Share

Bab 6

"Bang!" Ia terperanjat mendengar gertakanku.

"Eem i-iya, tadi dia lari sambil nangis ga tau kenapa makanya abang cekal tangannya, maksud Abang mau tanya dia kenapa nangis gitu lho," jawabnya sedikit gelagapan.

Pecundang banget kamu, Bang. Berani berselingkuh di belakangku tapi tak berani untuk mengakuinya, apa mungkin ia belum siap hidup miskin kembali? jika tanpa aku Bang Surya masih jadi karyawan biasa seperti tempo hari, dia hanya beruntung saja menikah denganku bisa berubah jadi bos secara tiba-tiba. Bukan hanya hidupnya saja yang enak tapi kehidupan keluarganya pun terjamin karena uangku. 

"Sonia, kamu 'kan lagi beres-beres kok ditinggalin gitu aja sih kerjaannya," ucapku dengan ketus.

Sonia tak menanggapi ia berlari menuju kamarnya dengan derai air mata.

Dibantingnya pintu kamar dengan keras, Bang Surya nampak kebingungan, mungkin kalau aku tak ada disini ia pasti sudah membujuk dan merayu kekasih gelapnya itu dengan mesra.

"Lihat, Dek, Sonia marah gara-gara kamu suruh beres-beres, udah tau dia lagi sakit. Ga punya hati nurani ya kamu!"

"Kok kamu jadi marah-marah, Bang?! Mau aku suruh beres-beres atau suruh apaan kek bukan urusan kamu lah, dia itu adikku." Aku balik menatapnya dengan tajam. Nampak amarahnya semakin memuncak, silahkan saja dia memarahiku habis-habisan aku tak peduli siapa tau aja dia ngomong keceplosan.

"Setidaknya kamu punya hati nurani lah, Dek, masa sama adik sendiri begitu," jawabnya memelas, kirain mau memarahiku habis-habisan.

"Emangnya kenapa sih abang selalu bela-belain Sonia? ada hubungan apa abang sama dia, hah?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. 

Dalam hati aku berbisik, 'Ayolah, Bang, katakan saja'. 

"Ya, Abang kasihan aja sama dia, Abang punya hati nurani ga kaya kamu," jawabnya ketus seraya membantingkan tubuh ke sofa lalu menyenderkan kepalanya.

Rupanya ia belum siap mengakui hubungan gelapnya, baiklah akan aku tunggu kamu untuk berkata jujur, tapi penantianku tak akan dibuat sia-sia begitu saja. Aku pastikan semakin kamu mengulur waktu semakin renggang pula hubungan kalian. Kalian saja bisa menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping, lalu kenapa aku tak bisa.

"Yasudah nanti kalau Sonia keluar suruh dia lanjutin pekerjaannya, aku mau ke minimarket dulu," kataku, nampak ada kelegaan di wajahnya. 

Mungkin Bang Surya fikir aku akan ke Supermarket beneran, padahal aku berbelok ke samping rumah menuju jendela kamar Sonia, aku ingin lihat reaksi Bang Surya seperti apa untuk membuat Sonia tak marah lagi.

Kutajamkan pendengaran didekat jendela kamar yang terbuka tapi tertutup gorden. Nampak Bang Surya mengetuk pintu lalu Sonia bergegas membukakan.

"Sayang, kenapa nangis?" suara Bang Surya terdengar jelas oleh telingaku.

Rupanya sejauh itu hubungannya hingga berani memanggil Sonia dengan sebutan 'sayang'. Aku kira selama ini hanya aku lah satu-satunya wanita yang ia panggil dengan sebutan spesial itu.

"Ngaku! Semalam kamu melakukan itu 'kan dengan kak Sarah sampai-sampai lupa tak menemuiku!" Itu suara Sonia.

Benar dugaanku ternyata, ia menunggu Bang Surya semalaman sampai nangis-nangis.

"Abang minta maaf, pintunya dikunci sama Sarah jadi a ga bisa keluar. Abang ga ngelakuin apapun Sonia," lirih Bang Surya tapi masih samar aku dengar.

Amarahku mulai meluap. Keterlaluan kalian!

"Abang harus secepatnya berkata jujur sama kak Sarah. Abang mau kehilangan aku lagi?" Sonia berkata dengan gaya manjanya.

Lagi-lagi Sonia mengatakan itu, apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka.

"Engga, kasih Abang waktu. Abang ga mau jika kita nanti hidup bersama dalam keadaan susah, Abang lagi nyari sertifikat rumah ini, nanti akan Abang jual untuk bekal hidup kita ke depannya, dan abang juga lagi ngincar uang tabungan masa depannya Carla. Setelah berhasil mendapatkan semuanya baru Abang bisa berkata jujur" kata Bang Surya. Dan aku sangat yakin tidak salah dengar.

"Kamu 'kan yang pegang perusahaan, ambil saja uang dari sana, apa susahnya," timpal Sonia kembali

Terus aku menajamkan pendengaranku.

"Abang ga bisa ambil uang sembarangan disana, entah kenapa sekarang Sarah yang memegang keuangan perusahaan walapun Abang yang jadi pimpinannya, semoga dia ga curiga saat ini, dan kamu tau uang tabungan masa depan Carla itu sangat banyak. Abang sudah sembunyikan buku tabungannya dengan aman dibawah kasur, Sarah pasti tak akan curiga, tinggal satu lagi sertifikat rumah ini yang entah dimana, kamu sabar dulu makanya!"

