Aroma kopi memang sangat menenangkan, Ratna menyukai aroma dan itu membuatmya sering menghabiskan waktu di coffee shop kesukaannya. Menghidu aroma kopi membuat pikiran tenang dan juga melupakan masalahnya, masalah jodoh. Diego, public figure yang membuka coffee shop. Public penasaran dengan sosok kekasihnya, tapi sampai sekarang tidak ada satupun wanita yang bisa menarik hatinya. Satu wanita yang masih membayangi hari-harinya yaitu Ratna. Akankah mereka bertemu dan bisa bersama?
Lihat lebih banyak“Bosen kopi mulu, memang nggak ada minuman lain? Kita bisa ke cafe lain jangan disitu terus.”
“XCofee itu enak, disana juga nggak hanya kopi. Kamu juga suka sama minuman dia yang lain belum lagi makanannya.” “Please deh, Ratna. Memang kamu nggak bosan?” “Nggak.” Perdebatan yang akan selalu terjadi setiap kali memutuskan akan menghabiskan waktu dimana, Ratna pastinya akan mengajak ke XCoffee yang sudah sering mereka datangi dan tidak bisa dihitung dengan jari. “Jangan ditekuk gitu makanya, Vit.” Ratna menatap sang sahabat yang mengerucutkan bibirnya “Lagian suasana disini enak, tenang dan kita bisa mendapatkan ide dengan sangat cepat.” Ratna dan Vita, mereka berdua sudah berteman sejak masa putih abu-abu. Mereka juga berada dalam fakultas yang sama dan sekarang berada di perusahaan yang sama, semua itu secara tidak sengaja. Ratna masuk dulu, beberapa bulan selanjutnya Vita, padahal mereka tes bersamaan. “Kalau nggak inget deadline dari Mas Angga malas kesini.” Vita menatap malas Ratna yang sudah fokus pada pekerjaannya. “Kamu itu selalu aja komen masalah kinerja Mas Angga, padahal aku suka loh sama kinerja dia.” Ratna menggelengkan kepalanya. Tidak menanggapi kalimat yang dikatakan Ratna membuat suasana mereka menjadi tenang, suara napas terdengar beberapa kali saat dirasa jika ada yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan. “Serius banget kalian.” “Jangan ganggu!” usir Vita yang hanya ditanggapi Ratna dengan menggelengkan kepalanya. “Memang kerjain apa? Perasaan kerja kalian itu santai, kenapa malah sekarang wajahnya udah kaya baju kusut.” “Deadline buat laporan bulanan. Event yang kita kerjakan itu bagaimana hasilnya, kita terlalu sibuk sama lapangan tapi selalu lupa kalau berhubungan dengan laporan kenangan.” Ratna memilih menjawab pertanyaan Fahri, staf yang mengenal mereka berdua dengan baik. Staf disini pasti mengenal mereka berdua, siapa yang tidak kenal kalau tidak datang setiap saat. Ratna terutama, dimana dirinya akan menghabiskan waktu sampai tutup hanya untuk mengerjakan pekerjaannya. Berbagai menu yang ada di tempat ini pastinya sudah dirasakan, tidak hanya itu Ratna memiliki tempat duduk favorit saat mengerjakan pekerjaannya. “Kerja di event pernikahan begitu ribet nggak?” tanya Fahri seketika. “Mau pindah kerja? Udah nggak usah, mending disini.” Vita menjawab dengan diikuti larangan. “Sensi banget, mbak.” Fahri menggelengkan kepalanya kearah Vita “Makan dulu, keburu nggak enak.” “Makasih, Fahri.” Ratna mengangkat kepalanya menatap hidangan yang tadi dipesannya “Vit, makan dulu aja. Aku bantu nanti, punya aku sudah selesai ini.” Memutuskan mengisi tenaga terlebih dahulu, setelahnya mereka akan mengerjakan pekerjaannya kembali. Laporan yang sangat mereka tidak sukai, Ratna lebih baik menghabiskan waktu bertemu dengan klien dibandingkan membuat laporan. Mereka berdua membicarakan agenda minggu depan, agenda pernikahan salah satu anak pejabat dimana persiapannya sudah hampir selesai. “Cafe ini katanya punya anak pejabat.” Vita membuka suaranya. “Memang kenapa? Aku nggak peduli, penting itu adalah semua menunya sesuai dengan lidah ditambah harga yang sesuai kantong. Aku nggak peduli siapa yang punya coffee shop ini, kalaupun punya orang penting juga nggak akan berdampak apapun sama kita.” “Siapa tahu ketemu jodoh disini.” Vita mengatakan penuh harap. “Nggak akan tertarik sama kita, pasti-pasti aja. Fahri bisa juga, dia nggak buruk-buruk amat diajak ke kondangan.” “Kondangan aja bukan pernikahan?” Vita memutar bola matanya malas “Nyokap kita itu maunya calon mantu bukan teman kondangan.” Ratna tertawa mendengar omelan Vita, permasalahan calon suami sudah menjadi pembahasan mereka setiap kali selesai bertemu dengan orang tua