Share

2. Permintaan Seorang Kakak

Satu bulan yang lalu ...

Ran menyusuri koridor rumah sakit dengan panik, saat menemukan kamar rawat yang ia tuju langkahnya terhenti dan dia membuka pintu secara perlahan.

"Hiks, Gaur. bangun please, kakak gak mau lihat kamu kayak gini, kamu harus bangun, kamu satu-satunya keluarga yang kakak punya, hiks ....”

"Din.” Ran memanggil.

Dinda menoleh lalu memeluk Ran sahabatnya. Ecca juga sudah ada di sana, dia sudah menangis. Dan ada seorang gadis terbaring lemah di brankar dengan alat-alat medis menempel di tubuhnya.

Dokter mempersilakan keluarga pasien keluar, dan di sinilah mereka, di ruang tunggu dengan Dinda yang masih terpukul melihat keadaan adiknya.

"Gaurine koma, gue takut,” lirih Dinda.

"Kita doakan yang terbaik buat Gaurine,” ujar Ran.

"Btw, kok bisa gini sih, Din?" tanya Ecca.

Dinda menghapus air matanya. Lalu mulai menceritakan duduk masalahnya di mana yang membuat adiknya seperti sekarang.

"Gaurine seneng banget bisa masuk ke SMA Antariksa, bahkan tanpa kesulitan sama sekali, dia tes online, ngirim data diri dan pas tesnya keluar dia langsung ke terima. Tapi dia belum menuhin satu syarat, dia lupa ngirim foto dia.”

Ecca mengernyit merasa sahabatnya itu ngawur. Tapi Ran serius mendengarkan.

"Dia lupa kalo dia belum siapin foto, dia dateng ke studio foto, terus pas pulangnya dia ditabrak lari sama truk, hiks! Bahkan dia baru sampe di Jakarta empat hari lalu, cuma demi pindah ke sekolahan itu.” Dinda menangis sejadi-jadinya.

Ran mengelus pundak sahabatnya.

"Tapi, tapi sekarang pas udah ke terima dianya gak bisa dateng, padahal ini keinginan dia sejak lama, hiks! Gue bego jadi kakak, seharusnya gue gak sibuk ngurusin suami gue, seharusnya gue anter adik gue, hiks!"

"Udah jangan nangis, Gaurine pasti sedih kalo lihat kakaknya kayak gini,” ujar Ran.

Ecca menunduk, entah kenapa terbesit ide di kepalanya.

"Gue pernah nonton drakor, anak SMA yang gak bisa masuk sekolah digantiin sama gadis umur dua puluh satu tahun, dia pura-pura jadi anak SMA dan nemu jodoh,” ujar Ecca, dia mulai dengan dunia halusinasinya di saat situasi seperti ini.

Ran sangat geram, dia menatap tajam Ecca dan siap menyembur sahabatnya itu dengan kata-kata pedas andalannya.

"Dasar bego! Lu pikir ini drakor! Ini asli Ecca bego! Kita lagi sedih lu malah becanda! Dasar begooo!" ujar Ran lalu mengacak-acak rambut Ecca.

Dinda terdiam, membiarkan dua orang itu bertengkar, tak peduli dengan orang-orang sekitar yang terlihat risi.

Dinda mengambil ponsel, membuka galeri dan melihat foto adiknya Gaurine yang di potret dari belakang. Lalu ditatap olehnya Ecca dan Ran.

"Ran!" panggil Dinda, ia menyeka air matanya.

Ran menghentikan aksinya dan kembali jinak seperti semula.

"Gue punya ide, gimana kalo lo yang pura-pura jadi Gaurine sampe dia bangun dari koma.”

Seperti ada ribuan batu bata menimpa tubuh seorang Ran Cecillia, tubuhnya langsung kaku, mulutnya mangap, merasa tak sangka Dinda sahabatnya paling cerdas berkata demikian.

"Nama lo Ran Cecilia, nama adek gue Ran Gaurine, dan kalo dilihat dari belakang kalian sama.” Dinda mengatakannya dengan semangat penuh.

Sedangkan Ran hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong. Merasa virus bodoh yang disebarkan Ecca menular pada Dinda yang pintar.

“So, lo bisa gantiin dia. Lagian lo juga belum kerja lagikan.”

Dinda sangat antusias mengingat semua ini demi adiknya, dia ingin melakukan cara apa pun agar saat Gaurine bangun dia masih bisa menggapai mimpinya yang tertunda.

"No!" Ran menyilangkan kedua tangannya menolak dengan tegas ide gila dari kedua sahabatnya ini.

Ecca dan Dinda terlihat sedih, Ecca juga ikut-ikutan, dia itu memang penghasut andalin

"Muka gue sama Gaurine itu beda, umur kita juga beda, dan bedanya lagi dia masih muda gue udah janda,” kata Ran.

"Janda muda," tutur Ecca dan Dinda kompak.

Ran memutar kedua bola matanya malas. Dua orang ini sudah gila baginya.

"Pokoknya gue gak mau, kalo ketahuan gue bisa ancur guys! Dan lagi, kalo Gaurine sadar dan kalian cerita yang sebenernya terjadi apa sekolah bisa nerima? Gue yakin enggak, yang ada kita dituntut,” ujar Ran realistis.

Dinda diam, tapi dia tidak mau perjuangan adiknya sia-sia.

“Dan lagi apa salahnya sekarang lo tinggal konfirmasi ke sekolah kalo Gaurine gak bisa masuk sekolah karena kecelakaan, mereka pasti akan ngerti,” jelas Ran kembali realistis.

Di sini dia merasa dirinya yang paling waras. Sementara Ecca memang sudah bodoh dari jaman dahulu kala. Lalu Dinda—Ran tidak dapat menyalahkan wanita yang saat ini sedang kalang kabut itu.

“Gak bisa, Ran. SMA Antariksa itu ketat, kalo satu orang gak bisa masuk dengan kondisi apa pun, akan digantikan murid lain. Banyak yang ngantri pindah ke sana.” Dinda menjelaskan peraturan kejam sekolah yang cukup terkenal itu.

“Oh ya, sekarang ‘kan gak ada penerimaan siswa baru. Kok adek lo bisa masuk ke sana?” tanya Ecca.

Ran berdecak kesal. “Setiap tahun SMA Antariksa akan menerima siswa pindahan dari sekolah lain. Itu jalur khusus dibilangnya.”

Ecca mengangguk paham saat ini. Dia tidak pernah tahu ada hal seperti itu.

“Ran, please ....” Dinda menatap Ran penuh permohonan.

Wanita ini masih pada jawaban pertamanya. Dia tidak ingin menipu banyak orang. Hidupnya sudah hancur sejak lima bulan lalu, dia tidak mau menambah kehancurannya.

Dinda menangis dan emraih tangan Ran. Llau dia berkata dengan nada lirih, “Gue mohon, Ran. Gue akan lakuin apa pun, apa yang lo minta akan gue kasih. Please bantu gue.”

Shit! Ran tak akan mampu melihatnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Meila Woo
Ternyata karena ini toh si Ran Cecilia bisa masuk SMA lagi. Kirain karena apa xixixixi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status