Licik juga kamu rupanya Surya, lihat saja aku tak akan biarkan kamu mendapatkan apapun dariku, jika kalian ingin pergi maka tak ada satu pun yang ia bawa dari rumah ini.

Sampai kapan pun kamu tak akan menemukan sertifikat rumah ini, dan tabungan Carla kamu juga tak akan mendapatkannya sepeser pun.

"Yaudah aku sabar tapi, kamu jangan mesra-mesraan sama Sarah donk, aku tuh ga suka, sakit hati tau," timpal Sonia merengek.

Pelakor licik macam dia ternyata bisa sakit hati juga ya, jika saja Sonia tahu bahwa hatiku jauh lebih sakit, aku lah yang selama ini membiayai hidupnya. Dan berkat uangku juga Bang Surya beserta keluarganya menjadi terjamin. Lalu seperti inikah balasan dari kalian berdua untukku? kalau begitu akan aku manfaatkan kelemahanmu untuk membuatmu semakin terluka Sonia. 

"Iya-iya abang ga akan mesra-mesraan lagi, sini peluk," kata Bang Surya yang sangat menghujam hatiku.

Aku harus kuat, aku harus tegar jika tidak diri sendiri yang menguatkan lalu siapa lagi. 

"Iih geli," ucap Sonia sambil terkikih.

"Aku mau jalan-jalan sekarang berduaan sama kamu, usahain donk biar kita bisa pergi berdua," rengek Sonia dengan manja.

Haha ga akan aku biarkan kalia bersenang-senang j*alang!.

"Hemmm ... bisa diatur," sahut Bang Surya

Aku geram, entah ada dorongan dari mana rasanya ingin sekali melabrak mereka saat ini juga, saat tanganku ingin menyibak gorden, tiba-tiba ada bola yang menggelinding didekat kakiku, kemudian Carla menghampiri, cepat-cepat aku membawanya pergi, jangan sampai suara kami terdengar oleh dua manusia du*jana itu, bisa-bisa buku tabungan Carla yang di bawah kasur itu disembunyikan lagi oleh Bang Surya. Aku juga tak ingin jika Carla melihat masalah yang menerpa orang tuanya, ia masih terlalu kecil tak baik untuk kejiwaannya. Permainan ini belum berakhir aku ingin ia keluar dari rumahku dalam keadaan miskin kembali.

"Carla, ajakin papa belanja-belanja yuk, Mama bosen di rumah, mumpung papa lagi libur," ucapku seraya menggandeng tangan mungilnya.

Jelas saja Carla akan kegirangan jika diajak jalan-jalan, dia mah diajak ke minimarket juga udah seneng.

"Tuh itu papa sama tante Sonia," ucapku seraya menunjuk papanya. Ia pun berlari menghampiri.

"Papa, sekarang 'kan Papa libur, kita jalan-jalan yuk, Carla mau belanja banyak buat perlengkapan masuk sekolah," rengek Carla dengan gaya manjanya, Sonia nampak merenggut sambil melirik kearah Bang Surya.

Kamu tak mungkin menang melawan anakku, pelakor!

"Papaaa ... aayoook," Carla merengek sambil mengayunkan tangan papanya.

Bang Surya terdiam mungkin sedang menimbang-nimbang. Kemudian aku menghampiri.

"Udahlah turutin aja, masa kamu tega sama Carla. Mama juga sekalian ikut mau belanja baju kebaya dan lingerie, kamu pasti bosen 'kan lihat aku pake lingerie yang itu-itu aja," sahutku seraya bergelayut manja di lengan Bang Surya, disaksikan oleh Sonia. Rasain hatinya pasti terbakar api. hihi.

Sonia makin merenggut, ia menatap Bang Surya dengan tajam. 

"Sonia, kamu juga ikut, sekalian kalau kamu mau belanja, silahkan mau beli apa aja terserah, nanti kakak yang bayarin. Kakak kan banyak duit," ucapku kembali. Tak masalah aku dibilang sombong, emang kenyataannya kok kalau aku banyak uang.

"Iya, tante Sonia ikut aja, ya Pa? ... papaaaa!" Carla kembali merengek dengan manjanya.

"I-iya, Sayang, kebetulan Papa juga mau pergi rencananya," jawab Bang Surya seraya menganggukan pelan kepalanya sambil melirik Sonia.

Expresi tak suka yang terpancar dari wajah Sonia. mulutnya cemberut menatap tajam kekasih gelapnya.

Huhh, akhirnya istri sah menang melawan pelakor. Gagal sudah rencana mereka hari ini untuk berduaan. Hihi.

Lihat saja, aku akan terus mengganggu dan menggagalkan rencana mereka, hingga mereka bisa berkata jujur.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
YuLiana Devila
adik tidak tau diri..aku jdi greget jadinya
goodnovel comment avatar
Arinie Hartanti
jadi geregeten sama Sarah ...sabar nya kelewat bangett...
goodnovel comment avatar
ARLAN DJAAFAR
bagus ceritanya author
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status