapi begitu matanya menangkap Silvi berdiri menunggunya, ekspresinya berubah dingin dan jelas tidak suka.Samuel memegang pergelangan tangan Silvi, lalu menariknya untuk ikut. Mereka baru ber

  • Hate You To The Bone   4. Ancaman

    “Aku ga punya hubungan apapun dengan Pak Julian.” Hal pertama yang Silvi lakukan setelah jam bekerja berakhir adalah mendatangi Samuel ke mejanya. Pria itu masih tidak mengatakan apapun. Padahal biasanya ia akan langsung menghampiri Silvi ketika jam makan siang dan mengajaknya untuk makan. Samuel marah dan Silvi tahu bahwa dia harus segera menyelesaikan ini.Samuel menghentikan pekerjaannya dan menatap Silvi. Ada helaan nafas panjang yang tidak disembunyikan oleh Samuel. Ia jelas merasa bingung dengan apa yang terjadi hari ini. “Kalian kelihatan kaya punya masa lalu yang belum selesai, Silvi.”Silvi ingin mengatakan bahwa tidak pernah ada hubungan apapun di antara dirinya dan Julian, tapi ia mengurungkan niatnya. Kebohongan tidak akan membawanya kemanapun kali ini. Tapi Silvi tahu dia juga tidak bisa berkata jujur sepenuhnya.“Dia pernah menyukaiku dulu, tapi itu semua di masa lalu. Aku sudah mengatakan kalau hubungan kita serius.” Silvi berkata tegas, seolah itu adalah final dari pe

  • Hate You To The Bone   3. Tatapan Orang Lain

    “Tidak bisa.” Silvi menjawab singkat, tidak diikuti oleh alasan maupun penjelasan, membuat wajah Julian terlihat tidak puas.“Alasan?” tanyanya singkat, menuntut Jawaban.Silvi menarik tangannya dari genggaman Julian yang melonggar. “Saya akan segera menikah dan berhenti bekerja.” Jawaban itu singkat, tapi cukup untuk membuat Julian terlihat seperti ingin meledak.“Dengan siapa?” tangannya menggenggam bahu Silvi kuat, membuat Silvi meringis pelan. “Apa dengan pria yang ada di lorong tadi?”“Bukan urusanmu.” Silvi mencoba memberanikan dirinya untuk menjawab, walau sebenarnya ia takut akan reaksi yang diberikan oleh Julian.“URUSANKU!!” Julian mengguncang bahu Silvi dengan kasar. Sentakan itu membuat tubuhnya hampir terjatuh ke belakang. Detak jantung Silvi melonjak kuat, membuat telinganya dapat menangkap suara tersebut. Suara Julian memenuhi ruangan, membuat Silvi tak sempat bereaksi bahkan untuk menarik napas pun terasa sulit.Lalu, seolah tidak terjadi apa-apa, ekspresi Julian meluna

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status