Share

Bab 5. #accident

Akarta Selatan - Kediaman Kohlberg

05:10 AM

Pagi yang begitu menyenangkan bagi John. Akhirnya ia dapat memulai hidup baru dan mandiri, lepas dari ocehan Matthias. Terbebas dari jeratan rutinitas di kota metropolitan dengan segala kebisingan seperti pembangunan flyover, apartemen, dan segala yang ia lintasi dengan Lambo hitam miliknya.

Bermodalkan laptop, ponsel, kamera, earphone bluetooth, serta berbagai gawai pendukung v-log maupun aksesoris lainnya, John berencana untuk meninggalkan rumah dan kehidupan mewah yang ia miliki dalam keluarga Kohlberg.

Hal pertama yang JJ lakukan ialah merekam video yang akan ia jadikan konten untuk pemirsa setia kanal YouToo miliknya yang sudah beberapa hari ia anggurkan tanpa mengunggah apapun.

VLOG CABUT SELAMANYA DARI KOHL RESIDENCE

Itulah judul yang JJ ketik dalam aplikasi catatan pada ponsel miliknya, masih belum diputuskan akan tetapi sudah ia simpan untuk disunting nanti. Mungkin ada judul yang lebih pas, menarik, dan unik agar netizen lebih penasaran.

Hal kedua: Twister. Ia bahkan hampir melupakan cuitan atau Twist yang menjadi sebab teguran Matthias untuk ia hapus. Jelas yang dilakukan JJ sudah ketebak; alih-alih menghapusnya, kini ia mengunggah cuitan berisi teguran Matt dengan memberikan tagar atas nama perusahaan.

Kalian pikir cukup sampai di situ?

Jangan lupakan Instagrand, postingan pagi itu akan menggemparkan jagat dunia maya. Akhirnya bagian harta yang ditunggunya telah ia miliki, swafoto dirinya dan dokumen tersebut langsung ia unggah di samping Lambo dan diberikan caption sebagai berikut:

Harta Karun ditemukan, saatnya menghabiskan :)

Tidak tanggung-tanggung, hampir seluruh perusahaan bahkan yayasan Kohlberg ia tandai dalam tagar postingannya.

Hanya perlu waktu beberapa menit, ratusan komentar, ribuan likes berdatangan. JJ tidak peduli jumlah pengikutnya berkurang atau bertambah, ia tidak pernah menggubris komentar mereka. Yang kini ia perlukan ialah meletakkan seluruh aktivitas media sosial tersebut, membiarkannya viral dengan sendirinya dan melaju pergi bersamaan dengan matahari yang mulai terbit.

Bukit Anugerah — Pondok Kasih Karunia

05:30 AM

Pagi yang sejuk dan selalu ceria, diiringi kicauan beberapa burung gereja yang berada di atap rumah Grace terasa begitu damai dan syahdu.

Beberapa ekor burung gereja yang sudah tidak sabar, melompat-lompat serta mengepakan sayap kecilnya dan mendarat di atas sepeda Grace yang ia parkir di pekarangan Pondok Kasih Karunia. Nama tersebut diberikan Grace agar rumahnya tidak melulu dilabeli 'gereja' oleh penduduk sekitar.

"Maaf mengganggu ya, burung-burung kecilku," Grace muncul sambil membawa sekeranjang buah dan sayur yang telah ia siapkan untuk dijualnya secara keliling, "aku siapkan dulu kacang-kacangnya dari dalam yaaa."

Setelah ia siap dengan semua yang akan dibawanya, sesuai janji Grace pada burung-burung gereja yang telah menantinya itu, ia menyiapkan nampan yang dipenuhi berbagai macam kacang pilihan dan makanan burung yang ia khususkan bagi para 'tamu' tersebut setiap paginya.

"Oke deh kalau begitu," Grace tersenyum seolah para burung gereja itu akan membalas senyumnya, "Grace pergi dulu ya, kawan-kawan!"

Perjalanan dari bukit menuju taman dan pemukiman warga hanyalah sebentar saja. Yang selalu menjadi tantangan ialah mengayuh sepeda menuju pinggir kota dimana universitas tempatnya mengambil kuliah malam berada berjarak 30 km.

