Share

I NEED YOU
I NEED YOU
Penulis: Apple Blossom

1. Pertemuan Pertama

SMA Antariksa terkenal dengan muridnya yang mencapai berbagai macam prestasi. Walau di dalamnya masih banyak murid yang memiliki IQ jongkok. Contohnya saja Gilang Kertarajasa. Lelaki berperawakan tinggi dengan tubuh kurus ini hanya peduli pada satu prestasi. Ya prestasinya di sekolah hanya satu yang saat ini sedang dia lakukan.

"Kita putus.”

Gadis berambut pendek bername tag Emma ini membelalakkan mata.

"Pu–tus? Ta–pi kita baru pacaran dua hari.”

"Jelas, 'kan? Kita putus, gue gak suka lama-lama pacaran,” ujar Gilang dengan ekspresi datar.

Wajah Emma tampak mengerut, dia benar-benar marah saat ini.

"Jadi ternyata bener ya! Lo itu tukang mainin cewek! Lu–"

"Emang iya.” Gilang menjawab dengan lugas.

Emma yang mendengar itu terdiam sesaat. Lelaki tampan di hadapannya benar-benar tidak tahu malu. Lalu lelaki itu tersenyum seakan menunjukan kemenangan yang begitu kentara.

"Dasar gak tahu malu! Gue benci sama lo!" Emma mulai menangis.

Gilang tersenyum sinis lalu berkata, "Oh ya, makasih buat dua harinya, lo bener-bener hebat waktu main.”

Gilang terkekeh lalu pergi tanpa peduli dengan umpatan yang diteriakkan Emma.

"BAJINGAN!"

Ya, itu prestasi Gilang, playboy, tapi walau reputasinya sudah diketahui seluruh sekolah, masih ada saja perempuan di sekolah ini yang mau jadi pacarnya. Aneh? Tidak. Itu sebab pesona lelaki ini tidak dapat diragukan lagi.

Gilang meminum air mineral dengan rakus, ternyata butuh energi banyak untuk memutuskan Emma. Gilang memang begitu, jika sudah dapat yang dia mau, dia akan meninggalkan mangsanya, tak peduli meraung-raung memanggilnya.

Julukannya pun 'PLAYBOY IQ JONGKOK'. Itu julukan yang diberikan temannya. Bukan tanpa sebab, itu karena dalam pelajaran Gilang selalu mendapat peringkat akhir, tapi urusan perempuan dia yang paling depan. Hebat bukan? Hebat!

Bruk!

Begitulah kira-kira bunyinya. Gilang menabrak seseorang hingga dia mau pun orang itu jatuh. Buku-buku jadi berserakan, itulah suara yang didengar Gilang tadi.

"Bisa jalan gak sih! Atau lo gak punya mata! Dasar lelaki jaman sekarang matanya ditaro disiku! Tanggung jawab lo lelaki buta! Beresin buku-buku gue!"

Gilang mengerutkan kening saat perempuan yang sudah berdiri di depannya mengomelinya seperti tante-tante, tapi tunggu, penampilannya jauh dari kata tante-tante.

"Lu denger gak sih!" Gadis ini melotot.

Gilang terkekeh, lalu dia bergumam, "Untung cantik.”

Gilang berdiri lalu ditatapnya gadis berseragam sama dengannya itu. Wajahnya cukup cantik, tapi sangat asing.

‘Apa dia anak baru?’ batin Gilang membuatnya menyeringai seakan seperti Singa yang mendapatkan mangsa baru.

"Beresin buku sama tas gue!" suruhnya.

"Bawel banget sih lo, anak baru ya? Belum tahu siapa gue?" ucap Gilang sinis.

Tatapan mata Gilang sangat menusuk, tapi itu tidak berpengaruh untuk gadis garang di hadapannya.

"Kenapa? Mau belagu? Sok berkuasa? Sini gue tunjukin cara belagu gimana!"

"Argghss!" Gilang meringis karena gadis itu menarik telinganya keras, seperti jeweran yang diberikan tantenya yang cerewet.

"Ampun gak!”

"Ampun tante!" Gilang refleks berbicara seperti itu.

Gadis ini menarik keras telinga Gilang membuat empunya meringis lebih parah. Banyak pasang mata yang melihatnya, bahkan tak sungkan untuk tertawa bahkan mengabadikan momen langka ini. Di mana lagi mereka bisa melihat Gilang di jewer oleh seorang perempuan? Kejadian ini sangat langka.

"Tante?” Perempuan ini melotot.

"Lo kayak tante-tante, bawel, rempong, ganas!" ungkap Gilang.

Gadis ini melepaskan jewerannya. Lalu Ia menghela napas.

"Beresin!" Perintahnya. Karena tak mau dapat masalah lagi Gilang membereskan buku-buku yang berserakan.

Gadis ini menghela napas.

"Gue terlalu mencurigakan, padahal hari pertama,” desisnya pelan.

"Nih.” Gilang memberikan tas gadis ini.

"Anter gue ke ruangan kepsek!" tegas gadis ini.