masing-masing. Pembahasan antara kedua orang tua mereka satu sama lain menambah permasalahan tentang pernikahan, padahal yang menjalani sangat santai dalam menentukan pasangan. “Kamu masih keinget sama dia?” tanya Vita hati-hati yang membuat Ratna mengangkat alisnya “Dia...pria yang sudah sukses dan terkenal sesuai dengan apa yang diinginkan. Lagian buat apa kamu ingat dia, belum tentu juga dia inget sama kamu.” “Belum menikah bukan berarti aku selalu keinget dia, lagian hubungan sudah berakhir lama.” Ratna mengelak apa yang dikatakan Vita. Vita mencibir kalimat pembelaan Ratna “Nggak keinget tapi masih lihat dan baca beritanya.” “Mana yang belum selesai?” Membicarakan masa lalu tidak akan habisnya, apalagi jika masa lalu itu berkaitan dengan hati. Kegagalan yang dialaminya dalam percintaan selalu dihubungkan dengan pria dari masa lalunya, pria yang sekarang dikenal semua orang. Pria yang memiliki wajah tampan, kepribadian baik, ramah, pekerja keras dan banyak yang lain. “Wah...sekarang dia sudah dikejar tentang cewek.” Ratna menatap Vita yang sibuk dengan ponselnya “Kamu sudah selesai? Malah buka hal nggak penting. Mas Angga sudah nungguin ini!” “Aku cuman baca berita...” “Nggak penting! Kita selesaikan ini, Mas Angga bilang kita ketemuan sama klien di kantor jam tiga sore.” Ratna kembali menghentikan kalimat Vita yang memang tidak penting karena pastinya membahas pria itu “Aku mau kerja disini biar tenang, kamu malah kasih berita yang nggak penting.” Suasana kembali hening, mengerjakan tugasnya masing-masing. Ratna memang sudah selesai, tapi Angga mengirimkan bahan presentasi ketika nanti bertemu dengan klien, membacanya dan mempelajarinya sambil menunggu Vita menyelesaikan laporannya. Beberapa jam kemudian mereka telah selesai, merapikan berkas yang mereka bawa dan memastikan tidak ada yang tertinggal. “Kamu benar belum move on?” tanya Vita penasaran yang dijawab Ratna dengan mengangkat bahunya “Mas Angga kayaknya suka sama kamu.” Perjalanan menuju kantor memang tidak terlalu jauh dan memakan waktu lama, memasuki ruangan dengan memulai persiapan untuk bertemu klien. Pembahasan tentang masa lalu sama sekali tidak ditanggapi Ratna, Vita yang sadar diri memilih diam karena merasa terlalu jauh masuk kedalam kehidupan pribadi sang sahabat. “Apa sih enaknya XCoffee? Aku kesana juga biasa aja.” Angga menggelengkan kepalanya menatap Ratna. “Suasana beda, mas. Disini bosen liat kita-kita mulu. Mas coba deh kerja dari sana nanti pasti ketagihan kaya mereka berdua.” Nando memberikan tatapan menggoda pada Ratna dan Vita yang memilih diam. “Tenang, mas. Disana itu tenang, jadi bisa dapatin ide cepat. Disini berisik, apalagi kalau sudah Mas Nando keluarin suara.” Ratna mengedipkan matanya kearah Nando yang langsung melempar tissue kearahnya. “Terserah, penting pekerjaan selesai dan ide lancar. Aku nggak peduli kamu dapatnya bagaimana!” “Mas, apa juga berlaku sama kita?” tanya Nando tidak terima. “Mas Angga nggak pernah bedain, mas. Lagian yang sering kerjain diluar siapa? Bedanya tempatku selalu XCoffee.” Ratna menjawab Nando sambil menjulurkan lidahnya. “Kalian ini nggak akan berhenti kalau nggak dipisahkan!” Angga menggelengkan kepalanya menatap mereka berdua “Ratna, siap-siap ketemu klien. Penampilan dilihat yang benar.” “Kliennya denger-denger sulit, good luck ya semoga dapat proyeknya.”“Kamu disini, sayang?” Ratna mengangkat kepalanya mendapati Diego berada dihadapannya, mereka berdua bertemu di XCoffee secara tidak sengaja. Ratna yang membutuhkan caffeine memutuskan mendatangi tempat ini untuk menghidu aromanya dan juga mendapatkan ide, memilih duduk paling pojok agar tidak ada yang mengganggu, pertemuan dengan Diego benar-benar tidak bisa ditebak sama sekali. Diego tadi mengatakan jika dirinya ada shooting untuk film, tapi tidak mengatakan sampai jam berapa. Ratna sendiri tidak pernah bertanya jadwal Diego pada asisten atau orang-orang yang kerja dengannya, bagi Ratna dimana Diego pastinya bekerja untuk mereka berdua. “Kamu bukannya ada shooting film? Sudah selesai?” tanya Ratna tanpa menjawab pertanyaan Diego sama sekali. “Belum, mau ketemu sama orang. Kamu kerjain apa itu?” “Proyek baru dari Mas Angga.” “Angga percaya banget sama kamu ya?
