Sebulan setelah aku kembali dari Malaysia perasaanku masih kacau. Joshua sedang berada di New York sekarang. Walaupun kami sepakat untuk berusaha saling melupakan satu sama lain pelan-pelan, tapi setengahnya kami berdua merasa itu seperti sesuatu yang mustahil.
Kami masih bertemu sebagai teman "akrab" dan kadang aku tak bisa menahan diri untuk memintanya untuk tinggal bersamaku. Entah bagaimana aku bisa melupakannya, jika dia dan aku tetap berada di kantor yang sama, hampir setiap hari bertemu. Itu akan terasa seperti siksaan tanpa akhir.Aku berpikir untuk menerima lebih banyak kasus dibawah pengawasanku. Untuk membuatku sibuk dan menekan rasa sendiriku dengan bekerja. Dengan cepat itu terwujud, sementara kasus di Malaysia masih bergulir dan sebagian kebijakan hukumnya ditangani oleh kolega kami disana, satu kasus dari seorang istri milliarder Jerman datang padaku.Wanita itu, Maria Schubert, masih cantik, dengan wajah"Aku berdoa semuanya berjalan lancar jika begitu...""Ini untukmu Nona Charlotte." William mengulurkan amplop padaku."Apa ini?""Anggap saja ini ucapan terima kasih kami karena kau sudah membuat semua ini terjadi." Aku membuka amplopnya dan tertulis £30.000. Aku tercengang."Ini apa? Aku tidak bisa menerima ini.""Tidak Nona, kau pantas menerimanya. Ibuku yang tersenyum kembali sekarang itu semuanya berkat saranmu. Kau pantas menerimanya. Saat Ethan mengatakan aku harus membayarmu atas semua usahamu, aku tahu dia benar. Jadi terimalah... uang itu tidak senilai dengan kebahagiaan yang kau berikan kepada Ibu dan Ayah. Aku benar-benar memaksa kau untuk menerima itu." Ethan hanya tersenyum dan mengedipkan matanya."Ini...""Kau tak bisa menolak ini Miss Charlotte, kumohon jangan berdebat denganku." Aku diam. Jumlah yang sebanding dengan 20 kali jam konsultasiku. Ethan benar-benar melakukann
Sebuah silau dari cahaya matahari menerpa mataku dan membuatku membuka mata. Kepalaku pusing ketika aku mencoba bangun."Dimana ini?" Sebuah kamar asing. Ini kamar yang besar, dengan desain classic modern, tapi jelas bukan apartmentku di Covent Garden. Sial! Kemana Ethan membawaku?Bajuku?! Masih memakai baju semalam. Syukurlah.Semalam aku jelas minum sampai mabuk dan aku memberikan kunci apartment ke Ethan. Kenapa dia membawaku ke tempat asing ini. Shit! Dimana ini.Aku menyingkap gorden. Sebuah pertanian luas terbentang didepanku!? Ini pasti diluar London.Dengan cepat aku memakai sandal yang kutemukan di sana dan berjalan keluar kamarku. Seorang pelayan paruh baya tampak sedang membersihkan ruangan di depanku. Ada ruang duduk besar didepan kamarku."Nona, Anda sudah bangun. Saya Elena, pelayan disini. Tuan Ethan mungkin sedang di istal kuda sekarang. Ini Shanfold Farm di
"Kau dan Josh masih bersama?" Sebuah pertanyaan lain saat aku dan Ethan duduk santai menatap matahari sore di sebuah restoran di Eastbourne beach. "Sebagai teman..." "Teman?" Ethan menatapku dan ingin aku memperjelas apa itu definisi teman. "Teman yang berkencan ..." dia menyeringai kecil. "Kami tidak saling membenci, tentu saja kami masih berteman. Dan berpisah dengan kenyataan kami tidak ingin berpisah, itu menghancurkan..." "Mau bantuanku?" "Bantuan apa?" "Melupakannya sebagai teman..." "Bagaimana caranya?" Sekarang aku tergelitik. Apa dia akan menawarkan diri sebagai teman kencan? Itu tebakan paling mudah. "Buat dirimu lebih sibuk hingga kau tak sempat memikirkannya. Bergabung denganku di Verdag. Kami membuka firma khusus untuk perlindungan asset pribadi, konsultasi public relations dan klien khusus para pemilik korporasi. Kau sudah punya nama, kau pindah kemanapun orang akan me