"Males!" Gilang sengaja menampilkan wajah sebal.

"Mau gue jewer lagi lo!"

"Ck, ayo!" ujar Gilang, dia berjalan lebih dulu. Lalu dia memelototi setiap pasang mata yang melihatnya membuat mereka terdiam.

"Btw nama gue Ran Ce—eh Ran Gaurine,” ujar gadis yang bernama Ran ini.

"Hm, gak nanya ogeb.” Gilang menyahut tidak ramah.

Ran menghela napas. "Dasar berondong!" desisnya.

Gilang mendengarnya, menurutnya gadis yang sebaya dengannya menyebut dirinya seperti itu aneh sekali. Namun, dia merasa ini akan jadi sangat menarik sebab akan seru mulai sekarang.

***

Ran menggeliat tak nyaman saat duduk di kursinya. Lima menit lalu dia baru saja memperkenalkan diri di depan kelas sebagai Ran Gaurine, gadis SMA pindahan dari Surabaya. Dia memasuki kelas IPA 2.

‘Ck, ini rok pendek amat, anak sekolah jaman sekarang pakeannya gak bermoral,’ rutuknya dalam hati.

Ran mengambil bukunya, dia tak memedulikan sekelilingnya. Banyak lelaki yang memperhatikannya, terlebih memperhatikan bodynya yang terlihat menggairahkan. Ran tahu otak mesum lelaki di kelas ini.

"Gaurine,” panggil seorang lelaki yang duduk di sebelah Ran.

"Panggil Ran aja.” Ran menatap ketus lelaki berkacamata di sampingnya.

"Eh iya, Ran kenalin aku Daffa,” ujar Daffa seraya menyodorkan tangannya.

"Iya Daff.” Ran membalas uluran tangan lelaki culun itu lalu kembali menarik tangannya.

Guru sudah mulai mengajar, dan demi Tuhan, Ran sangat merasa bodoh di sini. Dia tidak paham apa yang guru terangkan, dia hanya bisa berdoa guru di depannya tidak akan menyuruhnya menjawab.

'Pelajaran anak jaman sekarang susah-susah, pantes aja banyak bolosnya. Perasaan pas jaman SMA gua pelajarannya gampil deh, apalagi dulu gue masuk IPA juga. Tuhan tolong hambamu ini, semoga guru di depan gak lihat gue.' Ran hanya bisa membatin.

Tapi Tuhan berkehendak lain. "Ran Gaurine, kamu maju dan jawab soal di papan tulis.”

"Sekakmat ...," desis Ran.

Mau tidak mau dia mengangguk, walau dia susah payah berdiri.

"Hei ....”

Ran menoleh ke arah Daffa, matanya berbinar saat Daffa menyodorkan bukunya tanpa sepengetahuan guru.

"Pake aja, tulis di depan.” Daffa sudah paham arti tatapan Ran.

Ran tersenyum dan mengambil buku Daffa, lalu dia langsung maju, dengan penuh kepercayaan diri dia menulis jawaban yang sudah ada di buku.

'Makasih Daffa sayang, gemesin deh!' batin Ran.

***

Ran langsung membanting ranselnya pada sofa di apartemen.

"Gimana sekolahnya, mak?" Gadis ini terkekeh dan langsung menjatuhkan bokongnya di samping Ran.

Wanita ini menghela napas panjang, menatap sinis kepada kawannya yang mengambil posisi di sampingnya.

"Gegara lu nih, Ecca! Gue harus ngerasain masa-masa SMA yang udah jauh tertinggal bertahun-tahun yang lalu!" Emosi Ran meluap.

"Marisa selalu punya banyak ide menyelamatkan keadaan, Marisa Ecca gitu loh!" Marisa atau sering disapa Ecca ini bersorak dengan semangat.

Satu jitakan mendarat mulus di kening Ecca, membuat empunya mengerang sakit karena kening mulusnya benjol.

"Gue gak mau jadi Ran Gaurine anak SMA 17 tahun. Gue ini Ran Cecilia, umur dua puluh dua tahun dan gue janda! Gegara lu sih nih! Mana ada janda kayak gue masih SMA!” oceh Ran heboh.

Ya, Ran Cecilia, itu nama aslinya. Umurnya sudah dua puluh dua tahun dan menyandang status janda lima bulan yang lalu. Mantan suaminya Dio, pacar dan teman masa SMA-Nya. Mereka memilih menikah muda dan akhirnya hubungan mereka kandas.

Ecca tertawa terlebih melihat Ran yang masih mengenakan seragam SMA putih abu dengan rok yang sangat pendek. Untuk rok dia yang membelinya dan sengaja membeli dengan ukuran yang lebih kecil.

Ran menghela napas, dia jadi ingat kejadian yang membuatnya harus berpura-pura jadi anak SMA berumur tujuh belas tahun  bernama Ran Gaurine

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Meila Woo
Penasaran sama asal-usul Ran bisa balik sekolah lagi dan nyamar dengan nama lain. Unik eh ceritanya. ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status