“Tumben udah pulang?” “Kebetulan cepat selesai,” jawab Diego sambil membaca naskah tanpa menatap Ratna. Melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menghilangkan dahaga, seharian berada diluar berbicara dengan klien baru tentang konsep acara yang akan diadakan untuk ulang tahun perusahaan. Mengalihkan tatapan dimana Diego masih fokus dengan kertas yang dipegangnya, dirinya memang sudah tidak membuka media social atas saran dari Vita, setidaknya pikirannya tidak negatif ketika menatap Diego. “Sudah makan?” tanya Ratna membuat Diego mengalihkan pandangan dengan menatap kearahnya. “Kamu belum?” tanya Diego tanpa menjawab pertanyaan Ratna. Ratna mendengus mendengar pertanyaan Diego “Aku tanya malah ditanya balik, aku memang belum makan. Kalau kamu belum makan aku masak sekalian, bukan apa-apa.” Diego tertawa mendengar omelan Ratna “Beli aja gimana?” “
Istri Diego nggak jauh lebih baik daripada Vallerie Lebih ikhlas kalau Diego sama Vallerie, pasti nanti anak-anaknya bakal cantik dan tampan Apa hebatnya istri Diego? Apa yang dilihat Diego dari istrinya? Infonya istri Diego itu teman masa sekolah, cinta belum kelar? Astaga...Diego menunggu lama untuk dihalalin? Ibarat kata menunggu cinta lama yang berakhir bahagia dan Diego termasuk pria setia Valerrie, apa kamu baik-baik saja? Semoga pernikahannya nggak bertahan lama, aromanya cewek itu cuman mau uangnya Diego Istrinya ini datang ketika Diego sudah sukses, kemarin-kemarin kemana aja? Ada uang pasti akan datang Semoga Diego sadar kalau istrinya tidak sebaik itu Vallerie dan Diego harga mati “Ngapain baca begituan? Cari penyakit namanya.” Vita menatap Ratna yang meletakkan ponselnya dengan sedikit kasar “M
“Saya memang tidak mempublikasi istri saya karena memang dia bukan bagian dari public figure. Kami kenal sudah cukup lama, bisa dikatakan dia adalah cinta pertama saya. Kesalahan di masa lalu membuat hubungan kami tidak baik-baik saja dengan akhir yang tidak baik tentunya, tapi berkat itu saya mempunyai tujuan dan motivasi untuk masa depan. Istri saya, orang pertama yang mendukumg saya masuk ke dunia entertainment. Saya bisa sampai sekarang karena keinginan bertemu dengan istri saya dalam keadaan jauh lebih baik, membuktikan semua hasil kerja keras dari impian kami dulu.” Ratna menatap layar televisi dimana Diego berhadapan dengan banyak wartawan, keputusan mereka adalah pernikahan tertutup dari media, walaupun banyak teman Diego yang membuat video tentang pernikahan mereka. Ratna yang belum siap berhadapan dengan wartawan memilih diam didalam kamar, Diego yang akhirnya memutuskan untuk berhadapan dengan mereka dalam menjawab pertanyaan. “Aku
“Kamu yakin intimate? Biasanya wanita punya pernikahan impian besar.” Diego meyakinkan Ratna kembali. “Aku yang mau begini, lagian aku nggak mau undang orang yang nggak dikenal. Berdiri depan itu melelahkan, tapi kalau kamu nggak mau kita bisa buat besar.” Ratna menatap tidak enak pada Diego “Kamu punya teman dan rekan kerja yang banyak.” Diego seketika menggelengkan kepalanya “Aku mau buat kamu nyaman aja.” Ratna seketika menggelengkan kepalanya “Jangan hanya aku, tapi kamu juga.” “Kalau buat besar, otomatis orang tua kita akan undang banyak temannya.” Diego mengingatkan Ratna yang seketika mengerucutkan bibirnya “Jadi?” “Nggak tahu,” jawab Ratna sambil menyandarkan kepalanya di sofa “Merencanakan pernikahan sendiri lebih pusing dibandingkan orang lain.” “Mereka udah punya konsep, kamu tinggal menyempurnakan. Saksi dari pihak aku udah ada ya.” Diego memberikan
“Kamu capek?” Ratna menggelengkan kepalanya dengan tangannya membenarkan rambut Diego yang sedikit berantakan “Udah, fokus sama pekerjaan kamu. Aku mau lihat kamu acting.” “Kamu bisa lihat darisini, tapi jangan berisik.” Diego membelai pipi Ratna yang menganggukkan kepalanya. Keputusan ikut datang ke lokasi shooting Diego adalah keputusan yang sulit, menguatkan mental atas apa yang akan terjadi nantinya, tidak hanya mental tapi juga menulikan telinga jika mendengar pembicaraan mereka yang negatif tentang hubungan Diego dengan dirinya. “Aku nggak nyangka kalau Diego bawa kamu.” Kiki membuka suaranya saat Diego sudah mulai fokus memainkan perannya “Kamu mengubah dia banget.” Ratna memilih diam, tidak tahu harus menanggapi apa atas semua yang dikatakan Kiki. Hubungan mereka terjalin baik karena Diego, pria itu meminta mereka berdua menghentikan semua permasalahan yang memang tidak per
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen