Share

Hubungan Terlarang Penuh Tantangan
Hubungan Terlarang Penuh Tantangan
Penulis: Aurora Belle

SEMALAM BERCINTA

SEMALAM BERCINTA

"Mau tidur sama aku?"

Alis Nico terangkat. Heran dengan ajakan gadis yang tiba-tiba menarik tangannya.

“Ya udah kalau gak mau. Pengecut!”

Wait!” Dengan cepat tangan Nico meraih lengan gadis itu. Kata pengecut yang keluar dari bibir tebal gadis itu membuat ego Nico terpacu. “Do you know me?”

Gadis itu melepaskan lengannya dari genggaman Nico. Matanya menyipit, menatap wajah Nico dengan seksama. Namun kemudian… “Kayaknya kita gak perlu kenalan cuma untuk tidur semalam.”

Nico lantas tersenyum tipis. Gadis ini terlalu nekat, tetapi juga cukup untuk membuat Nico tertarik padanya.

Wasting time!” Gadis itu sudah bersiap pergi karena merasa tidak ditanggapi oleh pria incarannya.

“Ayok!” ajak Nico sambil menarik tangan gadis itu untuk pergi bersamanya.

Tanpa banyak bicara, Nico membawa gadis itu ke lantai lima belas setelah membayar biaya sewa kamar di hotel bintang lima yang terkenal dengan Club malamnya yang selalu ramai pengunjung.

Sesekali Ava menatap tangan Nico yang menggenggam tangannya dengan cukup erat. Jantungnya berdetak tidak karuan. Kadang cepat, kadang cepat sekali, kadang malah terasa akan melompat dari dadanya.

“Sial!” Ava mengumpat dalam hati.

“Gak, gak, gue harus jadi wanita sejati!” Hati Ava berkata lagi.

“Gimana kalau orang ini psikopat?!” Wajah Ava lantas muram.

“Gak mungkin, psikopat gak mampu buka kamar di hotel bintang lima.”

Tubuh Ava hampir saja tertabrak punggung Nico jika gadis itu tidak menahan langkahnya dengan cepat.

“Hmm?” tanya Nico. Matanya melirik pada pintu kamar bernomor 1503 yang ada di hadapan mereka.

Dengan wajah tegang, Ava menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin mundur lagi. Ava akan melakukannya malam ini.

“Mau mandi dulu atau langsung aja?”

Dengan cepat Ava membalikkan tubuhnya setelah mendengar pertanyaan pria yang bahkan tidak Ava ketahui Namanya.

“Oh, hmm…” Ava bingung. Dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Dia tidak tahu, biasanya orang-orang akan mandi dulu atau langsung melakukannya.

“Aku mau mandi dulu. Aku baru landing dari Jepang soalnya,” ucap Nico tanpa menunggu jawaban gadis yang kini sudah berada di dalam kamar hotel bersamanya.

OMG!” Ava langsung menutup mulutnya setelah memastikan Nico masuk ke dalam kamar mandi. “Gila! Ini gila banget!” Ava masih tidak percaya dengan apa yang sedang dilakukannya.

Buru-buru Ava mengeluarkan ponselnya dari dalam clutch bag miliknya. Ava mencoba menghubungi salah satu temannya, namun tidak ada jawaban. Dia menghubungi temannya yang lain, namun lagi-lagi tidak dijawab.

“Ya?” suara lirih salah satu temannya akhirnya terdengar. “Kenapa say? Ah! Uh!”

Ava lantas mematikan sambungan teleponnya setelah mendengar suara desahan temannya. Tanpa perlu Ava tanya, dia sudah bisa mengira jika temannya sedang sibuk bercinta.

“Gak mau mandi?”

Suara berat pria itu membuat Ava terperanjat.

“Suka yang mana?” tanya pria itu sambil melempar beberapa kondom ke atas ranjang yang sedang Ava duduki.

“Hah?!” Ava makin kaget setelah melihat beberapa alat kontrasepsi dengan beberapa warna yang tidak dia mengerti.

“Jangan bilang gak mau pakai pengaman.” Nico duduk di sofa kecil yang berada di samping ranjang tidur besar. “Kita cuma mau bercinta, bukan berumah tangga. Jadi aku mau aman.”

“Hm. Setuju!” Ava mengambil acak salah satu kondom dan memberikannya pada Nico.

“Nico,” kata Nico sambil mengambil kondom yang Ava berikan.

“Nia,” balas Ava. Sengaja tidak ingin memberitahukan nama aslinya pada Nico.