Banyak pemuda yang tertarik pada Grace dan menawarkan tumpangan kendaraan seperti mobil pribadi, metromini, dan motor pada umumnya. Bahkan yang tidak masuk akal sekalipun seperti sapi bajak turut ditawari sebagai pengganti sepeda yang ia kayuh.

Semua ditolaknya dengan amat sopan tanpa mengurangi rasa hormat terhadap penduduk lokal yang selama ini ia kenal baik tersebut.

Sebelum berkeliling selama 2 jam, sayur dan buah yang ia bawa di pagi hari selalu dinantikan pembeli sekaligus langganan pertamanya, Bu Lola Sky Fong. 

Bu Lola sering menanyakan status lajang Grace karena sebenarnya ia ingin menjodohkan anak sulungnya, Billy yang telah sukses menjadi juragan beras—tidak seperti adik perempuannya, Tania yang bermalas-malasan.

Motivasi dibalik Bu Lola ingin menjodohkan Billy dengannya ialah agar menjadikan Grace contoh kepada Tania agar menjadi wanita yang dapat diandalkan seperti Grace. Hanya saja memang Grace sulit untuk diluluhkan hatinya.

Kalau memang bukan jodoh Billy, Bu Lola tetap menyemangati serta mendorong Grace untuk segera mencari pasangan hidup agar dapat menjaganya dari laki-laki hidung belang dan buaya darat lainnya. Karena kecantikan alami Grace sering menjadi alasan banyak pria yang mendekatinya dengan berbagai maksud dan tujuan.

"Ingat, rejeki jangan ditolak. Apalagi jika kamu bertemu jodoh ya, siapa tahu nanti di jalan kamu ketabrak jodohmu."

Kalimat tersebut masih membayangi pikiran Grace sewaktu ia mengayuh sepedanya menuju taman. Kemudian Grace menggelengkan kepalanya, berusaha mengembalikan konsentrasinya untuk berjualan sebelum kembali mengurusi pakan ternaknya.

Waktu menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, ia bergegas menuju jalan raya yang menghubungkan perbukitan dan pemukiman warga. Di pagi hari seperti itu, selain cuaca yang cenderung berawan dan dingin karena dekat dengan gunung, angin semilir yang sejuk membuatnya dirinya menguap kecil.

Tentunya jalanan di pedesaan seyogyanya sepi dari hilir mudik kendaraan, mungkin hanya beberapa motor yang melintas. Iseng-iseng, Grace sering mengayuh sepedanya dari bahu jalan menuju jalur lalu lintas kendaraan yang berada di tengah jalan sambil bersiul.

Tindakan yang tidak boleh dicontoh oleh siapa pun, walaupun kita berada di desa atau kota; patuhilah rambu lalu lintas dan peraturan pemerintah. Ini himbauan penulis.

Berjarak kurang lebih beberapa kilometer dari jalan raya yang dilintasi Grace, deruan mobil sport terdengar sayup-sayup di kejauhan.

Perjalanan panjang dari kota membuat John merasa sedikit lelah, kendatipun demikian ia tetap melaju dengan harapan segera mencapai vila tempat dimana ia dan kawannya pernah mengadakan pesta akhir tahun.

John memutuskan untuk memulai hidup mandiri baginya di Vila Kohlberg Mountain Resort yang telah diwariskan atas namanya. Komplek vila pribadi milik keluarga Kohlberg itu dibangun apik diatas tanah berbukit dan memiliki ketinggian yang berbeda. Sebagian unit bahkan dibangun dengan baik diatas kemiringan tanah yang curam sehingga tampak cantik dan memiliki pemandangan yang mempesona. Sebagian besar unit villa berbahan dasar kayu sehingga tampak menyatu dengan alam sekitar.

Cuaca pagi pegunungan yang dingin dan menyejukkan merupakan hal yang amat disukai John, ia membuka bagian atas Lambo miliknya dan melambatkan sedikit laju mobilnya. Kemudian ia memejamkan matanya, berasumsi bahwa jalanan sepagi itu tidak mungkin ada kendaraan lain yang melintas di jalan raya tersebut.

Ya, memang tidak ada kendaraan lain. Kecuali sepeda yang melanggar jalur dan dengan santainya dikayuh seorang gadis di tengah jalan.

Mobil sport John berada di jalur yang sama dengan posisi Grace yang sedang mengayuh, bersiul dan sama-sama menikmati alam dengan memejamkan matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status