Kami kembali dari Cambrige jam empat sore, hanya diperlukan satu jam untuk kembali ke pusat kota."Aku akan ke Eastbourne lagi, kau mau ikut?" Dia bertanya saat kami akan menuju London."Tidak, aku mau tidur. Aku perlu banyak istirahat.""Kau boleh tidur disana. Siapa yang melarangmu istirahat disana, udara di sana lebih baik daripada di London." Setelah beberapa bulan ini hubunganku dan Ethan layaknya teman baik.Dia tidak mencoba mendekatiku, itu membuatku lega dan itulah alasan aku berani menerima tawarannya menjadi counsel akhirnya.Aku sangat tidak siap jika terlibat hubungan baru lagi. Aku hanya ingin bekerja dan menjadi sibuk, mencoba menerima bahwa aku dan Josh harus berakhir sebagai teman seiring waktu, dan mencoba merelakannya.Sebuah pesan masuk ke ponselku dari Josh.'Kapan kau kembali, bisa kita makan malam bersama?'Aku menghela napas. Dia harusnya
Aku tak melihat Josh dua minggu ini. Apa dia sedang diluar London. Aku pergi ke kantornya di lantai tiga.Begitu aku masuk sebuah kesibukan tak biasa di depanku. Staff nya sedang bekerja membereskan barang-barang mereka. Apa mereka akan pindah?!"Joan, kalian berberes? Mau pindah ruangan lain?""Nona Charlotte, apa kau tak tahu, kami akan pindah ke gedung lain. Boss memutuskan keluar sebagai partner dan membuka firma hukum sendiri.""Apa?!" Kenapa Josh tidak bilang apapun. "Josh ada didalam?""Iya dia didalam Nona..." Aku langsung berjalan ke ruangannya. Aku mengetuk pintu lalu masuk kedalam."Joan, ada apa?!" Dia sama sekali tak beralih dari dokumen di mejanya, menyangka yang masuk assitennya."Josh, kau akan pindah kantor?!" Aku berdiri didepan mejanya. Dia sontak melihatku."Honey... bagaimana kabarmu." Dia tersenyum melihatku. "Kemarilah... " Aku datang dan duduk di meja
November....Di London selalu dimulai dengan hujan dan suhu yang mulai mendingin. Daun-daun yang menguning sudah mulai berguguran ke tanah. Walaupun mungkin salju pertama belum turun, tapi udara basah dan dingin ini membuat semuanya bergerak dalam alur lambat.Aku mengibaskan kerah mantelku yang basah saat memasuki kantor Verdaq di Allen Street, High Street Kensington. Aku tiba hampir jam tiga sore untuk meeting dengan beberapa junior partner.Setelah Josh pergi entah kenapa rasanya beberapa hari ini begitu sepi. Aku kehilangan sesuatu. Mungkin karena aku terbiasa punya seseorang untuk menemaniku selama bertahun-tahun. Josh selalu disana entah mengajakku makan atau pulang bersama. Sekarang dia tidak ada lagi."Charlotte,... " Ethan menjejeriku saat aku melewati reception, dia baru kembali entah dari mana."Ethan, kau baru datang. Hujan cukup deras diluar. Kau seperti anjing basah." Aku tertawa melihat
Aku membuka amplop bersegel itu dengan tangan gemetar.Dua lembar kertas dan dua lembar foto ada dalam amplop itu. Ada Ibuku, seorang pria tampan dan seorang bayi di dalam setiap foto itu. Ini keluargaku kecilku, mereka tampak berbahagia di foto itu.Salah satu foto adalah foto perayaan ulang tahun pertamaku. Ibu dan Ayah membantu meniup lilin ulang tahun pertamaku. Air mataku langsung jatuh saat aku melihatnya.Harusnya kami berbahagia.Aku membuka lipatan surat yang terlihat sudah menguning kertasnya. Dan mulai membaca tulisan tangan Ayahku...Dear Catherine, ...Jika kau membaca surat ini, berarti aku tak punya kesempatan untuk menemuimu. Aku menyayangimu dan Ibumu, tapi mungkin takdir berkata aku harus meninggalkan kalian...Aku mungkin harus mulai dengan kenapa aku harus meninggalkan kalian. Sejak awal pernikahan kami tak disetujui oleh keluarga kami, M
Kensal Green Cemetary , Harrow Road, London.Minggu siang yang dingin ditengah akhir musim gugur di bulan November. Aku duduk didepan sebuah makam, tertulis nama ayahku disana.BEN OLSEN MENARDAkhirnya aku menjumpainya. Walau hanya sebuah batu nisan yang terpasang fotonya.Ethan meninggalkanku sendiri disini, memberiku waktu untuk berdua dengan ayahku."Hai Dadda, ini Catherine, aku membawakanmu mawar kuning, ini bunga kesukaanku semoga kau juga menyukainya ..." Aku berlutut didepan nisannya dan bicara seakan dia didepanku."Aku baik-baik saja. Mommy juga baik, mungkin dia masih marah padamu. Tapi aku akan menjelaskan padanya pesanmu, kau tak usah kuatir, dia akan datang kesini menemuimu nanti...." Dan yang kulakukan hanyalah menyentuh foto di nisannya. Sambil sesekali menyeka air mataku. "Kau tahu Dad, kurasa dia mencintaimu begitu besar, sehingga dia tidak bisa melepaskanmu, seperti kau yang tidak bisa