Let’s get some fun!” ucap Nico lalu mencium bibir Ava tanpa pamit terlebih dahulu pada pemiliknya.

Tanpa aba-aba, Ava menutup kedua matanya ketika Nico mendorong tubuh Ava ke atas ranjang. Ava bisa merasakan kulit Nico yang dingin ketika jemarinya menyentuh dada pria itu. Aroma sabun mandi yang harum juga bisa Ava kecap dengan jelas.

“Hah!” Ava menarik napasnya.

Tangan Nico yang besar terasa menelusup ke dalam mini dress yang Ava kenakan malam itu. Bibir Nico yang memerah tidak lagi mengecup bibirnya. Bibir itu kini merayap ke leher bahkan ke dada Ava yang terbuka.

Ava sebelumnya tidak tahu jika sensasi bercinta begitu luar biasa. Hatinya ingin menyerah, tetapi tubuhnya justru tidak ingin lelah. Ava begitu menikmati setiap detik sentuhan Nico yang lembut. Napasnya bahkan menggebu saat Nico membuka semua pakaiannya.

Ava tahu jika malam ini akan menjadi kesalahan yang mungkin akan dia sesali nanti. Tetapi Ava juga tidak ingin berhenti. Dia akan tetap melanjutkan permainan ini hingga titik akhir.

“Gak sabar?” tanya Nico yang tengah sibuk memasang kontrasepsi.

Ava menutup wajahnya. Dia tidak sadar jika matanya terus memandang ‘kejantanan’ Nico. Dia juga tidak tahu jika bibirnya tergigit oleh giginya sendiri karena takjub dengan ‘kelelakian’ milik Nico.

“Inikan yang kamu inginkan,” bisik Nico ditelinga Ava.

“Aww!” Ava menjerit ketika Nico sudah memulai sesi bercinta.

Tangan Ava mencakar punggung Nico yang kini bergerak bagai kuda liar lepas kendang. Ava tidak tahu harus berbuat apa. Beberapa kali Ava menelan ludahnya sendiri. Merasakan sakit dan nikmat yang bergantian di sela pahanya.

Damn! You are so good.” Nico melantur. Baru kali ini dia merasakan sensasi bercinta yang luar biasa.

Nico bisa melihat wajah Ava yang tidak nyaman dengan ritme cepat yang Nico lakukan. Namun Nico juga tidak ingin menghentikan kenikmatannya yang sedang melaju dengan seksama. Dia tidak ingin melepaskan kerapatan Ava sampai waktunya berkuasa.

“Sakit,” bisik Ava.

Follow me,” pinta Nico.

Pria itu akhirnya melambatkan laju larinya. Tangannya memijit kedua belah dada Ava seraya merangsang hasrat gadis itu agar mengimbangi laju larinya.

Kening Ava yang mengerut akhirnya memudar. Gadis itu mulai bisa merasakan nikmatnya bercinta dengan sempurna. Suara desahan Ava mengisi keheningan kamar yang cukup besar. Ava akhirnya paham, mengapa teman-temannya acap mendesah dengan gerah ketika sedang bercinta.

“Ah!” suara desahan Ava semakin tinggi. Ada gejolak di dalam tubuh yang tidak bisa Ava tahan dengan hati.

Kedua tangan Ava menarik rambut belakang Nico. Tubuhnya semakin merapat pada tubuh Nico yang juga tengah hanyut pada kenikmatan tiada tara.

“Damn!” Nico berteriak puas ketika laharnya tumpah terarah.

Ava juga mendesah sembari melemah.

Kedua mata mereka saling bertatapan cukup dalam sebelum akhirnya Nico merebahkan tubuh di samping Ava yang terbaring di atas ranjang.

Deru napas keduanya masih terdengar jelas di malam senyap lantai lima belas. Lampu kamar yang remang seakan menyanyikan lagu ‘nina bobo’ untuk Nico yang lantas pulas tanpa berpamitan.

Tubuh Nico yang masih terbuka kini bermandikan pendingin ruangan. Tangannya menyentuh seprai putih untuk mencari selimut yang bisa dia gunakan guna menutup tubuhnya dari dingin yang mulai merayap hingga ke sela kulitnya.

Tetapi mata Nico lantas terbuka. Gadis berani yang mengajaknya bercinta sudah tidak ada. Noda darah di seprai putih membuat senyum Nico tersungging. Dia pikir sehabis bercinta dengan gadis nakal yang suka mencari sensasi. Ternyata gadis pemula yang sedang mencari pengalaman.

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status